Simbolisasi Agama

Minggu, 21 Oktober 20180 komentar



Oleh: Misbahuddin

Agama tidak hanya berbicara tentang atribut atau aksesoris. Tidak hanya berbicara tentang kostum ibadah atau seragam keagamaan. Akan tetapi lebih dari itu, agama berbicara tentang sikap, sifat dan etika moral sebagai manusia. Jika menjadi agamawan tidak mampu menjadi manusia yang menjunjung kemanusiaan, maka sudah sepantasnya berbenah diri mulai dari menggali ilmu pengetahuan yang sedalam-dalamnya, tanpa merasa cukup sedikit pun. Menggali sampai ke akarnya, tanpa batas tertentu. Sehingga tidak sedikit pun kaget dengan sebuah perbedaan apapun.

Sering kali, kita bangga pada aksesoris yang kita pakai, sering kali kita menganggap gelar kehormatan menjadi sebab mulianya sebagai manusia dihadapan Tuhannya masing-masing. Tentunya anggapan dan prasangka yang berada dalam tahap ini masih sangat dangkal. Sehingga tidak jarang, jika masing kaget dengan sesuatu yang berbeda dengan dirinya, sehingga tidak sedikit orang yang merasa paling benar dan semua yang tidak sepaham dianggap menyimpang.

Sudahkah kita membaca ribuan buku yang beranika ragam pengarangnya? Sudah kita menggali ribuah biografi tokoh yang kita idolakan maupun yang kita anggap bukan panutan atau rujukan? Sudahkah kita membaca dan menelaah secara kritis apa yang kita yakini sebagai keyakinan kita. Jika masih belum sepenuhnya paham dengan apa yang kita pahami, belum sepenuhnya yakin pada apa yang kita yakini, dan belum sepenuhnya mampu menjalankan sebagai pelaku agama sesuai agamanya, maka tidak pantas sedikit pun berkata orang yang berbeda dengan dirinya adalah sesuatu yang menyimpang.

Meyakini apa yang kita yakini, tidak dengan menyalahkan apa yang berbeda dengan kita. Sejauh koridor etika kemanusiaan masih tetap berlangsung kondusif. Sejauh kedamaian antara manusia, yang berbeda paham dalam seagama, yang berbeda agama dalam satu kemanusiaan, yang bertuhan dan juga tidak bertuhan, maka tidak akan terjadi kekerasan, tidak akan terjadi penghinaan yang mengakibatkan pertengkaran, tidak mementingkan pribadi dengan mengambil hak kepentingan umum.

Maka kita tidak cukup hanya dengan paham teori perbedaan agama. Tidak cukup paham perbandingan madzhab. Tidak cukup paham dengan teori kemanusiaan. Maka sesekali kita perlu berkecimpung di dunia yang bukan di dunia kita sekarang. Kita perlu keluar rumah, melihat luasnya dunia, seminimal mungkin menjelajahi pelosok negeri sendiri. Agar kita tahu bahwa di luar sana ada banyak sekali macam kehidupan. Ada banyak sekali warna-warni manusia.

Mari kita tunjukkan sifat kodrat kemanusiaan yang ada dalam diri kita. Kita jalankan titipan Tuhan sebagai manusia yang mampu menjaga bumi dan seisinya. Kita menjadi agamawan yang tidak hanya menjadikan ritual ibadah vertikal sebagai alat interaksi dengan Tuhan, melainkan ritual horizantal atau hubungan kepada lingkungan sekitar juga dijadikan sebagai interaksi dengan Tuhan. Baik dengan sesama manusia dan bersama mahluk hidup lainnya. Semoga kita saling mampu menjaga dan membangun peradaban bersama demi kedamaian hidup sesama manusia. Wallahu a’lam bisshowab.

Denpasar, 22 Oktober 2018
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : SalamuN RespectoR | Johny | Tutorial Software
Copyright © 2014. MisbahPost - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by SalamuN RespectoR
Proudly powered by Blogger