KALIFA NUSANTARA, RUMAH KITA BERSAMA

Senin, 22 Oktober 20180 komentar



OLEH: MISBAHUDDIN

Seringkali kita mendengar ungkapan “rumahku surgaku”. Maka bagi orang-orang yang jarang menghabiskan waktu di rumah tentu ungkapan tersebut sedikit kurang dijiwai. Lalu dimanakah menghabiskan waktu jika bukan di rumah sendiri? Jawabannya, bisa di tempat kerja, di jalanan, di tempat mencari nafkah atau di tempat-tempat lain.

Tulisan ini, diperuntukkan untuk seluruh karyawan Yayasan Kalifa Nusantara, baik Staf Yayasan, dewan guru RA dan MI, dan seluruh tenaga cleaning service yang berangkat lebih awal dan pulang lebih akhir dari pada karyawan yang lain. Tujuannya untuk menumbuhkan semangat yang mungkin sudah mulai melemah, membangkitkan totalitas kerja yang profesional dan menjadikan jiwa dan raga ini semakin kerasan, nyaman dan merindukan.

Jika ada ungkapan “rumahku surgaku” maka bagi kita segenap civitas yayasan kalifa nusantara harus berjiwa “kalifa nusantaraku surgaku”. Menjadikan lembaga ini sebagai ikatan persaudaraan baru. Menjadikan hati dan jiwa menyatu dalam setiap gerak dan gerik sebagai pengabdian pada agama dan bangsa. Sehingga setiap apa yang kita lakukan, bernilai ibadah sosial dan spritual. Membawa keuntunagan dalam hidup yang sementara dan dalam hidup selamanya kelak.

Tanpa adanya kenyamanan, kebahagiaan dan rasa kekeluargaan maka tidak akan terjalin “kalifa nusantaraku adalah surgaku”. Bagi para guru tentunya membulatkan niat tidak hanya pada tuga mengajar saja, melainkan di tempat ini untuk menimba ilmu-ilmu baru. Baik yang mengenai pendidikan sebagai guru atau pendidikan kehidupan. Dengan begitu, evaluasi secara pribadi dan evaluasi bersama terkait kinerja harus terus dibiasakan. Karena dengan membiasakan diri terus instrospeksi diri akan menjadikan program berikutnya lebih baik.

Cara instrospeksi kuncinya adalah keterbukaan. Saling menerima dan memberi masukan yang baik antar guru, dan antar karyawan. Dengan tidak merasa bahwa yang memberi masukan adalah yang paling benar, dan yang diberi masukan adalah yang selalu salah. Menegur tanpa menekan, dan ditegur tanpa merasa tertekan. Memberi masukan tanpa intervensi dan menerima masukan tanpa merasa diskriminasi. Semuanya berbuka hati, demi kemajuan kita sebagai guru dan kemajuan lembaga pendidikan kita.

Ketika lembaga kita diibaratkan surga, maka di dalamnya selalu indah. Kebersamaan dan kekeluargaan selalu terjalin. Sentilan dan ganjalan kecil tidak dijadikan sebagai masalah, agar tidak menghambat kenyamanan kita di rumah yang sudah kita anggap surga. Memang, teori itu tidak semudah implementasi di lapangan. Dengan sikap dan karakter yang berbeda, dari setiap karyawan di rumah kita, pastinya tidak dapat dipungkiri penyakit hati yang mengganggu kenyamanan kita selalu ada.

Setidaknya dengan memahami teori tentang kekeluargaan, kebersamaan dan persaudaraan kita sudah melewati satu langkah. Lebih dari itu, tinggal kita biasakan sikap dan prasangka baik. Selagi ada ikhtiar, sedikit demi sedikit akan kita capai. Jika sudah damai dan tentrem maka surga itu akan kita rasakan bersama. Kita berdoa dan berharap semoga Allah Swt menjadikan kita lebih giat dan semangat mengabdi sebagai hamba Allah Swt. Sehingga pengabdian kita pada bangsa dan negara juga tambah kuat. Wallahu a’lam bish showab.

Denpasar, 22 Oktober 2018
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : SalamuN RespectoR | Johny | Tutorial Software
Copyright © 2014. MisbahPost - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by SalamuN RespectoR
Proudly powered by Blogger