Oleh: Misbahuddin
Hari ini saya diamanati tugas oleh kepala Madrasah Ibtidaiyah Yaspuri untuk menjadi pengawas Ujian Sekolah Berstandar Daerah (USBD) yang bertempat di MI Al-fattah. Kemudian dilanjut pekan depan pada Ujian Sekolah Berstandar Nasional (UDBN). Masing-masing mengawasi selama dua hari yaitu Senin dan Selasa.
Kalau kita pikir kembali, adanya pelaksanaan ujian itu tiada lain untuk mengevaluasi sejauh mana daya ingat dari apa yang telah dipelajari. Jika mampu mengingat dari apa yang telah dipelajari maka ia akan dengan mudah menjawab soal-soal yang diujikan. Dan jika siswa tersebut mampu memperoleh skor di atas yang standar yang disepakati maka ia dinyatakan lulus.
Sehingga dari kelulusan jenjang ini, maka siswa sudah punya satu tiket untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Tidak cukup di situ, untuk masuk ke jenjang berikutnya, ada beberapa lembaga yang melaksanakan kualifikasi lagi. Dengan menggunakan tes, yang soal-soalnya sejenis dengan USBD dan USBN tersebut.
Sejatinya tujuannya sama, apakah siswa yang mau melanjutkan ke jenjang berikutnya itu, sudah dipastikan memahami pelajaran-pelajaran yang menjadi dasar dari apa yang akan dipelajari nantinya.
Teorinya mungkin seperti ini. Tapi siapapun boleh mengartikan berbeda. Dan kenyataan di lapangan ternyata tidak selalu seperti itu. Disebabkan oleh beberapa aspek. Salah satunya, tidak semua siswa mempunyai kemampuan daya ingat sama. Tidak semua siswa mampu memahami berbagai cabang ilmu pengetahuan. Dan tidak semua mempunyai bakat dan minat yang sama.
Sejatinya kalau ujian sekolah dijadikan tolok ukur satu-satunya untuk melihat prestasi, bagi saya itu kurang tepat. Karena saya sering menemui siswa yang di sekolah dianggap kurang berprestasi secara akademik, tapi di luar sekolah dia punya kreativitas tinggi. Punya keterampilan yang tidak akan tampak di sekolah. Apalagi sekolah tersebut tidak menyediakan fasilitas untuk keterampilan yang dimaksud itu.
Memang persepsi dan asumsi orang berbeda-beda. Saya sebagai guru pun hanya bisa berharap ingin seperti ini dan seperti itu, tidaklah mungkin mengubah sistem sesuai konsep yang ada di pikiran saya. Memeta-metakan sesuai minat dan bakat siswa.
Setidaknya saya mengajar mampu memahami apa yang ia sukai dari siswa. Apa yang diminati siswa, dan siswa tersebut bisa apa. Dan yang terpenting lagi, membuat suasana belajar nyaman. Walaupun ada berbagai macam materi yang harus dipelajari, siswa dapat melaksanakannya dengan suasana yang senang.
Maka dengan adanya ujian sekolah, diharapkan para guru mampu mengevaluasi secara individu. Sejauh mana keberhasilan mengajarnya, sejauh mana proses pembelajarannya dapat berpengaruh. Wallahu a'lam
Malang, 23 April 2018
Posting Komentar