Bidikmisi Harapan Satu-satunya

Rabu, 08 Februari 20170 komentar




Aku hadir dan bertahan di kota ini salah satunya karena tuhan memberikan rejeki lewat bantuan beasiswa bidikmisi. Beasisiwa yang dulunya dikenal beasiswa mahasiswa miskin kini bergeser arti dan definisi menjadi beasiswa mahasiswa akademisi berprestasi. 

Pemerintah yang sudah memberikan kesempatan emas yang membuahkan hasil lulusan luar biasa dari mahasiswa penerima bidikmisi. Bantuan yang menyeluruh di seluruh negeri dengan seleksi yang sangat ketat kerena terbatas kuota Alhamdulillah saya pun menjadi bagian dari penerima bidikmisi.

Saya sangat terbantu, uang Negara ini benar-benar saya gunakan untuk membayar kuliah di kampus sebelah. Walaupun sebenarnya sudah terpotong dengan sendirinya untuk pembayaran di kampus utama. Dengan uang Negara ini saya gunakan konsep gali lubang tutup lubang. 

Jika uang terealisasi di awal maka saya tabung dulu sampai saya bisa membayar uang kuliah. Jika uang trealisasi di akhir semester maka saya berhutang dulu di awal. Jika sewaktu-waktu saya masuk dalam jadwal beli buku, bayaran iuran kuliah, iuran organisasi, dan iuran-iuran yang lain maka itu juga saya harus pontang panting mencari pinjaman dulu.

Dua bulan ini saya sudah tidak mengunjungi toko buku. Bahkan book fair di kampus pun tidak saya hadiri. Hutang yang mulai menumpuk di kantong-kantong teman membuat beban yang menganggu. Walaupun ada salah satu teman yang sebenarnya rela dipinjam uangnya sampai kapanpun selagi saya membutuhkannya. 

Tapi saya tahu jika semakin menunda untuk membayar maka itu tidak diperbolehkan. Kisah dari tokoh-tokoh bangsa seperti Hatta yang dikenal sebagai pengutang buku, tak membuatku bangkit untuk berhutang lagi. Karena hutangku yang sudah menggunung. Mulai dari pembayaran di kampus sebelah, sampai pembayaran-pembayaran living cost, dan lain-lain.

Saya ingin rasanya bidikmisi ke depannya bisa tertib. Sebagaimana jatah perbulan dan bisa tersalurkan setiap bulan pula. Sehingga saya pun bisa tertib mengunjungi dan membeli buku-buku untuk kubaca dan kuabadikan dalam tulisan. Bagaimana mungkin beasiswa yang disebut sebagai beasiswa prestasi ini mampu memberikan ruang pengembangan ilmu, jika tak ada dana untuk berlayar dan berlabuh dengan buku-buku. 

Memang itu bukan alasan valid dari seorang akademisi untuk mewujudukan misinya bisa baca buku. Meminjam adalah salah satu caranya, tapi meminjam tidak punya hak untuk mengoret-oret buku senaknya. Meminjam juga dibatasi waktu oleh yang punya. Apalagi di perpustakaan universitas, keterlambatan meminjam buku menjadi ladang usaha kemajuan kampus.

Beasiswa bidikmisi untuk bisa konsisten tersalurkan dengan tertib setiap bulan hanyalah mimpi tidur di siang bolong. Yaitu mimpi yang tak akan tergambarkan kebenarannya. Apalagi kejadiannya. Bagaimana saya bisa membayar teh di warung kopi untuk numpang wifi atau berdiskusi dan bisa jelajah internet, jika harus menunggu lama dan terus menerus berhutang. Bagaimana saya bisa mengikuti kajian-kajian bergengsi jika bayar registrasi saja harus menumpuk hutang dulu.

Harapanku yang sebesar-besarnya bisa tersalurkan secepat-cepatnya demi kami yang berhutang sana sini. Karena tak cukup untuk makan dan mandi. Jika memang tidak bisa pada kami, setidaknya generasi berikutnya tidak seperti kami.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : SalamuN RespectoR | Johny | Tutorial Software
Copyright © 2014. MisbahPost - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by SalamuN RespectoR
Proudly powered by Blogger