Catatan Titik di "Banyu Meneng"

Senin, 09 Oktober 20170 komentar

Oleh: Misbahuddin

Sungguh indah rasanya, setelah sekian semester lamanya kita jeda dari kebersamaan. Istirahat dari guyon-guyon kemesraan. Dan absent dari satunya kekeluargaan.

Selasa, 3-4 Oktober 2017 mungkin menjadi catatan titik bagi tabalwar. Pantai Banyu Meneng menjadi pilihan sebagai saksi nyata. Torehan kasih dan keterbukaan tercipta layaknya sesama keluarga.

Catatan ini sebagai akhir rangkuman dari sekian catatan. Untukku sang penulisnya. Tak bisa dipungkiri akan ada catatan lagi, tapi tidak untuk aku masukkan dalam tulisan.

Begitu indah suasana malam itu, malam 13 Muharrom 1439 H. Sinar bulan mendekati purnama itu menemani canda tawa kami. Getaran bunyi ombak yang menghantam batu karang menjadi alunan pengganti musik. Rintik-rintik hujan menjadi camelan kami dari haus dan lapar.

Walau catatan ini tidak ditutup oleh semua anggota tabalwar, oleh karena alasan-alasan penting yang harus mereka emban. Tapi catatan ini menjadi bukti bahwa keluarga tabalwar masih begitu erat dan kompak.

Dan masih ada harapan untuk kembali bersama di lain waktu dan tempa. Walau mungkin harapan itu sedikit mustahil. Tapi, tiada salah berharap untuk kembali bersama dal satu keleluargaan.

Tepat pukul 14.00 Wib, kami bergegas menuju dua tenda yang akan terpasang di pinggir pantai bernama Banyu Meneng. Perjalanan berliku penuh cerita dan arti melalui sepeda motor tiba di lokasi pukul 17.00 Wib. Kami pun dengan siap siaga membangun tenda bersama. Setelah kedua tenda terbangun dengan berhadapan dan siap untuk dihuni, kami pun sholat maghrib dan isya.

Suasana malam pun tiba. Kayu yang terbakar di dekat kami, mulai memanas pertanda santapan malam dari ayam dan ikan siap dibakar. Dengan bekal nasi yang dibeli 25.000 dari warung sebelah, ternyata sangat pas untuk 11 orang.

Dengan deretan berhadapan melingkari nasi yang digelar memanjang. Kami berdoa bersama menikmati makan malam. Sungguh akrab teman-teman tabalwar ini. Sebentar lagi moment-moment ini akan tinggal merindukannya.

Perut pun kenyang. Malam semakin mesra dengan permainan lanjut kata. Untuk ditanya terbuka sejujurnya dari setiap anggota. Semakin ramai saja ya, "sekarang giliran kamu, gantian dong... yeee... kenak deh kamu". Saut-sautan canda yang semakin lucu membuat hati ini terlukis kenangan indah di sini. Waktu semakin malam saja, sudah tidak terasa ya.

Satu persatu mulai masuk tenda. Satu dua tiga anggota masih berjaga di luar. Demi keamanan dan keselamatan kami. Dan akhirnya tiba waktu pagi untuk sholat subuh.

"Pagiku cerahku, matahari bersinar, ku pegang cameraku di pantai". Semua tanpa ada rasa salah dan dosa. Luapkan kebahagian dengan foto gila-gilaan. Foto kekeluargaan. Mulai macak lucu sampai macak serius. Mulai dari video nyanyi-nyanyi sampai video ucapan-ucapan selamat. Hemmm..... kapan lagi seperti ini.

"Pantai seakan milik kami". Kata salah seorang teman. Senengnya ya.

Tidak terasa jam sudah menunjukkan 09.00 Wib. Dengan cepat kita bersihkan lokasi dan bongkar tenda. Jam 10.30 pun kita siap pulang ke kos masing dengan kondisi sudah mandi dan wangi. Ternyata, di sini banyak meninggalkan rahasia indah. Rahasia pribadi. Bahkan kita harus foto lagi sebelum pulang. Satu dua tiga.. Jebret...jebret...Yeyeeeee. akhirnya kita pulang.....

Malang, 5 Oktober 2017

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : SalamuN RespectoR | Johny | Tutorial Software
Copyright © 2014. MisbahPost - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by SalamuN RespectoR
Proudly powered by Blogger