Oleh: Misbahuddin
Kemarin 21 September 2017 saya sholat maghrib di salah satu masjid warga diantara Jl. Gajayana dan Jl. M.T Haryono Kota Malang. Untuk ukuran masjid warga dengan kondisi rumah berdimpitan bisa dibilang masjid ini standart. Tidak besar dan juga tidak kecil.
Saya melihat kemakmuran di masjid ini. Dengan jamaah yang begitu banyaknya. Karena di masjid-masjid lain saya belum menemui jamaah sebanyak di masjid ini. Maaf, saya lupa dan tidak sempat melihat nama masjid ini.
Saya pun merasakan ketenangan dan kenyamanan. Melihat kekompakan warga setempat untuk sholat berjamaah. Saya baru satu kali kemarin mampir walaupun sudah berulang kali lewat jalan ini.
Masjid yang memanjang ini. Di sisi depan dan kanannya langsung jalan raya. Jadi parkir sepeda motor saya harus posisi miring.
Saya tidak tahu mengapa tertarik untuk menuliskan hal ini. Padahal tidak sedikit juga masjid-masjid di warga kota yang posisinya berada di tengah-tengah rumah warga.
Tapi saya belum menemui semakmur di masjid yang kemarin ini untuk daerah Merjosari dan sekitarnya. Kejadian ini saya pernah alami juga di salah satu warga di Surabaya. Ketika itu saya sholat subuh. Subhanallah jamaahnya hampir seperti sholat Jumat.
Kedisiplinan waktunya pun lebih awal dari biasanya. Maksudnya, jarak waktu adzan ke iqomah begitu cepat. Dengan kondisi yang cepat itu warga tetap kompak dan disiplin.
Dulunya saya berpikir bahwa ritual keagamaan itu seakan lebih kental orang kampung pedeesaan dari pada warga kampung perkotaan. Kampung pedesaan yang saya maksudkan ini adalah kampung desa saya sendiri. Atau kampung yang pernah saya kunjungi di beberapa daerah.
Saya bukan berkata perbedaan dari sisi pengetahuan dan keilmuannya. Tapi lebih kepada praktik yang sepintas saya lihat dari sholat berjamaah.
Seiring pengalaman-pengalaman baru yang saya dapatkan. Akhirnya pikiran saya berubah. Ada beberapa faktor yang menjadi kesimpulan saya melihat perbedaan ini. Pertama, perkampungan kota lebih melek pendidikan. Kedua, jarak masjid lebih terjangkau. Ketiga, keterbukaan cara berpikir masyarakat. Ke empat dan seterusnya mungkin pembaca bisa melihat sendiri.
Tulisan ini mungkin sepele bagi orang-orang yang kontroversi dengan saya. Bahkan bisa jadi tulisan yang tidak perlu ditulis. Tapi saya mencoba menulis hal-hal sederhana yang ada dalam pikiran saya. Semoga bermanfaat untuk saya sendiri dan yang sependapat dengan saya.
Wallahu a'lam.
Malang, 22 September 2017
Posting Komentar