Hubungan Orang Tua, Guru, dan Siswa di MI Kalifa Nusantara

Senin, 08 Oktober 20180 komentar

Oleh: Misbahuddin

Lembaga pendidikan bagi kebanyakan orang tua siswa ibarat bengkel yang memperbaiki peserta didik, dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang kurang beradab menjadi lebih beradab, dari yang kurang manusiawi menjadi lebih manusiawi. Maka dari itu banyak orang tua akan memilih lembaga mana yang menurutnya pas untuk memperbaiki apa yang perlu diperbaiki dari anaknya.

Jika lembaga pendidikan ibarat sebagai sebuah bengkel, maka juga tidak menutup kemungkinan semua yang diharapkan sesuai dengan keinginan. Tidak semua sepeda motor yang masuk bengkel tambah bagus. Bergantung profesionalitas dari si pekerja di bengkel tersebut. Artinya belum tentu juga siswa yang awalnya tidak mengerti apa-apa lalu seketika berubah menjadi cerdas. Yang awalnya moralnya kurang bagus di masyarakat lalu seketika menjadi panutan umat. Semua itu belum tentu akan terjadi.

Akan tetapi harapan itu harus terus disadari oleh lembaga pendidikan sebagai sebuah tujuan. Dengan menganggap semua siswa ibarat pasien rumah sakit yang perlu dilayani tanpa pandang bulu. Yang semua harus mendapat perhatian tanpa pilih kasih. Untuk mewujudkan itu, maka ketersediaan lembaga pendidikan harus benar-benar memadai. Baik dari segi pendidiknya, fasilitas sarana dan prasarananya dan sistemnya yang membuat semua elemen merasa nyaman.

Jika lembaga pendidikan menganggap siswa adalah sebagai pasien rumah sakit yang harus mendapat perhatian satu persatu. Maka pihak pasien juga ada yang berhasil sembuh ketika keluar rumah sakit, ada juga yang tambah parah dan bahkan berujung kematian. Begitu pun di lembaga pendidikan, kita sebagai pendidik sudah berusaha maksimal mendidik, mengajar, bahkan memperhatikan, mengasihi dan mendoakan untuk keberhasilan siswa, tapi hasilnya pun bisa jadi sesuai harapan atau tidak.

Memperbaiki manusia tentunya tidak semudah memperbaiki mahluk mati, seperti mesin, bangunan dan barang-barang pakai lainnya. Maka jangan heran jika kemudian, di MI Kalifa Nusantara dari sekian guru yang berjuang mendidik siswa terdapat hal yang membuat orang tua merasa sakit hati, misalnya terjadi perlakuan yang kasar, atau kejanggalan-kejanggalan yang lain. Hal-hal itu seperti itu perlu dimaklumi dengan terbuka.

Mengurus siswa yang notabene berbeda sifat, karakter dan bahkan tingkah lakunya tidak semudah sepeda motor di bengkel yang dibongkar dan dibredel semaunya yang memperbaiki. Tidak semudah pasien rumah sakit yang ketika disuntik bius ia akan rela diberi tindakan apa saja. Konsep pendidikan tidak selamanya bisa diibaratkan pada hal yang praktis. Walaupun sekilas memang sama dari segi tujuan dan harapannya.

Maka diharapkan para orang tua juga dapat bekerjasama dengan baik. Dapat memahami lembaga pendidikan dan sistem yang berlaku. Sesekali terdapat hal yang tidak diinginkan dari orang tua atas perlakuan guru terhadap anaknya, maka proses penyelesaian pun harus dengan cara yang etis, prosedural dan saling keterbukaan.

Kemampuan orang tua mendidik dua atau tiga anak di rumah, belum tentu mampu mengurus sekian siswa di kelas, bahkan berkelas-kelas banyaknya. Dan juga sifat siswa di rumah belum tentu mencerminkan sifat dan sikap siswa di sekolah. Bisa lebih baik dan juga bisa lebih buruk. Maka keterbukaan saling berpendapat, memberi masukan demi kebaikan dan saling pengertian untuk kemajuan bersama.

Usaha guru yang sudah maksimal, terkadang tercoreng dari hal kecil yang mungkin hal kecil tersebut yang mampu mengantarkan siswa menjadi lebih baik. Yang mungkin hal kecil tersebut menjadi kenangan indah siswa untuk sadar di masa depan nanti ketika sudah sukses. Yang mungkin hal kecil tersebut terus ia ingat sebagai sebuah proses yang menjadi salah satu sebab keberhasilannya kelak.

Karakter dari sekian banyak guru pun berbeda. Ada guru yang diam atas segala sikap siswa, ia acuh tak acuh dengan siswanya, mau patuh atau tidak, mau sopan atau tidak, ia diam saja. Di sisi lain ada juga guru yang memang benar-benar ingin siswanya menjadi lebih baik, bahkan ia harus keraskan suara sekerasnya, dan sampai hilang kesabarannya ia harus nyubit, dan berbagai peringatan lain yang ia lakukan. Tentunya semua itu terkadang terjadi di luar ekspektasi yang kita harapkan. Karena mengurus manusia itu, setiap waktu akan terus bergerak.

Orang tua dan guru di lembaga pendidikan MI Kalifa Nusantara harus menaruh kepercayaan sepenuhnya. Orang tua harus percaya sepenuhnya pada guru di sekolah, dan sebaliknya guru mempercayakan sepenuhnya kepada siswa ketika di rumah. Dan adanya kepercayaan itu ditopang dengan kerjasama yang baik, melalui komunikasi terbuka, komunikasi belas kasih, dan satu visi dan misi. Insyaallah Kalifa Nusantara ke depannya akan lebih baik dan sesuai dengan apa yang kita harapkan bersama.
Wallahu a'lam bisshowab.

Denpasar, 09 Oktober 2018

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : SalamuN RespectoR | Johny | Tutorial Software
Copyright © 2014. MisbahPost - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by SalamuN RespectoR
Proudly powered by Blogger