ICP ARABIC "14 - Tepat di hari terahir UAS Jumat 18 Desember 2015 menjadi Genap satu tahun atau dua semester mencari, menggali, dan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam satu keluarga tanpa ibu dan bapak dalam keluarga ICP ARABIC'14. Waktu adalah pengalaman, pengalaman adalah kehidupan , kehidupan adalah keindahan. Sebuah kalimat yang menjadi jalur kebersamaan dalam setiap langkah dari harapan-harapan pribadi menjadi harapan kita bersama.
Sejak awal di seleksi untuk dinobatkan sebagai anak-anak tanpa ayah dan ibu untuk diasuh di panti asuhan keilmuan dengan berbahasa arab. Lembaga itu dikenal dengan sebutan ICP ARABIC. Secara bersamaan diseleksi untuk mengisi kertas putih dengan ide dan curhatan hatinya. Setelah curhatan itu dibaca oleh pihak lembaga akhirnya dipanggil satu-persatu untuk memberikan kesiapan dan tanda sah menjadi anak yang tanpa ayah dan ibu di ICP ARABIC.
Kita pun terlahir 25 saudara dalam daftar papan pengumuman. Sesama saudarapun kita hanya mengenal sedikit bahkan ada yang tidak mengenal sama sekali sebuah awal dari perjumpaan kita. Hari demi hari kita hidup tanpa ayah dan ibu mulai mengeluh kebingungan. Satu persatu ingin kembali ke rumahnya masing-masing. Sebuah curhatan yang sering terdengar dari saudara sepanti asuhan "aku tidak kuat disini, aku tidak bisa melangkah, aku tak punya bahasa, aku tidak bisa memaksa hidup tanpa ayah dan ibu bersama saudara-saudara lain yang cerdas, karena aku akan ketinggalan jalan".
Kalimat keluhan itu teruntai dalam setiap kali menghadapi badai tugas, tidak hanya satu saudara berkata demikian bahkan hampir semua saudara pernah mengatakan demikian. Saudara-saudara yang pernah singgah di penjara keilmuan islam selalu menyemangati saudara-saudara yang lain yang hanya singgah di penjara keilmuan umum. Karena memang kita tidak punya ayah dan ibu dalam panti asuhan ICP ARABIC, dan kita punya 25 saudara yang akan saling mendorong, saling memberi ilmu, dan saling berbagi kasih sayang ketika diantara yang lain merasa lelah, patah semangat, atau mendapat masalah hidup.
Empat bulan lamanya hidup dalam keluarga tanpa ayah dan ibu serasa begitu cepat berlalu dibawa kebersamaan yang begitu indah. Dalam periode pertama itu berahir dengan sebuah kecelakaan, salah satu saudara bernama Nila Nurkumala memberikan pesan kode perpisahan. Dia ingin menemukan ibu dan ayah yang sebenarnya. Dia akan mencarinya dengan jalan yang lebih dia sukai. Satu saudara dari kita pun beranjak dari tempat tidur yang beralaskan tikar ARABIC. Dan semua dari kita sangat merasa kehilangan sosok cendikiawati kritikus ulung. Sebuah salam hormat dari kami semoga masih dipertemukan diperempatan jalan kesuksesan melalui jalan yang berbeda.
Diawal semester berikutnya sesama saudara pun lebih terlihat keakurannya, kekompakannya, dan solidaritasnya untuk berbagi tawa dengan sesuka hati, berbgai canda tanpa diminta, dan berbagi cara dalam setiap kesulitan. Kita menyeragamkan dengan baju abu-abu kombinasi hitam bertuliskan "fahslud dauli". Kelas tempat belajar mulai ramai dengan guyonan persaudaraan. Sedikit merasa bahwa saudara adalah segalanaya ketika ibu dan ayah tidak bersama.
Berjalan dua bulan kehidupan saudara-saudara penuh dengan tugas perkuliahan. Belum ada yang terpikir untuk mencari jalan keluar dari rumitnya tugas hidup dalam keilmuan. Untuk sekedar menikmati hiburan bersama. Kita pun hanya bisa bersama dalam diskusi keilmuan dengan duduk melingkar diatas rumput hijau dibawah pohon yang rindang. Saling sapa satu sama lain dengan bobot intelektual yang kita miliki masing-masing. Tak ada rasa malu, tak ada rasa khawatir salah, karena perkumpulan itu tanpa seorang instruktur.
Serasa sangat bosan dengan kehidupan kajian keilmuan yang hanya punya tinta dan kertas terbatas. Perlu kiranya menemukan tinta dan kertas itu di alam bebas dengan berjalan bersama. Waktu pun menyeret kita menemukan jalan saat kita nongkrong di warung kopi. Ada yang terpikir saat itu, bahwa kita masih belum bisa bersama dalam kegiatan yang kita buat sendiri.
Beranjak dari warung kopi itu, kita pun membuat rencana untuk menikmati air panas bersama di Cangar, saudara-saudara yang lain kita ajak satu persatu untuk ikut bersama menikmati hangatnya air pegunungan. Namun hasil yang kita peroleh hanyalah sebuah jawaban InsyaAllah. Kita yang nongkrong di warung kopi membulatkan niat seberapapun saudara yang bisa berangkat ke Cangar maka kita tetap berangkat. Kebersamaan pertama itu dibuat oleh kita untuk kita bersama sesama saudara tanpa ayah dan ibu demi memulai sebuah kebersamaan yang lebih dari sekedar di ruang kelas.
Moment itu berlalu dengan respon positif dari saudara-saudara yang lain. Di pekan selanjutnya melalui obrolan kecil di dalam cangkringan online berupa WA kita pun membuat rencana untuk mengadakan Gerakan ICP SEHAT yang bertempat di IRASOJREM (nama asli bisa di baca terbalik). Saudara yang tergabung dalam gerakan ini sudah ada penambahan dari pada saat awal di pemandian air panas Cangar. Di tempat ini pula langsung mengambil ide dan tindakan cepat untuk trip dan advanture ke kebun jeruk Bedengan daerah bukit tidar. Dengan personil yang sama kita pun berangkat menikmati sengatan matahari di pagi setengah siang.
Indahnya aliran air sungai dan sejuknya dedaunan hijau di Bedengan membuat kita muncul ide untuk bertamasya lagi dengan merangkul saudara-saudara yang lain. Malam itu tepat di malam minggu Tabalwar langsung diramaikan dengan ajakan ikut Gerakan ICP Sehat untuk berangkat ke CFD. Dengan berkendara mobil dan sepeda motor akhirnya para saudara-saudara antusias untuk ikut bergabung. Jam 06.00 menjadi waktu paten pemberangkatan kita dan di tempat spesial kita di IRASOJREM selalu menjadi saksi saat berangkat. Nikmati selbar (selfie bareng) di CFD menjadi moment indah yang tak bernilai. Makan cilok korea, cilok jepang, dan cilok malang tak ada bedanya ketika dimakan bersama-sama.
Sejenak berjalan sambil berembuk bersama untuk agenda selanjutnya di hari itu juga. Dari sekian ide dan masukan, dipilihlah Coban Rondo untuk menjadi tempat kunjungan bermain bersama. Rintik-rintik gerimis mulai membahasi tubuh bahagia kita. Setelah proses selfie bareng (selbar) disepanjang lokasi Coban Rondo kita pun beranjak untuk bergegas pulang. Rintik-rintik gerimis itu semakin besar dan keras menjadi gumpalan air hujan untuk menemani kita pulang. Kriuk-kriuk bunyi perut pertanda mengajak kita untuk mampir di rumah makan favorit kita toko Assalamualaikum. Rasa keluh kesah terobati dengan melihat kembali foto-foto yang tersimpan dalam android. Tersenyum dan sangat senang melihat foto-foto itu.
Tak terduga pesanan pun datang dalam barisan panjang meja makan yang telah kita atur. Bermacam macam menu tapi tetap satu tujuan. Hari semakin siang, jalan mulai padat dengan kendaraan yang melintas. Kita pun tiba di biaya masing-masing. UAS menanti kita, namun kebahagian dari kebersamaan yang kita agendakan bersama melupakan beratnya UAS itu. Kita tidak punya ayah dan ibu dalam persaudaraan ini, tak ada yang bisa menghalangi kebersamaan kita, yang penting kita senang bersama adalah prioritas kita.
Singkat cerita, Setelah ujian akhir semester kita pun mengobati dahaga rindu bersama untuk menelusuri lembah dieng dengan berenang di kolam berwarna hijau. Bermain-main sambil canda tawa berbahak-bahak melihat lelucon yang penuh lucu dan lugu. Berbasahan-basahan dengan air hujan sudah menjadi selimut kita dalam setiap event bersama. Makan bersama pun menjadi agenda wajib di setiap pulang dari sebuah kebersamaan. Dan moment inilah menjadi dokumen terahir yang masuk dalam video dokumenter satu tahun bersama ICP ARABIC.
Sebelum kembali ke kampung kelahiran, Saudara-saudara ICP ARABIC memiliki janji spesial yang telah lama ditunggu-tunggu dari seorang pengajar PPBI untuk makan pizza bersama. Tepat di hari Minggu dua hari setelah UAS kita pun bersama-sama berangkat dalam satu angkot GL berwarna biru menuju rumah MOM FARAH. Lorong-lorong kota yang panas, polusi dan asap menemani canda tawa kita dalam angkot, sampai akhirnya tak terasa kita tiba di depan rumah berpagar orange layaknya kantor pos. Kita pun disambut dengan penuh romantis dari pasangan yang tak pernah bertengkar itu. mereka berdua menyambut kita dengan penuh ramah. Fasilitas untuk nobar dokumenter dan makan rujak bareng sudah disediakan rapi. Sungguh sesuatu yang sangat spesial.
Pizaa pun kita nikmati bersama, empat porsi dalam takaran piring ukuran 10 cm habis dalam seketika. Perut benar-benar merasa bahagia dengan makan pizza bersama. Ketika perut sudah stabil, maka saatnya nonton bareng dokumenter satu tahun bersama ICP ARABIC'14. Durasi kurang lebih 30 menit membuat kita seakan lewat begitu saja. Tawa lantang, saling gojlok, saling ejek melihat foto-foto yang seakan-akan kekanak-kanakan. Hahahaha semua tertawa bahagia. Video pun selesai, dimana ada event disitu ada selbar. Tak sungkan-sungkan kita selfie bersama mama Farah tercinta sambil menurunkan isi perut yang mulai gelisah. Nobar dan selbar selesai saatnya kita berembuk untuk agenda besok hari kunjungan ke pantai selatan sekaligus ke rumah ning fia dan panti asuhan.
Dikomando oleh satu orang untuk duduk melingkar sambil mengumpulkan uang iuran, dan menentukan siapa saja yang fix diantara saudara-saudara yang hadir saat itu. Tampaknya hanya ada satu yang berhalangan untuk ikut andil dalam acara terahir sebelum liburan di pantai selatan. Hari mulai sore, keputusan pun digenggam oleh kita semua. Bahwa besok di hari senin berkumpul di Mastar jam 05.30 tanpa molor.
Singkat cerita, pagi yang indah dengan sinar vitamin yang menyemangati tubuh membangkitakan kita dari tidur pulas semaleman. Ramainya grup TABALWAR memberikan nuansa semangat untuk beranjak dengan cepat menuju tempat perkumpulan kita. Sedikit membuang waktu, sebagian saudara yang lain masih harus antar jemput dari Irasojrem ke tempat yang telah disepakati. Kampus itu sepi tidak seperti biasanya, efektif penimbaan ilmu mulai libur. Namun kita saudara yang tak punya ayah dan ibu, masih menyempatkan diri sejenak mampir di kampus ulul albab, sebutan bagi sesaudara kita disana.
Jam menunjukkan 06.30, semua sudah terlihat siap. Dengan mengendarai mobil hitam dan coklat terasa kebersamaan itu bergandengan tangan. Tangan kiri dan tangan kanan yang tak pernah bertengkar, apalagi saling menyakiti. Saat tangan kanan lelah tangan kiri yang mengerti, begitupun sebalikinya. Dua mobil itulah yang saat itu menuju pantai Balekambang tak ubahnya tangan kiri dan kanan. Ungkapan selamat jalan dengan lambaian haru menyimpan rasa sedih dari saudara yang tidak bisa ikut. "Selamat sampai tujuan saudara-saudaraku tercinta" dari salah seorang yang saat itu melihat saudara yang lain berangkat bersama untuk bahagia bersama.
Serasa cerita ini menjadi sinar pagi kita untuk semester berikutnya, untuk tidak bosan saling merangkul bersama satu sama lain demi sebuah persaudaraan yang hidup yatim paitu. Tanpa ayah yang selalu mendampingi kita layaknya di rumah, tanpa ibu yang selalu memasakkan kita layaknya di rumah, tanpa guru yang selalu mengingat kita layaknya kecil dulu. Disini kita jauh dari mereka, kita hanya punya saudara dan saudara, yang mau tidak mau harus kita anggap saudara.
Saudara ...... sinar pagi akan terbit lagi, ayok kita terus bersama dalam setiap kebersamaan. Sinar pagi akan terbit, sinar pagi akan terbit, sinar pagi akan terbit. Selamat tahun baru 2016 dan selamat datang semester lima.
+ komentar + 2 komentar
Terbaik cong
Peluk pocong :' ({}) :D
Posting Komentar