Oleh: Misbahuddin
Saya menemui salah satu Masjid di Merjosari Malang yang setiap khutbah Jumat selalu dicatat oleh siswa SD di buku tulis. Kegiatan menulis siswa SD tersebut fokus pada isi dan pesan dari khutbah. Tentunya kegiatan tersebut menjadi program sekolah yang bersangkutan.
Dengan berseragam Pramuka dan memakai kalung hasduk merah putih dan bawahannya sarung, mereka sangat antusias mencatat. Ada beberapa yang memakai kopiah dan sebagian yang lain tidak. Mereka mencatat di buku tulis tanpa meja tulis. Sehingga posisi badan ketika menulis seperti mau sujud.
Tanpa ada pemantauan guru, kegiatan menulis yang dilakukan siswa tersebut berjalan kondusif. Walaupun ada berbagai obrolan diantara mereka yang kebetulan duduknya berdampingan bahkan ada yang berkelompok. Namanya siswa SD, mereka masih belum begitu paham bahwa kegiatan khutbah Jumat itu harus benar-benar diam tanpa suara.
Obrolan mereka kadang membuat jamaah Jum'at merasa terganggu. Tapi bagi jamaah yang paham dan ngerti bahwa mereka siswa SD yang masih kecil akan memaklumi. Bahkan mengapresiasi. Setidaknya dengan kegiatan menulis yang diprogram sekolah menjadikan siswa ke Masjid untuk sholat Jumat.
Khutbah Jumaat dikenal dengan ceramah tanpa pertanyaan apalagi sanggahan. Sehingga apapun yang disampaikan oleh khatib (penceramah) tidak bisa ditanyakan. Mengerti atau tidak seakan-akan kita harus patuh dan taat pada apa yang disampaikan.
Sehingga tak satu pun jamaah baik dari kalangan siswa SD yang mencatat tadi mau mempertanyakan ketidak jelasan Khotib saat berceramah. Apapun yang disampaikan baik melalui teks bacaan, maupun ceramah langsung akan siswa catat dengan seksama.
Sepertinya siswa tampak kewalahan ketika menemui Khotib yang menggunakan nada dan intonasi cepat. Kecepatan menulis tidak seimbang dengan kecepatan dan kejelasan dari Khotib. Sehingga ketika saya lihat beberapa hasil catatan siswa sangat sulit untuk memberikan poin-poin penting dari apa yang disampaikan Khotib.
Sebaiknya Khotib juga tidak sekedar membaca teks dalam khutbah Jumat. Karena hal itu hanya membuat jamaah lupa untuk mengingatnya apalagi mengamalkan. Itu terjadi pada pengalaman saya pribadi.
Lebih baik cepat, padat, dan jelas. Dan tidak perlu lama-lama. Apalagi ada banyak siswa seperti yang kemarin saya temui. Hal ini menjadi solusi tepat agar siswa tidak bolos sholat Jumat. Saya sangat senang melihat para siswa yang antusias dengan buku tulisnya.
Wallahu a'lam
Malang, 26-08-17
Posting Komentar