Berbicara ataukah Diam

Kamis, 08 Desember 20160 komentar




http://misbahuddinalmutaali.blogspot.com/2016/12/berbicara-ataukah-diam.html

 
“Dan katakan kepada hamba-hamba-Ku. ‘Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar) sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.’ ”
(QS. Al-Isra': 53)

Tulisan ini terinspirasi dari sebuah buletin malam jumat di Muholla Nurul Iman jl. Tlogo Indah Tlogomas Malang. Dalam buletin ini dijelaskan secara luas mengenai kapan kita harus berbicara dan kapan kita harus diam. Ini beberapa uraian yang telah penulis asah sebagai bahan belajar menyimpulkan dari hasil apa yang penulis baca.

Lidah seringkali menjadi perkara awal dalam setiap permasalahan manusia. Banyak manusia yang sebenarnya menyadari akan bahaya daripada lisan itu sendiri, akan tetapi dalam prakteknya justru kebanyakan dari manusia mendapatkan tidak menghiraukan bahaya daripada lisan itu sendiri. Padahal, jika ditelaah lebih dalam lagi, lisan yang dijaga mempunyai manfaat yang sangat besar misalnya mengucapkan hal-hal yang lebih bermakna dan bernilai ibadah. Rasulullah bersabda “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam” (HR. Muttafaq alaih). Dalam hadist lain juga disebutkan “Takutlah pada neraka, walau dengan sebiji kurma. Jika kamu tidak punya maka dengan ucapan yang baik“ (HR. Muttafaq alaih)

Dari beberapa dalil yang ada diatas dapat disimpulkan pada dasarnya dalam Islam sangat dianjurkan untuk menjaga lisan dari tutur kata yang buruk. Dan lisan yang tidak dijaga dapat mendatangkan malapetaka yang mungkin hanya berawal dari celaan atau hinaan bahkan hingga fitnah. Seperti kita ketahui juga ada pepatah yang mengatakan bahwa lisan itu lebih tajam daripada pedang.

Hakikat Lidah

Sebelum kita membahas lebih jauh tentang bahaya lidah, alangkah baiknya kita menelaah lebih dalam tentang hakikat lidah itu sendiri. Lidah adalah salah satu dari nikmat Allah. Manusia wajib memeliharanya dari dosa dan kemaksiatan, menjaganya dari ucapan-ucapan yang bisa menimbulkan penyesalan, perselisihan dan kerugian, karena apa yang kita miliki kelak akan menjadi saksi pada hari kiamat kelak. Allah SWT berfirman “Pada hari ketika lidah, tangan dan kaki menjadi saksi atas mereka terhadap apa-apa yang dahulu mereka kerjakan.” (QS. An-Nuur: 24)

Lidah merupakan nikmat Allah SWT yang sangat besar bagi manusia. Kebaikan yang diucapkannya akan melahirkan manfaat yang luas dan kejelekan yang dikatakannya membuahkan ekor keburukan yang panjang. Karena dia tidak bertulang, dia tidak sulit untuk digerakkan dan dipergunakan. Tak banyak orang yang pandai dalam menjaga lisan hingga pada akhirnya ia akan menjerumuskan manusia ke jurang api neraka. Dalam hadits disebutkan“Sesungguhnya seorang hamba benar-benar mengucapkan kata-kata tanpa dipikirkan yang menyebabkan dia tergelincir ke dalam neraka yang jaraknya lebih jauh antara timur dan barat”. (Muttafaq ‘alaih, dari Abu Hurairah)

Bahaya Lisan

Dari uraian sebelumnya, bisa ditangkap bahwasanya lisan jika benar-benar dijaga dengan baik akan mendatangkan manfaat yang banyak, akan tetapi sebaliknya jika lisah tersebut tidak terjaga maka akan menimbulkan mudharat yang tidak kalah banyak pula. Oleh karena itu, hendaklah lisan kita ini senantiasa dihiasi oleh kuatnya iman dan akal yang sempurna. Adapun lisan yang tidak dihiasai dengan pancaran iman dan akal yang sempurna akan menimbulkan bahaya lisan yang menyebabkan fitnah, pertengkaran, kerusuhan, dan kemudhorotan yang lain.

Menjaga Lisan

Menjaga lisan juga disebut sebagai Hifdzul lisan. Lidah itu sendiri merupakan anggota badan yang benar-benar perlu dijaga dan dikendalikan. Lidah memiliki fungsi sebagai penerjemah dan pengungkap isi hati. Oleh karena itu, setelah Nabi memerintahkan seseorang beristiqomah, kemudian mewasiatkan pula untuk menjaga lisan. Keterjagaan dan lurusnya lidah sangat berkaitan dengan kelurusan hati dan keimanan seseorang. Di dalam Musnad Imam Ahmad, dari Anas bin Malik, dari Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda “Iman seorang hamba tidak akan istiqomah, sehingga hatinya istiqomah. Dan hati seorang hamba tidak akan istiqomah, sehingga lisannya istiqomah. Dan orang yang tetangganya tidak aman dari kejahatan-kejahatannya, ia tidak akan masuk surga”.

Oleh karena itu, seorang mukmin hendaklah menjaga lisannya. Apa jaminan bagi seseorang yang menjaga lidahnya dengan baik? Nabi Muhammad Shallallahu `alaihi wa sallam bersabda “Barang siapa yang menjamin untukku apa yang ada di antara dua rahangnya dan apa yang ada di antara dua kakinya, niscaya aku menjamin surga baginya.”

Hendaklah seseorang tidak berbicara kecuali jika perkataan itu merupakan kebaikan, yaitu yang nampak maslahatnya. Jika ia ragu-ragu tentang timbulnya maslahat, maka hendaklah ia tidak berbicara. Karena dengan diam bisa menjadi langkah awal yang mudah agar menjauhkan kita dari hal-hal yang mungkin akan membahayakan diri kita sendiri.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : SalamuN RespectoR | Johny | Tutorial Software
Copyright © 2014. MisbahPost - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by SalamuN RespectoR
Proudly powered by Blogger