Perempuan

Selasa, 29 Mei 20180 komentar

Oleh: Misbahuddin

Topik tentang diskriminasi perempuan terjadi pada zaman jahiliah sebelum diutusnya Nabi Muhammad dan zaman sejarah Indonesia sebelum perjuangan Kartini berhasil. Dua zaman ini, sudah familiar dikenal dan dipahami umat sebagai sebuah penindasan tidak hormat pada perempuan.

Penganggapan yang tidak hormat kepada perempuan kala itu disebabkan oleh karena ketidak pahaman sebagai satu kesatuan makhluk yang sama-sama dimuliakan. Kebodohan pola pikir, kedangkalan rasa kemanusiaan, dan terkuburnya pengetahuan yang sampai penguburan anak perempuan secara hidup-hidup.

Sebuah fenomena sosial yang sungguh tidak beradab dan sama sekali tidak bermartabat. Maka terjadilah sebuah perjuangan-perjuangan untuk mengangkatnya sejajar dengan  laki-laki. Sampai kemudia akhirnya perjuangan mengangkat martabat seorang perempuan berhasil pada dua masa yang disebut di muka. Maka apakah sudah selesai sampai di situ. Tentunya tidak.

Dan tugas di zaman sekarang ini adalah merawat dan menjaga martabat seorang perempuan. Karena perempuan saat ini sudah memiliki kesempatan yang sama untuk berpendapat di depan publik. Punya kebebasan yang sama untuk menjadi publik figur. Merawat dengan terus menghargai karya-karyanya. Memberi kesempatan untuk terus mengenyam pendidikan.

Sebagai seorang pemiliki rasa empati dan simpati tinggi perempuan menjadi tiga tingkat kemuliaannya dibandingkan laki-laki. Sebagaimana dalam ungkapan hadis nabi yang inti dari makna hadisnya Risulullah menjawab tiga kali dengan jawaban sama, ibumu, ibumu, ibumu, pada pertanyaan kepada siapakah yang harus dihormati pertama kali? Dan jawaban keempatnya adalah bapakmu.

Ketika berbicara perempuan, maka telah membicarakan kehormatan manusia. Jika lahir banyak pahlawan, ilmuan, budayawan, bahkan para ulama-ulama maka adanya mereka karena Allah telah menciptakan seorang ibu untuk melahirkan.

Memposisikan ibu sebagai perempuan terhormat dari yang lain memang menjadi sebuah keharusan. Seperti yang ada dalam bait lagu Roma Irama "jika kau sayang pada kekasih lebih sayanglah pada ibumu, bila kau patuh pada rajamu, lebih patuhlah pada ibumu".

Maka jangan sekali-kali kita menyakitinya. Membuat kecewa dan bahkan mendurhakainya. Ketangguhan seorang lelaki terletak ketika ia mampu mengendalikan emosinya pada perempuan. Kewibawaan seorang lelaki ketika mampu mengendalikan cinta bukan dengan kata-kata tapi rasa.

Seorang lelaki yang membagi cintanya pada ibu dan istri dengan seimbang. Maka ia mampu memadukan rasa cinta yang sesungguhnya. Karena dalam cintanya itu, didasarkan pengetahuan akan cinta kepada sang maha cinta. Ia tidak salah menempatkan dan memposisikan.

Selamat hari Kartini, sebagai hari perempuan nasional.

Wallahu a'lam
Malang, 21 April 2018

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : SalamuN RespectoR | Johny | Tutorial Software
Copyright © 2014. MisbahPost - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by SalamuN RespectoR
Proudly powered by Blogger