“Dan
katakan kepada hamba-hamba-Ku. ‘Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang
lebih baik (benar) sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara
mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.’ ”
(QS.
Al-Isra': 53)
Tulisan ini terinspirasi dari sebuah buletin malam jumat di Muholla Nurul Iman jl. Tlogo Indah Tlogomas Malang. Dalam buletin ini dijelaskan secara luas mengenai kapan kita harus berbicara dan kapan kita harus diam. Ini beberapa uraian yang telah penulis asah sebagai bahan belajar menyimpulkan dari hasil apa yang penulis baca.
Lidah
seringkali menjadi perkara awal dalam setiap permasalahan manusia. Banyak
manusia yang sebenarnya menyadari akan bahaya daripada lisan itu sendiri, akan
tetapi dalam prakteknya justru kebanyakan dari manusia mendapatkan tidak
menghiraukan bahaya daripada lisan itu sendiri. Padahal, jika ditelaah lebih
dalam lagi, lisan yang dijaga mempunyai manfaat yang sangat besar misalnya
mengucapkan hal-hal yang lebih bermakna dan bernilai ibadah. Rasulullah
bersabda “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah
ia berkata baik atau diam” (HR. Muttafaq alaih). Dalam hadist lain juga
disebutkan “Takutlah pada neraka, walau dengan sebiji kurma. Jika kamu tidak
punya maka dengan ucapan yang baik“ (HR. Muttafaq alaih)
Dari
beberapa dalil yang ada diatas dapat disimpulkan pada dasarnya dalam Islam
sangat dianjurkan untuk menjaga lisan dari tutur kata yang buruk. Dan lisan
yang tidak dijaga dapat mendatangkan malapetaka yang mungkin hanya berawal dari
celaan atau hinaan bahkan hingga fitnah. Seperti kita ketahui juga ada pepatah
yang mengatakan bahwa lisan itu lebih tajam daripada pedang.
Hakikat
Lidah
Sebelum
kita membahas lebih jauh tentang bahaya lidah, alangkah baiknya kita menelaah
lebih dalam tentang hakikat lidah itu sendiri. Lidah adalah salah satu dari
nikmat Allah. Manusia wajib memeliharanya dari dosa dan kemaksiatan, menjaganya
dari ucapan-ucapan yang bisa menimbulkan penyesalan, perselisihan dan kerugian,
karena apa yang kita miliki kelak akan menjadi saksi pada hari kiamat kelak.
Allah SWT berfirman “Pada hari ketika lidah, tangan dan kaki menjadi saksi
atas mereka terhadap apa-apa yang dahulu mereka kerjakan.” (QS. An-Nuur:
24)
Lidah
merupakan nikmat Allah SWT yang sangat besar bagi manusia. Kebaikan yang
diucapkannya akan melahirkan manfaat yang luas dan kejelekan yang dikatakannya
membuahkan ekor keburukan yang panjang. Karena dia tidak bertulang, dia tidak
sulit untuk digerakkan dan dipergunakan. Tak banyak orang yang pandai dalam
menjaga lisan hingga pada akhirnya ia akan menjerumuskan manusia ke jurang api
neraka. Dalam hadits disebutkan“Sesungguhnya seorang hamba benar-benar
mengucapkan kata-kata tanpa dipikirkan yang menyebabkan dia tergelincir ke
dalam neraka yang jaraknya lebih jauh antara timur dan barat”. (Muttafaq
‘alaih, dari Abu Hurairah)
Bahaya
Lisan
Dari
uraian sebelumnya, bisa ditangkap bahwasanya lisan jika benar-benar dijaga
dengan baik akan mendatangkan manfaat yang banyak, akan tetapi sebaliknya jika
lisah tersebut tidak terjaga maka akan menimbulkan mudharat yang tidak kalah
banyak pula. Oleh karena itu, hendaklah lisan kita ini senantiasa dihiasi oleh
kuatnya iman dan akal yang sempurna. Adapun lisan yang tidak dihiasai dengan
pancaran iman dan akal yang sempurna akan menimbulkan bahaya lisan yang
menyebabkan fitnah, pertengkaran, kerusuhan, dan kemudhorotan yang lain.
Menjaga
Lisan
Menjaga
lisan juga disebut sebagai Hifdzul lisan. Lidah itu sendiri merupakan
anggota badan yang benar-benar perlu dijaga dan dikendalikan. Lidah memiliki
fungsi sebagai penerjemah dan pengungkap isi hati. Oleh karena itu, setelah
Nabi memerintahkan seseorang beristiqomah, kemudian mewasiatkan pula untuk
menjaga lisan. Keterjagaan dan lurusnya lidah sangat berkaitan dengan kelurusan
hati dan keimanan seseorang. Di dalam Musnad Imam Ahmad, dari Anas bin Malik,
dari Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda “Iman seorang hamba tidak akan
istiqomah, sehingga hatinya istiqomah. Dan hati seorang hamba tidak akan
istiqomah, sehingga lisannya istiqomah. Dan orang yang tetangganya tidak aman
dari kejahatan-kejahatannya, ia tidak akan masuk surga”.
Oleh
karena itu, seorang mukmin hendaklah menjaga lisannya. Apa jaminan bagi
seseorang yang menjaga lidahnya dengan baik? Nabi Muhammad Shallallahu `alaihi
wa sallam bersabda “Barang siapa yang menjamin untukku apa yang ada di
antara dua rahangnya dan apa yang ada di antara dua kakinya, niscaya aku
menjamin surga baginya.”
Hendaklah
seseorang tidak berbicara kecuali jika perkataan itu merupakan kebaikan, yaitu
yang nampak maslahatnya. Jika ia ragu-ragu tentang timbulnya maslahat, maka
hendaklah ia tidak berbicara. Karena dengan diam bisa menjadi langkah awal yang
mudah agar menjauhkan kita dari hal-hal yang mungkin akan membahayakan diri
kita sendiri.
Posting Komentar