Puasa dari Kebisingan

Kamis, 30 Maret 20171komentar




Manusia sebagai mahluk berkelompok tidak lepas dari adanya komunikasi. Dalam berkomunikasi maka terdapat yang namanya bahasa lisan. Ketika membahasakan dalam bentuk lisan tentu ada pihak yang menjadi pendengar. Manusia yang menjadi pendengar inilah yang kemudian akan merasakan yang namanya kebisingan dan keramaian.

Ketika makan dan minum saja diperintahkan untuk berpuasa. Maka puasa dari keramaian sesekali perlu untuk dilakukan. Bathin manusia terkadang perlu diolah dalam pikiran yang tenang. Tuhan pun menganjurkan melakukan jihad melawan kemalasan di malam hari yang disebut dengan nama tahajjud. Tuhan ingin mempekenalkan bagaimanakah suasana keheningan bercengkrama dengan tuhan. Komunikasi dengan bahasa hati, diiringi semilir bunyi-bunyi alam terasa lebih menyatu.

Istirahat sejenak dari keramaian manusia yang setiap hari bertikai dan berkonflik. Sesekali mewujudkan diri dalam konteks sebagai mahluk individu. Ada waktu dimana manusia harus hidup sendiri dan harus hidup sosial. Terutama hal ini terkait dengan masalah ibadah. Manusia akan menghadapi ibadah ritual yang itu hak preogratif individu dengan Tuhan, begitu pun ibadah sosial yang interaksinya diatur sendiri oleh sesama manusia.

Hidup individu dengan Tuhan dan individu dengan manusia harus diseimbangkan dengan proses perenungan diri. Mengasingkan diri sebagai proses mencari wasilah untuk menuju perubahan hidup lebih baik. Ikhtiar ini menjadi proses yang semua manusia tidak menyetujuinya. Bahkan ada yang tidak sependapat dengan apa yang saya tulis dalam tulisan ini. Marilah eksplore pengalaman yang memberikan wawasan pengetahuan untuk berdiskusi dan saling memberikan manfaat.

Kalau kita benar-benar menyatu dengan kenikmatan yang Tuhan limpahkan salah satunya ketika keheningan itu di tengah alam, di puncak gunung, dan di hamparan lautan. Berbagai bunyi natural yang memberikan gairah nuansa kenyamanan bathin. Perjumpaan melalui pertapaan dalam keheningan memang memberikan aura positif bagi saya pribadi untuk belajar melepas dari segala apa yang menjadi rasa sayang dan cinta yang berlebihan kepada mahluk.  Belajar merelakan diri untuk menjadi pengabdi yang secara nyata mengakui Tuhan bukan sekedar lisan dan kata-kata. Semoga diri pribadi ini selalu dekat dengan-Nya dimanapun saya berada. Wallahu a’lam bisshowab
Share this article :

+ komentar + 1 komentar

30 Maret 2017 pukul 19.23

Bagus mas

Posting Komentar

 
Support : SalamuN RespectoR | Johny | Tutorial Software
Copyright © 2014. MisbahPost - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by SalamuN RespectoR
Proudly powered by Blogger