Hay,
namaku Misbah anak terahir dari enam bersaudara dan saat ini lagi kuliah di
Malang jurusan pendidikan matematika salah satu universitas swasta dan numpang
belajar pendidikan agama islam di kampus tetangganya. Ayahku bekerja sebagai
petani dan ibu hanya sebagai ibu rumah tangga biasa, walaupun aku terlahir dari
keluarga petani aku tetap bahagia karena kasih sayang yang mereka berikan
merupakan suatu anugerah terindah dari Tuhan untukku.
Aku
memiliki adik laki-laki dari ibu tiri saya yang cukup terpaut jauh sih karena
sekarang aku sudah kuliah semester tujuh dan adikku baru kelas 1 MA, ya nggak
masalah sih sebenarnya. Aku bersyukur berada di tengah keluarga yang
benar-benar aku sayangi. Tetapi ada satu hal yang benar-benar tantangan pada
saat ini bagiku yaitu kemana arah tujuan masa depan yang akan aku jalani.
Dari
awal kuliah aku sangat bingung, karena aku merasa pilihan yang aku ambil itu
cocok dan sesuai kemampuan aku atau nggak. Dan setelah selama tujuh semester,
jurusan yang saat ini aku jalani berubah menjadi beban hidupku aku udah nggak
tau mau gimana. Emang sih kuliah itu nggak semudah yang kita bayangin ketika
SMA, kuliah membuat tanggung jawab menjadi semakin besar dengan
rintangan-rintangan yang harus diselesaikan. Tapi kuliah juga nggak buruk-buruk
amat tergantung dari pribadi masing-masing yang menjalani.
Saat
ini aku mengalami kesulitan ketika nilai-nilai semesterku menurun, sedih banget
tapi mau gimana? Setiap nilai-nilainya keluar aku pasti selalu menangis ada aja
rintangannya. Kelemahanku itu selalu ketika saat ujian, aku sudah berlatih dan
berlatih agar aku dapat memahami materi yang telah disampaikan sama dosen
ketika perkuliahan. Aku sudah berusaha sampai aku benar-benar paham tapi ketika
UTS ataupun UAS aku selalu tidak bisa mengerjakan paling cuma beberapa nomor
karena ketika ujian materi yang sudah aku pelajari berasa sekejap hilang dari
otakku benar-benar zonk rasanya seperti kita lagi kehausan pas mau minum eh
airnya udah habis.
Padahal
kebanyakan orang yang bilang kalau UTS atau UAS itu untuk mengukur kemampuan
seseorang. Tapi menurut pandanganku tidak semua orang dapat diukur seperti itu
karena permasalahan yang dihadapi orang itu berbeda-beda. Ya seperti aku
sekarang aku ngerasa benar-benar lemah ketika Ujian tapi karena sikap aku yang
selalu santai di depan teman-teman jadi kelihatan biasa aja tapi sebenarnya aku
punya ketakutan yang begitu besar bahkan sekarang aku sudah nggak tau gimana
caranya ngatasin permasalahan yang aku hadapin sekarang entah pilihan kuliahku
ini atas ridho orang tuaku atau ambisiku.
Butuh
perjuangan ekstra batin, jiwa dan raga. Sekarang aku harus siap apapun
resikonya karena itu adalah pilihanku, walaupun setelah itu aku nggak tahu akan
seperti apa yang pasti aku nggak akan bunuh diri atas kegagalan saat ini. Untuk
memperoleh suatu pencapain yang kita dambakan memang butuh perjuangan.
Posting Komentar