Mengenang Guru Sepuh

Kamis, 09 Februari 20170 komentar



http://misbahuddinalmutaali.blogspot.com/2017/02/mengenang-guru-sepuh.html

Orang-orang pintar di zaman sekarang tidak lain karena terlahir dari guru-guru sepuh di kampung. Guru-guru yang hanya bermodalkan niat mengajar, mendidik, dan membingbing walaupun sebenarnya keilmuan mereka tidak sepintar guru-guru sekarang. Mereka mengajar dengan hati dan keheningan. Tidak selalu mengedepankan akal dalam segala capaian pendidikannya.

Seiring perkembangan ilmu pengetahun, berkembang pula metode, strategi, dan teknik pembelajaran di dunia pendidikan utamanya dalam pendidikan formal. Perkembangan itu seakan-akan menghapus jejak guru-guru sepuh yang dianggap konvensional dalam mengajar sehingga membuat murid (peserta didik) akan jenuh dan membosankan. Dan metode yang dianggap paling konvensional adalah metode ceramah.

Pastinya kita setuju untuk ikut andil dalam perkembangan ilmu pengetahuan yang berpengaruh cepat dalam pola hidup kita. Sebagaimana konsep “didiklah anak-anakmu sesuai zamannya” pasti berlaku pula di dunia pendidkan kita. Bagi saya hal itu wajib bagi kita untuk ikut serta dalam perkembangan ilmu pengetahuan, karena perubahan dan perkembangan ilmu kehidupan ini akan terus berubah. Hal itu tanpa harus menyalahkan guru-guru sepuh yang telah mengabdi tanpa upah demi kecerdasan umat. Yang tidak Cuma bertumpu pada kecerdasan akademik, melainkan kecerdasan sosial dan spritual.

Guru sepuh banyak berasal dari pelosok desa yang terpencil. Tidak dikenal publik dan juga tidak pernah mempublikasikan diri. Jangkauan yang jauh dari proses modernisasi seakan-akan mereka dianggap tidak kreatif di era sekarang. Padahal hasil didikan mereka banyak menerobos gerbong pendidikan-pendidikan yang berhasil menjadi ilmuan yang diakui oleh masyarakat luas. Mengapa hal itu bisa terjadi?

Ini ada jawaban dari Bapak Alam seorang dosen Penenelitian Tindakan Kelas di jurusan Pendidikan Agama Islam semester VI UIN MALIKI Malang yang menarik untuk saya tulis. Jawabannya adalah “Karena guru-guru sepuh itu mengajar dengan hati dan keheningan”. Yang membedakan pendidikan kita di Indonesia dengan negara-negara bagian barat terletak pada guru-guru sepuh kita. Beliau menanamkan ilmu kepada siswa lewat hati ke hati dan kemudian rasionalisasi. Yang saat ini metode ini sudah terkikis oleh globalisasi dan lebih kepada penggunaan rasionalisasi tanpa ada penyeimbang berupa hati.

Kalangan praktisi pendidikan dan akademisi saat ini banyak melupakan metode pembelajaran yang satu ini. Sehingga target yang ingin dicapai hanya ingin siswa bisa pintar, cerdas, dan briliant. Dan hasilnya pun memang terlihat jelas. Banyak orang pintar di negeri ini yang seakan-akan tidak punya hati. Sehingga mereka menyalahgunakan kepintarannya. Bukankah para pejabat tinggi negara, para dosen universitas, para pengusaha sukses kelas dunia, mereka semua tidak pintar? Mereka semua adalah orang-orang pintar. Tapi mengapa mereka masih sering menyalahgunakan profesinya? Karena hati mererka mati.

Saya pun jadi teringat guru-guru sepuh di kampung yang berjasa dalam pendidikan saya sekarang. Baik sewaktu saya masih kanak-kanak sampai saya di madrasah ibtidaiyah, diniyah dan tsanawiyah. Beliau banyak meninggalkan ilmu-ilmu dalam kehidupan saya saat ini. Saya pun merasa bangga diajari beliau walaupun tidak pernah mengenyam pendidikan pesantren. Tapi serasa kehidupan waktu itu bernuansa pesantren. Semoga beliau semua diampuni segala dosa dan salahnya, diberikan tempat yang menjadikan beliau bahagia di alam sana. wallahu a'lam bisshowab.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : SalamuN RespectoR | Johny | Tutorial Software
Copyright © 2014. MisbahPost - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by SalamuN RespectoR
Proudly powered by Blogger