GENERAL
REVIEW
DOSEN
PEMBIMBING :
Dr. ROSIDIN,
M.Pd.i
PENULIS :
MISBAHUDDIN
NIM :
14110185
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2015
Prolog
Belajar
pemikiran pendidikan Islam sangatlah berbeda dengan mata kuliah yang lain.
Melalui metode dan pendekatan pembelajaran yang kreatif dan inovatif setiap
pertemuan membuat mahasiswa senang dan paham pada materi yang diajarkan. Tak
jarang seorang dosen mampu memberikan pengajaran yang ada disukai oleh
mahasiswa karena yang biasa terjadi dalam perkuliahan tidak jauh dari diskusi
dengan metode presentasi. Akan tetapi dalam mata kuliah pemikiran pendidikan
Islam terdapat banyak metode misalnya diskusi panel, diskusi ala talkshow,
diskusi ala mata najwa, atau diskusi ala metode jigsaw dan masih banyak juga metode-metode yang lain.
Hasil dari
pemikiran yang dikembangkan oleh Dr. Rosidin seorang dosen pemikiran pendidikan
Islam membuahkan hasil yang sangat signifikan utamanya dalam berfikir tentang
pendidikan Islam, baik dalam sistem pendidikan Islam yang ada di Indonesia atau perkembangan pendidikan Islam secara umum. Beliau disamping
mengajar sesuai kewajiban seorang dosen pada umumnya juga sering memberikan
motivasi terkait apa saja yang dapat membangkitkan semangat mahasiswa. Biasanya
setiap dari mahasiswa juga diberikan kesempatan untuk menyumbang motivasinya
sebelum mata kuliah dimulai. Tidak lupa pula membiasakan membaca bagian dari surat
yang terdapat dalam al-quran.
Sebagai tugas akhir dalam menutup pertemuan mata kuliah Pemikiran
Pendidikan Islam beliau memberikan keleluasan kepada mahasiswa untuk menulis
general review dari apa yang dialami mahasiswa baik itu berupa gagasan,
problem, atau ide-ide terkait sebelum, proses, dan pasca mengikuti mata kuliah
pemikiran pendidikan Islam. Saya sebagai bagian dari mahasiswa jurusan
Pendidikan Agama Islam kelas ICP ARABIC juga mendapat bagian untuk
berpartisipasi dalam menulis general review tersebut. Maka akan saya ulas
problem yang terjadi pada saya sebelum, proses, dan pasca mengikuti mata kuliah
pemikiran pendidikan Islam.
PRA PROSES (SEBELUM)
Pemikiran saya dalam dunia pendidikan lebih terpaku pada “banyak tahu
tentang banyak hal”. Karena tipe manusia yang saya ketahui terdapat tiga.
Pertama, sedikit tahu tentang banyak hal. Yaitu dari sekian banyak bidang ilmu
pengetahuan tipe ini seakan-akan mengetahui kesemuanya itu tapi dalam
pengetahuan yang sedikit atau setengah-setengah. Seandainya dalam pengetahuan
alam seseoarang itu mengetahui tapi sedikit, pengetahuan sosial sedikit,
pengetahuan keagamaan sedikit, dan ada banyak pengetahuan lagi tapi sedikit
semua dalam mengetahuinya.
Kedua adalah banyak tahu tentang sedikit hal. Dalam tipe ini seseorang
mengetahui sesuatu secara mendalam akan tetapi dalam bidang tertentu saja tidak
semua bidang pengetahuan seperti pada tipe satu. Pengetahuan yang dipahami dan
dimengerti sangat mendalam atau bisa dikatakan ahli. Ketiga adalah banyak tahu
tentang banyak hal. Dalam tipe ini seseorang mengetahui secara mendalam dari banyak bidang pengetahuan. Tipe ini yang
menjadi keinginan saya dalam belajar. Sehingga dalam mengkaji keilmuan seakan
tiada batasan untuk belajar apapun. Dan pemikiran ini terkait dengan kemampuan
yang diberikan oleh tuhan kepada semua bahwa otak manusia berdimensi lebih dari
pada komputer.
Dari pemikiran ini maka saya berkesimpulan bahwa manusia itu bisa untuk
mengetahui banyak hal. Jika melihat kembali pada manusia terdahulu baik ilmuan
barat atau ilmuan muslim. Dan juga banyak ditemui melalui biografi sejarahnya
bahwa mereka ahli dalam banyak bidang pengetahuan. Ahli disini mengetahui
secara mendalam dari setiap bidang yang ditekuninya. Alasan-alasan itu yang
membuat pemikiran saya tentang kemampuan otak manusia. Maka saya pun saat ini
menjalani dua jurusan sekaligus. Sebagaimana tokoh-tokoh muslim yang menjadi
idola saya.
PROSES
Saat ketemu dengan mata kuliah Pemikiran Pendidikan Islam wawasan saya
sedikit terbuka dengan sebuah pertanyaan “mengapa orang di zaman sekarang harus
benar-benar terpilah dalam keahliannya masing-masing, misalnya harus ada orang
yang benar-benar ahli ilmu hukum, kedokteran, kesosialan, pengetahuan alam, dan
lain sebagainya? Pertanyaan ini membuat saya selalu bertanya-bertanya. Pada
akhirnya di tengah proses interaksi dengan buku-buku pemikiran pendidikan Islam
dan juga diskusi dengan teman-teman mahasiswa yang didampingi Dr. Rosidin
sebagai pembingbing mata kuliah pemikiran pendidikan Islam bisa saya temukan
jawabannya.
Dalam kondisi apapun manusia itu adalah mahluk terbatas dan selalu
membutuhkan orang lain. Keahlian dalam suatu skil yang dimiliki perorangan
hanyalah sedikit karena masih ada orang lain yang harus mendapat bagian pula. Dan
jika kalimat “banyak tahu tentang banyak hal” itu diterapkan dari setiap
individu manusia maka hidup ini tidak terjadi yang namanya “wakhtilaafil laili
wan naHhar” perbedaan siang dan malam, atas dan bawah, miskin kaya, dan lain
sebagainya.
Manusia di zaman sekarang dengan perkembangan penduduk di seluruh dunia
semakin bertambah. Serta kebutuhan dalam mempermudah perjalanan hidup sudah
banyak ditemui maka tugas yang harus emban adalah menjaga, merawat, memelihara
serta mengemabangkan apa-apa yang telah menjadi karya ulama atau ilmuan
terdahulu. Dan dalam hal ini diperlukan orang yang benar-benar ahli, dan sangat
mengerti dalam setiap bidang itu. Cara yang dibutuhkan adalah kefokusan
belajar.
Karena kefokusan yang dijalani dapat menunjang pada keberhasilan skil.
Jawaban yang lain bahwasanya ulama atau ilmuan terdahulu bisa menguasai banyak
hal dikarenakan tuntutan penduduk yang masih tidak sebanyak sekarang serta
tuntutan kebutuhan hidup. Sehingga semangat dari pada setiap individu
benar-benar tinggi untuk menemukan solusi dalam mempermudah hidupnya.
Dari pengalaman saya jika dalam situasi ilmu pengetahuan dan teknologi saat
ini yang semakin berkembang maka memang dari setiap individu harus fokus pada
apa yang menjadi minat dan bakat atau yang menjadi kesukaan. Tanpa merasa
minder, gengsi, atau malu. Tidak bisa kita kaitkan dengan ilmuan atau ulama
terdahulu yang karena keterbatasan penduduk.
Dan dimensi otak yang diberikan tuhan ini dirasa lebih mempunyai makna
dan manfaat besar ketika sudah bisa difungsikan dengan maksimal pada apa yang
menjadi keahlian.
PASCA
Maka perubahan yang terjadi pada pemikiran saya lebih kepada opsi nomer dua
yaitu “banyak tahu tentang sedikit hal”. Maka tidak ada masalah seseorang itu
hanya tau kimia, hanya tahu fisika, atau tafsir hadits tapi benar-benar ahli
dibidang itu. Sehingga dalam generasi selanjutnya tidak membingungkan dalam
mencari tutor yang sudah mumpumi di bidangnya. Solusi ini saya temui dalam
pertemuan terahir mata kuliah pemikiran pendidikan Islam. Bahwa di lingkungan
kita masih banyak generasi yang bersifat ikut-ikutan memilih jurusan di
perguruan tinggi karena tuntutan pekerjaan sehingga hasilnya tidak mendapat
pekerjaan karena dinilai bukan ahlinya.
Padahal ketika keahlian itu ada pada diri seseorang maka melalui prosesnya
pula orang lain pasti akan membutuhkannnya. Seperti yang telah dikatakan di
muka bahwasanya manusia ini adalah mahluk sosial yang saling membutuhtkan,
mengisi, interaksi antara satu dengan yang lainnya. Lebih-lebih dalam kehidupan
saat ini. Fokus pada satu hal itu lebih baik dari pada ambisi mengetahui semua
bidang. Dengan catatan dalam konteks keilmuan, dan bukan berarti melarang untuk
mengikuti kajian yang lain.
Posting Komentar