Pemulung Pemburu Rejeki Pagi

Kamis, 20 Juli 20170 komentar




Pagi adalah  awal hari, saat fajar mulai menunjukkan kemerahannya, disusul mentari, kicauan burung dan kokokan ayam jantan. Udara pagi hari seberapapun kotornya nanti, adalah kondisi paling ideal untuk dihirup seluruh makhluq hidup termasuk kita. Saat itu pula badan kita telah kembali segar dan bergairah,  setelah beberapa jam kita terlelap dan kita biarkan sel-sel tubuh kita meregenerasi dirinya.

Saat itulah kuncup-kuncup bunga kembali bermekaran, setelah semalaman ia menguncupkan dirinya. Saat itulah bayi-bayi membuka matanya, tersenyum menebarkan kebahagiaan bagi setiap orang yang menatapnya. Saat itulah Malaikat mendoakan keberkahan bagi orang-orang yang  membelanjakan hartanya di jalan Allah. Itulah pagi hari. Maka sebaik-baik aktivitas yang baik idealnya kita mulai saat pagi.

Di sebuah perumahan tempat saya tinggal terdapat tong-tong sampah di setiap rumah warga. Tong sampah itu beranika ragam isinya. Sampah plastik, dedaunan, kertas dan jenis-jenis yang lain. Dalam waktu dua kali seminggu sang tukang pindah sampah mengumpulkan ke dalam gerobak untuk dibuang ke tempat pembuangan. Sambil memenuhi tugasnya sebagai pekerja tukang angkut sampah ia mengumpulkan sampah-sampah yang bisa dijual ke rongsokan. Selain mendapatkan gaji dari pemerintah ia pun punya pengahsilan tambahan.

Lain halnya dengan pemulung yang rutin setiap pagi mengambil sampah-sampah yang bisa dijual lagi. Ia hanya mencari dari antar tong sampah dan memilahnya untuk dimasukkan ke dalam karung yang ia bawa. Setiap pagi ia tak pernah absent untuk memilah dan memilih sampah yang menurut ia masih bisa dijual. Ia patut diacungi jempol dari pada pengamen yang kadang mengganggu orang, lebih lagi dari seorang pengemis.

Ia punya semangat kerja, dan membantu warga mengurangi beban sampah di tongnya. Ia punya keuletan dan semangat tinggi untuk mengais rejeki tanpa harus meminta-minta apalagi mengemis. Bagi saya tidak ada masalah selagi ia berperilaku baik dan bekerja secara baik pula dan tidak mengganggu etika masyarakat. Mengembalikan sampah-sampah yang tidak terpilih dengan rapi dan tertata. Tidak sembarang meninggalkan bekas.

Di sebagian warga dan perumahan yang lain, ditemui tulisan “pemulung dilarang masuk”. Tulisan ini dikarenakan tidak sukanya warga terhadap kerja pemulung yang sembarang mengambil tanpa memperhatikan etika dan tatakrama. Ia mengambil dengan seenaknya sendiri. Sampah-sampah yang keluar tong akibat mengambil sampah yang ia pilih tidak ia masukkan kembali. Ia biarkan berserakan di luar tong. Inilah yang kemudian menjadi cacat bagi pemulung.

Pagi buta, ia sudah siap dengan keranjang besar di punggungnya, tongkat penjepit dan magnet bundar di ujungnya.

Ia datangi satu demi satu tong sampah di setiap rumah. Ia korek-korek, kadang ia mendapati botol plastik, kadang ia dapati kaleng bekas minuman bersoda, kadang ia dapati kardus dan Koran. Ia mulai memisahkan berdasarkan jenisnya.

Menjelang siang hari keranjang besar itu sudah penuh dengan sampah beraneka jenis. Ia datangi pengepul, ditukarnya sekeranjang sampah itu dengan beberapa lembar uang ribuan setelah sebelumnya ditimbang berdasarkan jenisnya. Pemulung memang mendapatkan uang tidak sebesar yang kita dapatkan, tapi ada pelajaran berharga yang dapat kita ambil. Wallahu a'lam.

Sumber Referensi : Atep Supriatna
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : SalamuN RespectoR | Johny | Tutorial Software
Copyright © 2014. MisbahPost - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by SalamuN RespectoR
Proudly powered by Blogger