Oleh : Misbahuddin
Mencari dan menemukan ide dalam menulis - Manusia
merupakan mahluk yang diberi kelebihan potensi berfikir dari pada hewan dan
tumbuhan. Dalam menjalani kehidupan manusia tidak sendirian. Ada alam sekitar
dan mahluk-mahluk penghuni bumi. Hewan dan tumbuhan sebagai mahluk yang juga
dikategorikan mahluk hidup menjadi kebutuhan penting yang tak terpisahkan dari
manusia. Melalui perkembangan pemikiran manusia pada akhirnya mampu
memanfaatkan mahluk lain. Dalam interaksi yang terus menerus berlangsung,
manusia tetap bisa mengkaji dan membaca terhadap apa yang dilihat, didengar,
dan dirasakan. Dari itulah segala berbagai macam ilmu pengetahuan dapat
diperoleh.
Sebagai
mahluk sosial tentunya saling bertanya dan menjawab. Baik dalam permasalahan
sosial dan permasalahan lingkungan. Dalam proses interaksi saling bertukar
pikiran inilah akan muncul gagasan penting untuk dijadikan bahan tulisan.
Sejarah tentang adanya penafsiran baru dan qiyasan tiada lain adalah pola pikir
manusia itu sendiri. Bukan suatu alasan tidak bisa menulis karena tidak punya
ide. Pada dasarnya menulis adalah hal pokok kehidupan manusia sebagai pengikat
segala kebutuhan, baik ilmu pengetahuan, pengalaman, ataupun kejadian penting
yang terkait pada dirinya atau lingkungan sosialnya. Perkataan banyak orang
yang sudah familiar adalah “Ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan”.
Tanpa diikat dalam sebuah tulisan maka ilmu berkeliaran dimana-mana. Semakin
kuat ikatan tentang suatu ilmu pengetahuan maka akan semakin banyak untuk
memburu lagi.
Modal
utama yang menjadi ide dalam menulis adalah membaca banyak referensi keilmuan.
Referensi disini tidak hanya yang berbentuk buku atau kitab melainkan segala
hal yang patut untuk difikir dan direnungkan. Sebagai mahluk yang tidak hidup
sendirian, berpasang-pasangan, dan beranika ragam tentu bisa membaca dari
setiap proses yang dialami. Mentransfer segala apa yang ada dipikiran kedalam
sebuah tulisan memang perlu tindakan dan latihan. Dan latihan ini pada dasarnya
kita sudah memulai sejak di bangku SD. Sudah ratusan buku setiap tahun selalu
diperbarui. Alangkah kayanya pemikiran kita yang sudah tercatat dalam buku
tulis kita. Masihkah kita selalu berkata tidak bisa menulis?
Perkembangan
teknologi saat ini seharusnya menambah wawasan yang lebih mudah dicari. Tanpa
harus datang dari kejauhan untuk melihat kondisi didaerah lain sudah bisa
diakses dikamar tidur. Diskusi pendidikan, kenegaraan, politik, dan info-info
lain pun sudah bisa dilihat dalam ruang hunian kita tanpa harus terjun
langsung. Komputer atau laptop sebagai pemilik aplikasi Microsoft Office jangan
sampai membuat kaku untuk mengetik di atas keyboardnya. Zaman gobal ini
merupakan keawaman jika tidak bisa mengetahui ilmu komputer. Dari sinilah
proses kehidupan kita sudah dipercepat. Dan bukan saatnya lagi untuk beralasan
benar-benar tidak bisa menulis. Jikalau memang ada keraguan dan kemandegan
dalam menulis diatas keyboard maka tulislah terlebih dahulu diatas kertas lalu
kemudian disalin ke komputer. Dalam proses penyalinan tentu akan ada tambahan
dan pengurangan dari apa yang telah ditulis sebelumnya. Maka akan semakin indah
dan enak dibaca oleh para pembaca.
Sehubungan
dengan ide itu ada dimana-mana dan untuk mengantisipasi adanya sifat lupa pada
diri manusia alangkah baiknya untuk selalu membawa catatan kecil. Dalam
perkembangan yang kita hadapi saat ini sudah tercipta alat komunikasi canggih
berupa HandPhone. Alat ini bisa dijadikan bahan sebagai alat penyimpanan
ide-ide sementara sebelum duduk manis di depan laptop atau komputer. Karena
dalam kehidupan kita sering temui di jalan, di tempat perkumpulan orang, tempat
hiburan atau keindahan alam yang menemukan pikiran-pikiran baru sampai kita
termenung dan kagum. Maka secara tindak cepat dengan membuang rasa malas untuk
menulis ide yang muncul pada saat itu pula. Atau jika memang mempunyai ingatan
kuat yang mampu merekam kembali setiap apa yang menjadi pengalaman, maka bukan
suatu keharusan untuk mencatat langsung dalam catatan kecil atau HP.
Sebelum
kita melangkah pada terget penulisan ilmiah ataupun karya-karya tulis lain
alangkah baiknya memulai dari hal kehidupan pribadi terlebih dahulu. Kalau guru
bahasa indonesia disekolah menyuruh untuk membuat karangan bebas maka disitulah
awal kemampuan menulis. Untuk dijadikan bacaan sendiri tanpa harus
dipublikasikan maka tidak ada larangan untuk selalu merangkai tulisan yang
bagus dan menarik. Yang terpenting membuang rasa malas untuk memulai suatu
kebiasaan penting. Dan ketika sudah menjadi kebiasaan maka mintalah koreksi
kepada teman dekat, ataupun ayah ibu dari tulisan yang telah dirangkai. Jika
mereka semua merespon dengan baik maka pantaslah tulisan kita untuk diamalkan
kepada khalayak umum.
Pengalaman
membaca banyak tulisan baik koran, majalah, atau buku-buku ilmiah akan menambah
nilai kesastraan tulisan kita. Karena semakin banyak mengetahui variasi-variasi
kata atau kalimat yang ada pada tulisan orang lain akan memberikan stimulus
pada pemikiran kita saat menulis. Maka dari itu menjadi penulis bukan sebuah
hobi atau cita-cita melainkan sebuah kebutuhan hidup. Contoh yang paling
konkrit bagi pemeluk agama islam adalah perkumpulan usman bin affan dengan para
sahabat lain tentang penulisan al-quran. Bayangkan jika mereka hanya
mengandalkan hafalan tanpa ditulis dalam sebuah mushaf akan seperti apa dengan
kehidupan selanjutnya. Dari sinilah semakin kita tahu akan pentingnya menyalin
pemikiran kita dalam bentuk tulisan.
Warisan
paling abadi dari seorang manusia adalah tulisan. Mengapa demikian, karena
tulisan akan dibaca oleh orang lain. Dan seorang penulis tentu akan dikenal
oleh para pembaca tulisannya. Kalaupun kertasnya sudah dibuang, dibakar, bahkan
jadi debu itu hanya hilang bendanya saja dan ilmu yang ada dalam tulisan tadi
akan ditulis kembali oleh orang lain. Berbagai macam buku mata pelajaran dari
TK sampai Program Doktoral tentu selalu menggunakan teori-teori yang terjadi
sebelumnya yang sudah dibukukan. Pembukuan akan sebuah keilmuan dimulai dari
sebuah penulisan. Kata penutup dari tulisan ini adalah jika kita ingin dikenang
maka menulislah.
Posting Komentar