PEMBELAJARAN “STAT DE SFCT” UNTUK KEMAMPUAN CRITICAL THINKING AND PROBLEM SOLVING KELAS XI

Senin, 31 Juli 20170 komentar




PEMBELAJARAN “STAT DE SFCT” UNTUK KEMAMPUAN CRITICAL THINKING AND PROBLEM SOLVING KELAS XI


Ultha Superi Andhani1), Siti Nur Fitri Alawiyah2), Ade Irma Widyo3)
1Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Malang
2Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Malang
3Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Malang


ABSTRAK

Kemampuan critical thinking and problem solving siswa dalam menghadapi masalah matematika sangatlah perlu dikembangkan, karena matematika bukan hanya berguna untuk memberikan kemampuan dalam perhitungan-perhitungan kuantitatif tetapi juga dalam penataan cara berpikir. Sehingga diperlukan model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan critical thinking and problem solving. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan dan mendeskripsikan kemampuan critical thinking and problem solving siswa dengan pembelajaran “Stat de SFCT”dan tanpa pembelajaran “Stat de SFCT” di kelas XI khususnya pada program IPA SMAN 1 Purwosari. Pembelajaran “Stat de SFCT” merupakan pembelajaran Statistika dengan model pembelajaran SFCT (search, find and construct together). Penelitian ini merupakan penelitian campuran (mixed method) dengan desain Concurrent Embedded yakni penggabungan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif secara tidak seimbang dengan persentase 70% menggunakan metode kuantitatif dan 30% metode kualitatif. Penelitian ini menggunakan jenis quasy experimental atau eksperimen semu yang terdiri dari dua kelompok penelitian yaitu XI IA-5 sebagai kelas eksperimen dan XI IA-4 sebagai kelas kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan critical thinking and problem solving siswa dengan pembelajaran “Stat de SFCT” yang tanpa pembelajaran “Stat de SFCT”. Kemampuan critical thinking and problem solving siswa dengan pembelajaran “Stat de SFCT” juga lebih baik dari pada siswa tanpa pembelajaran “Stat de SFCT”. Hal ini dapat dilihat rata-rata tes pada kelas dengan pembelajaran “Stat de SFCT” lebih tinggi dari  kelas tanpa pembelajaran “Stat de SFCT”.

Kata-kata kunci: pembelajaran “Stat de SFCT, kemampuan critical thinking and problem solving, Statistika

PENDAHULUAN

Matematika merupakan salah satu unsur penting dalam pendidikan. Mata pelajaran matematika telah diperkenalkan kepada siswa sejak tingkat dasar sampai ke jenjang yang lebih tinggi. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, Pasal 19 (ayat 1) berbunyi : “Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta fisiologis peserta didik”. Untuk mencapai tujuan proses pembelajaran tersebut, pemerintah memberi kebijakan dengan menyempurnakan kurikulum yang gunakan sebelumnya yakni KTSP menjadi kurikulum 2013. Berlakunya Kurikulum 2013, menuntut perubahan paradigma pada proses pembelajaran, salah satunya adalah pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) beralih pada pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Dalam pembelajarannya, matematika bukan hanya berguna untuk memberikan kemampuan dalam perhitungan-perhitungan kuantitatif tetapi juga dalam penataan cara berpikir terutama kemampuan memecahkan masalah (problem solving) yang sangat erat kaitannya pada kehidupan sehari-hari. Cooney mengemukakan bahwa dengan memiliki kemampuan pemecahan masalah akan membantu siswa berpikir analitik dalam mengambil keputusan dalam kehidupan sehari-hari dan membantu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam menghadapi situasi baru (Hendriana dan Utari, 2014:23). Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan critical thinking atau berpikir kritis sangat erat kaitannya dengan problem solving atau pemecahan masalah karena peserta didik akan dengan maksimal menggunakan kemampuan critical thinkingnya saat menjadi problem solver atau pemecah masalah.
Untuk itu guru perlu menerapkan model pembelajaran yang tepat yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan critical thinking and problem solving. Menurut Amri (2013:4) , model pembelajaran adalah suatu desain yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan pada interaksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa agar tujuan atau kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien.
Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan agar kemampuan critical thinking and problem solving siswa dapat tercapai secara maksimal adalah model SFCT (Search, Find and Construct Together). Model pembelajaran SFCT (search, find and construct together) merupakan model pembelajaran yang dikembangkan untuk meningkatkan daya pikir peserta didik melalui aktivitas dan interaksi belajar, yaitu kegiatan mencari (search), menemukan (find) konsep dari kegiatan pemecahan masalah yang diberikan oleh pendidik, kemudian konsep yang telah ditemukan dari hasil pemecahan masalah tersebut dibangun bersama (construct together) dalam kegiatan pembelajaran (Rohmaniyah, 2015:53). Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran SFCT (search, find and construct together) ini diharapkan dapat memaksimalkan kemampuan critical thinking and problem solving peserta didik khususnya dalam materi Statistika. Materi ini merupakan salah satu materi yang sangat berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dan penuh dengan masalah sehingga memerlukan kemampuan critical thingking atau berpikir kritis untuk dapat menyelesaikannya. Untuk membuat judul yang menarik, peneliti menggabungkan model pembelajaran SFCT dengan materi Statistika menjadi pembelajaran “Stat de SFCT”. Pembelajaran “Stat de SFCT” merupakan singkatan dari Statistika dengan model pembelajaran SFCT.
Adapun rumusan masaalh yang di ambil oleh peneliti adalah :
1.      Apakah terdapat perbedaan kemampuan critical thinking and problem solving pada kelas dengan pembelajaran “Stat de SFCT” dan yang tidak dengan pembelajaran “Stat de SFCT” pada kelas XI?
2.      Bagaimana kemampuan critical thinking and problem solving pada kelas dengan pembelajaran “Stat de SFCT” dan yang tidak dengan pembelajaran “Stat de SFCT” pada kelas XI?
Dengan rumusan masalah yang ada, peneliti berharap dengan adanya penelitian ini dapat .
1.        Mengetahui adanya perbedaan kemampuan critical thinking and problem solving pada kelas dengan pembelajaran “Stat de SFCT” dan yang tidak dengan pembelajaran “Stat de SFCT”.
2.        Mendeskripsikan kemampuan critical thinking and problem solving pada kelas dengan pembelajaran “Stat de SFCT” dan yang tidak dengan pembelajaran “Stat de SFCT” pada kelas XI.

METODE
Lokasi penelitian yang diambil oleh peneliti yaitu SMAN 1 Purwosari dengan subjek penelitian kelas XI IPA 4 dan XI IPA 5. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kombinasi (Mixed Methods) dengan desain Concurrent Embedded. Concurrent Embedded (Sugiyono, 2015) yaitu metode penelitian yang menggabungkan antara metode penelitian kuantitatif dan kualitatif dengan cara mencampur kedua metode tersebut secara tidak seimbang. Metode ini digunakan secara bersama-sama dan dalam waktu yang sama, tetapi independen untuk menjawab rumusan masalah yang sejenis dengan persentase 70% menggunakan metode kuantitatif dan 30% metode kualitatif.
Metode kuantitatif digunakan untuk membuktikan rumusan masalah pertama. Penelitian ini menggunakan jenis Quasy Experimental atau eksperimen semu yang terdiri dari dua kelompok penelitian yaitu kelas eksperimen (kelas perlakuan) merupakan kelompok siswa yang menerapkan pembelajaran “Stat de SFCT” dan kelas kontrol yaitu kelompok siswa yang tidak menerapkan pembelajaran “Stat de SFCT”. Sebelum perlakuan, kelompok diberi pretest agar mengetahui sejauh mana kemampuan critical thinking and problem solving pada materi Statistika.
Desain penelitian eksperimen jenis Quasy Experimental dapat dilihat pada gambar





Keterangan :
Y1 = Nilai Pretest         X1 = Perlakuan Kelas Eksperimen
Y2 = Nilai Postest         X2 = Perlakuan Kelas Kontrol

Sedangkan metode kulaitatif berperan menjawab pertanyaan penelitian yang berasal dari hasil pengamatan, wawancara dan observasi yang telah dilakukan dan di analisis secara kualitatif dengan mendeskripsikan temuan-temuan yang didapatkan selama penelitian dilapangan.
Teknik pengumpulan data secara kuantiatif, peneliti menggunakan teknik sebagai berikut:
1.        Tes. Dalam penelitian ini tes digunakan untuk mengetahui kemampuan critical thinking and problem solving siswa pada materi Statistika. Tes ini dilaksanakan pada awal dan akhir pembelajaran “Stat de SFCT”.
Sedangkan   untuk   teknik   pengumpulan   data   secara   kualitatif,   peneliti menggunakan teknik sebagai berikut :
b.        Wawancara. Wawancara dilakukan pada beberapa siswa di kelas eksperimen dan guru mata pelajaran matematika untuk mengetahui sejumlah informasi dalam kelas yang berhubungan dengan pembelajaran “Stat de SFCT” untuk kemampuan critical thinking and problem solving.
c.         Observasi. Observasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah observasi partisipan. Observasi ini dilakukan selama kegiatan pembelajaran “Stat de SFCT” berlangsung untuk mengetahui dan mengukur kemampuan critical thinking and problem solving siswa.
Instrumen penelitian pada metode kuantitatif digunakan untuk mengumpulkan data tentang pembelajaran “Stat de SFCT”. Instrumen pada penelitian ini terdiri dari lembar pretest dan postes, LKDK serta LKPD.
Instrumen penelitian pada metode kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Peneliti berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan berkaitan dengan pembelajaran “Stat de SFCT” untuk kemampuan critical thinking and problem solving.


HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Kuantitatif
1.        Deskripsi Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian mengenai kemampuan critical  thinking  and problem solving  siswa ini dilaksanakan mulai tanggal 4 April 2017 sampai dengan tanggal 26 April 2017 di SMAN 1 Purwosari. Fokus  penelitian  ini  adalah pada  kelas  XI  khususnya kelas XI program IPA yang ditunjukkan pada tabel berikut :

No
Kelas
Jumlah Siswa

1
XI IA-1
35

2
XI IA-2
36

3
XI IA-3
36
Sampel Penelitian
4
XI IA-4
36
Kelas Kontrol
5
XI IA-5
36
Kelas Eksperimen
6
XI IA-6
38

7
XI IA-7
35

Jumlah
252


Pada kelas eksperimen diterapkan pembelajaran “Stat de SFCT” sedangkan pada kelas kontrol yang tidak menggunakan pembelajaran “Stat de SFCT”. Sebelum Pretes-Postes diberikan, terlebih dahulu dilakukan validasi pada ahli yaitu satu dosen prodi Pendidikan Matematika FKIP UNISMA dan satu guru mata pelajaran matematika di SMAN 1 Purwosari. Dari hasil Pretes akan diuji prasyarat dan hasil Postes akan diuji hipotesis. Data hasil Pretes dan Postes kemampuan critical thinking and problem solving siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen yaitu pada tabel sebagai berikut:
Statistik
Kelas
Eksperimen
Kontrol
Pretes
Postes
Pretes
Postes
Jumlah siswa
34
34
32
32
Jumlah Skor Ideal
20
20
20
20
Jumlah Skor Maksimum
11
17
15
12
Jumlah Skor Minimum
1
9
3
5
Rata-rata
6,88
12,18
6,53
8,06











Berdasaran tabel 3.2 dapat dilihat bahwa selisih rata-rata Pretes dan Postes kelas eksperimen yaitu 5,3 lebih besar dari pada selisih rata-rata Pretes dan Postes kelas kontrol yaitu 1,53. Hal inimenunjukkan bahwa kemampuan critical thinking and problem solving siswa setelah diterapkannya pembelajaran “Stat de SFCT” menyebar pada rata-rata kelas dari pada pembelajaran yang tidak menggunakan pembelajaran “Stat de SFCT”. Dalam penelitian ini, data kuantitatif dianalisis menggunakan Software IBM SPSS Statistic 20.

2.    Hasil Analisis  Pretest
Analisis data awal dilakukan untuk mengetahui apakah kedua sampel berasal dari populasi yang mempunyai kondisi awal yang sama atau tidak. Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis data awal adalah menguji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan rata-rata.
a.         Uji Normalitas
Hipotesis :
H0  : Distribusi  data pre-test normal
H1 : Distribusi data pre-test tidak normal Hasil analisis :
                 Kesimpulan :
Nilai signifikansi pada kelas XI IA-4 dan XI IA-5 (0,05), maka H0 diterima, artinya data kelas XI IA-4 dan XI IA-5 berdistribusi normal.

b.      Uji Homogenitas
Hipotesis :
H0 : Kelompok data nilai pre-test  kelas XI IA-4 dan XI IA-5 memiliki varian yang sama
H1 : Kelompok data nilai pre-test kelas XI IA-4 dan XI IA-5 memiliki varian yang tidak      sama


Levene's Test for Equality of Variances


F
Sig.
VAR00001
Equal variances assumed
,726
,398

Equal variances not assumed



Kesimpulan :
Sig = 0,398 > 0,05 sehingga H0 diterima. Artinya nilai pre-test kelas XI IA-4 dan XI IA-5 memiliki varian yang sama. Jadi dapat disimpulkan bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai varian yang sama atau homogen.

c.    Uji Kesamaan Rata-rata
Hipotesis :
H0 : Tidak terdapat perbedaan nilai pre-test kelas XI IA-4 dan XI IA-5
H1 : Terdapat perbedaan nilai pre-test kelas XI IA-4 dan XI IA-5


          Kesimpulan :
Sig = 0,468 > 0,05 sehingga H0 diterima. Artinya tidak terdapat perbedaan kemampuan awal antara kedua atau kemampuan awal kedua kelas sama. Jadi kedua kelas yaitu kelas XI IA-4 dan XI IA-5 dapat dijadikan sebagai sampel penelitian.

3.    Hasil Analisis  Postest
Setelah dilakukan pembelajaran “Stat de SFCT” kelas eksperimen oleh tim peneliti dan pembelajaran oleh guru mata pelajaran matematika pada kelas kontrol, dilakukan tes untuk mengetahui kemampuan akhir critical thinking and problem solving siswa pada materi Statistika. Hasil analisis data kemampuan akhir diperoleh sebagai berikut.
a.         Uji Normalitas
Hipotesis :
H0 : Distribusi  data pos-test normal
H1 : Distribusi data pos-test tidak normal
                             

          Kesimpulan :
Nilai signifikansi  pada kelas XI IA-4 dan XIIA-5 (0,05), maka H0 diterima,  artinya data kelas XI IA-4 dan XI IA-5 berdistribusi normal.

b.      Uji Homogenitas
Hipotesis :
          H0 : Kelompok data nilai pre-test kelas XI IA-4 dan XI IA-5 memiliki  varian yang sama
H1 : Kelompok data nilai pre-test kelas XI IA-4 dan XI IA-5 memiliki varian yang tidak     sama


Levene's Test for Equality of Variances
F
Sig.
nilai
Equal variances assumed
.022
.882
Equal variances not assumed





Kesimpulan :
Sig = 0,882. Jelas Sig = 0,882 > 0,05 sehingga H0 diterima. Artinya nilai pre-test kelas XI IA-4 dan XI IA-5 memiliki varian yang sama. Jadi dapat disimpulkan bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai varian yang sama atau homogen.

c.       Uji Hipotesis
Hipotesis :
H0 : Tidak   terdapat   perbedaan  kemampuan  critical thinking and problem solving          antara  kelas XI IA-4 dan XI IA-5
H1 : Terdapat perbedaan kemampuan critical thinking and problem solving antara kelas XI           IA-4 dan XI IA-5



             Kesimpulan :
Sig = 0,000 < 0,05 sehingga H0 ditolak maka H1 diterima. Artinya terdapat perbedaan kemampuan critical thinking and problem solving antara kelas XI IA-4 sebagai kelas kontrol dan XI IA-5 sebagai kelas eksperimen.
     Pada analisis indikator soal juga, terdapat perbedaan antara jawaban kelas kontrol dan eksperimen. Masing-masing penjabaran jawaban siswa berbeda pada tiap nomor soal yang telah diberikan saat pembelajaran.

Analisis Data Kualitatif

Penelitian dilakukan selama 3 pertemuan pada kelas eksperimen dan 2 pertemuan pada kelas kontrol. Pertemuan pertama pada kelas eksperimen diadakan pretes selama 1 jam pelajaran, kemudian pembelajaran “Stat de SFCT” selama 3 jam pelajaran pada pertemuan berikutnya dan postes selama 1 jam pelajaran di akhir pertemuan. Sedangkan untuk kelas kontrol, pertemuan pertama diadakan pretes selama 1 jam pelajaran dan pertemuan kedua postes selama 1 jam pelajaran. Pada kegiatan pembelajaran “Stat de SFCT” diamati menggunakan lembar pengamatan kegiatan guru dan siswa serta adanya RPP yang telah disiapkan. Setelah dilakukannya postes pada kelas eksperimen, juga dilakukan wawancara kepada beberapa siswa dan guru mata pelajaran matematika.


Observasi
1.         Analisis Kegiatan Guru dalam Pembelajaran “Stat de SFCT”

No
Kegiatan Guru
Pertemuan Pertama
Skor Max
Skor Pengamat
I
II
III
1
Kegiatan awal
15
12
14
13
2
Kegiatan Inti
35
28
31
28
3
Kegiatan akhir
25
21
22
22
Jumlah
75
61
67
63
Persentase kegiatan guru
100%
81%
89%
84%
Taraf Keberhasilan
Sangat Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Sangat Baik

Kesimpulan :
Pelaksanaan pembelajaran “Stat de SFCT” ditinjau dari kegiatan guru sudah terlaksana dengan sangat baik.






2.         Analisis Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran “Stat de SFCT”

No
Kegiatan Siswa
Pertemuan Pertama
Skor Max
Skor Pengamat
1
2
3
1
Kegiatan awal
15
11
14
14
2
Kegiatan Inti
25
20
20
21
3
Kegiatan akhir
15
14
12
11
Jumlah
55
45
46
46
Persentase kegiatan siswa
100%
81,8%
83,6%
83,6%
Taraf Keberhasilan
Sangat Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Sangat Baik

Kesimpulan :
Pelaksanaan pembelajaran “Stat de SFCT” ditinjau dari aktivitas siswa sudah terlaksana dengan sangat baik.





Observasi dilakukan oleh 3 observer
1.     Bapak Rahmat Listiyono selaku guru matematika sebagai pengamat I
2.     Muhammad Fikri Zarkasyi selaku teman sejawat sebagai pengamat II
3.     Ultha Superi Andhani sebagai pengamat III.










Taraf keberhasilan tindakan:
Keterangan
Kriteria
81% - 100%
Sangat Baik
61% - 80%
Baik
41% - 60%
Cukup Baik
21% - 40%
Kurang Baik
0% - 20%
Tidak Baik
Wawancara
·       Wawancara dilakukan pada tanggal 25 April 2017
·       1 orang dari tim peneliti mewawancarai guru mata pelajaran matematika dan 2 lainnya mewawancarai beberapa siswa dari kelas eksperimen
Wawancara dengan guru
Pembelajaran “Stat de SFCT” lebih menarik karena siswa menjadi lebih aktif dengan kegiatan diskusi. Siswa tidak hanya menunggu guru memberi materi, tapi siswa mencari tahu sendiri apa yang akan mereka pelajari. Dari soal yang ada pada LKPD, siswa dapat mengembangkan kemampuan critical thinking and problem solving. Dikarenakan guru mata pelajaran matematika hanya sesekali saja memberi soal bentuk critical thinking and problem solving.
Wawancara dengan siswa
Sebagian besar siswa merasa senang dengan pembelajaran “Stat de SFCT” yang diterapkan tim peneliti dan sebagian besar juga merasa lebih mudah dalam menyelesaikan dan memahami soal berbasis critical thinking and problem solving dibandingkan dengan pertama kali mendapatkan soal berbasis critical thinking and problem solving. Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa merespon dengan baik pembelajaran yang diterapkan tim peneliti yakni pembelajaran “Stat de SFCT”.





KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1.        Terdapat perbedaan kemampuan critical thinking and problem solving antara peserta didik kelas eksperimen yang dengan pembelajaran “Stat de SFCTdengan peserta didik kelas kontrol yang dengan pembelajaran konvensional. Hal ini terlihat dari hasil pengujian hipotesis dengan uji Independent Sample t-test diperoleh nilai Sig. (2-tailed) = 0,000 yang lebih kecil dari nilai = 0,05 sehingga H0 ditolak atau H1 diterima yang artinya terdapat perbedaan kemampuan critical thinking and problem solving antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
2.        Kemampuan critical thinking and problem solving peserta didik kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kemampuan critical thinking and problem solving peserta didik kelas kontrol. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata postes peserta didik kelas eksperimen lebih tinggi daripada nilai rata-rata postes peserta didik kelas kontrol. Data tersebut diperkuat dengan hasil observasi dan wawancara bahwa terdapat perbedaan kemampuan critical thinking and problem solving peserta didik yaitu kelas eksperimen tidak merasa kesulitan mengerjakan postes karena kesesuaian karakteristik yang terdapat pada  pembelajaran “Stat de SFCT kemampuan critical thinking and problem solving peserta didik. Perbedaan kemampuan critical thinking and problem solving peserta didik ini dikarenakan adanya pengaruh pembelajaran “Stat de SFCT terhadap cara menjawab peserta didik terutama pada tahap diskusi. Peserta didik dapat berdiskusi dengan teman sekelompoknya setelah mengamati masalah yang ada. Pada tahap ini peserta didik dapat mengkonstruksi pengetahuannya sehingga peserta didik mampu mengembangkan kemampuan critical thinking and problem solving.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, peneliti dapat memberikan saran-saran sebagai berikut:
1.        Bagi sekolah dan pendidik matematika khususnya, hendaknya menggunakan pembelajaran “Stat de SFCT sebagai alternatif dalam proses pembelajaran khususnya untuk mengembangkan kemampuan Critical thinking and problem solving peserta didik.
2.        Bagi peneliti selanjutnya hendaknya mengukur seberapa besar pengaruh pembelajaran “Stat de SFCT terhadap kemampuan critical thinking and problem solving peserta didik atau terhadap kemampuan yang lain.
3.        Penelitian ini fokus pada pelajaran matematika pada pokok bahasan ukuran letak data, maka dari itu untuk penelitian selanjutnya juga dilakukan pada pokok bahasan matematika yang lainnya.
4.        Pengontrolan variabel dalam penelitian ini yang diukur hanya pada aspek kemampuan critical thinking and problem solving peserta didik, sedangkan aspek yang lain tidak dikontrol.


UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan kali ini, tim peneliti ingin mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mendoakan penulis selama masa studi dan dalam penyusunan tugas akhir, terutama kepada:
1.        Kemenristek dikti yang telah mendanai penelitian
2.        Alifiani, M.Pd selaku dosen pendamping PKM
3.        Anies Fuady, M.Pd selaku validator
4.        Drs. Rahmat Listiyono selaku guru mata pelajaran matematika di SMAN 1 Purwosari dan validator
5.        Fikri Zarkasyi selaku observer penelitian
6.        Nanang Qosim, Wildan Nurul Islam dan Muhammad Syafii
7.        Semua pihak yang membantu dalam penelitian ini


DAFTAR PUSTAKA

Amri, Sofan. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Jakarta: PT Prestasi Pustakarya.
Hendriana, Heris dan Utari Soemarmo. 2014. Penilaian Pembelajaran Matematika. Bandung: PT Refika Aditama
Kemendikbud. 2014. Matematika Untuk SMP/MTs Kelas XI Semester 2. Jakarta: Kemendikbud.
Murtiyasa, Budi. 2016. Isu-su Kunci dan Tren Penelitian Pendidikan Matematika. Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I). ISSN: 2502-6526.
Rohmaniyah, Lilin. 2015. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika SFCT (Search, Find, and Construct Together) Untuk SMA Kelas XI. Skripsi. Tidak diterbitkan. Malang: FKIP UNISMA.
Sahrudin, Asep. 2014. Implementasi Strategi Pembelajaran Discovery Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Motivasi Belajar Siswa SMA. Jurnal Pendidikan UNSIKA. Vol. 2 No. 1. ISSN: 2338-2996.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kombnasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.
Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: PT. Tarsito Bandung.
Trilling, Bernie dan Charles Fadel. 2009. 21ST CENTURY SKILLS. San Fransisco: Jossey-Bass.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : SalamuN RespectoR | Johny | Tutorial Software
Copyright © 2014. MisbahPost - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by SalamuN RespectoR
Proudly powered by Blogger