Amar ma’ruf nahi munkar dilingkungan penjara suci

Minggu, 14 Desember 20140 komentar

Amar ma’ruf nahi munkar dilingkungan penjara suci
Amar ma’ruf nahi munkar dilingkungan penjara suci - Pesantren biasa disebut sebagai penjara suci oleh kalangan yang merasa terkekang dengan jadwal belajar dan ibadah yang begitu padat. Membatasi segala macam perilaku santri untuk menjadi lebih tahu akan makna ilmu-ilmu agama dalam kehidupan di dunia dan kehidupan di akhirat nanti. Di penjara suci ini memang mayoritas santri sudah sadar akan pentingnya pengetahuan agama akan tetapi tidak sedikit juga yang outputnya banyak mengecawakan masyarakat sekitar dan menjadi pembicaraan dari mulut ke mulut tetangga. Hal ini disebabkan karena banyaknya pelanggaran terhadap aturan yang ada di pondok suci tadi. Pelanggaran yang terjadi juga disebabkan kurangnya perhatian teman sekitar untuk mengingati atau menganjurkan berlaku sesuai aturan yang ada serta dengan mencegah hal-hal yang sekiranya membuat diri pelaku rugi dengan apa yang dilanggar.

Saya kira lingkungan suci bukan berarti aman dari segala kejahatan. Manusia itu tidak lepas dari yang namanya nafsu muthmainnah atau nafsu yang selalu mengajak kepada kejelekan. Ada yang mengatakan bahwa semakin tinggi iman atau amal shaleh seseorang maka semakin besar godaan yang akan dijalani orang tersebut. Maka dari itu bukan tidak mungkin dipondok pesantren terjadi berbagai macam tindakan kriminal mulai dari pencurian, pertengkaran, dan pelanggaran lain. Bagaimana kita menjadi pemeran untuk menindaklanjuti agar hal tersebut tidak terjadi? Yaitu dengan menghargai terhadap teman yang memperhatikan kita dalam mengingatkan sholat, dan ibadah-ibadah yang lain. Karena rasa malas yang sudah menjadi sifat dasar manusia bisa dijadikan kesempatan yang lebih bebas dari pada berada dirumah. Kalau dirumah masih diperintah dan dicegah oleh kedua orang tua mau tidak mau kita dituntut untuk selalu mengikuti apa yang diperintah dan apa yang dilarang. Karena kita masih butuh makan, minum, dan segala kebutuhan lain kepada orang tua. Akan tetapi setelah berbeda tempat dengan orang tua dan kita sudah ditempatkan di lembaga yang menurut orang tua itu adalah lembaga keagamaan maka sepenuhnya kepercayaan orang tua sudah tinggi dan tiada kekhawatiran lagi terhadap sikap dan sifat dari si anak. Ketika kepercayaan itu terlupakan maka kita sebagai santri pasti bertindak bebas mulai dari kebiasaan bolos sekolah, bolos nagaji kitab, dan sampai mencuri uang teman naudzubillah.

Sebagai teman kamar atau teman dalam satu mabna sudah sepantasnya jangan sampai membiarkan teman kita terlarut dalam lingkaran hati yang beku akan ilmu. Kita untuk selalu menjaga diri dan menjadi teladan kepada teman yang lain. Agar nantinya bisa menegur sapa lewat lisan kepada teman yang sudah memang pantas diperingatkan dan dicegah. Teman memang bukan saudara, bukan paman, atau bukan tetangga tetapi teman orang tua kedua yang bertanggung jawab penuh untuk saling berbagi kasih dan perhatian. Secara emperis keberadaan teman dilingkungan pondok pesantren atau lembaga-lembaga sekolah menjadi peran utama atas keberadaan teman yang lain. Dalam kasus teman ada masalah, baik itu masalah kesehatannya, keuangannya, pasti yang akan diminta bantuan pertama kali adalah teman dekat yang ada disekitar. Kondisi yang jauh pada orang tua inilah yang menjadikan peran teman sekitar sebagai orang tua kedua dalam hal pemberi perhatian dan respon-respon baik positif atau negatif.

Kita memang bukan makhluk yang mempunyai keagungan akhlak seperti perilaku rasulullah, tapi setidaknya kita selalu berikhtiar untuk menjaga diri dan menjaga lingkungan disekitar kita. Rosul adalah manusia pilihan yang sudah mampu melewati ujian dan cobaan yang tidak secara teks oleh tuhan. tidak seperti kita ujian dibangku sekolah yang mengerjakan soal dengan waktu singkat dan ketika nilai kita sudah cukup maka dikatakan lulus seleksi. Itulah salah satu bentuk ujian sekolah yang tidak bisa kita samakan dengan ujian tuhan kepada mahluknya. Dan rosul mampu lulus dari ujian-ujian tuhan baik yang berupa hawa nafsu atau bentuk yang lain. Keberhasilan para rosul perlu kita implementasikan juga dalam kehidupan bermasyarakat, berteman, dan berkeluarga. Ketika kita sudah merasa mampu melakukan sesuatu interaksi yang baik dengan teman dan sudah saling menganggap serta menghargai dari setiap perilaku kita maka terbentuklah lingkungan yang sosilis-religius. Pondok suci akan menjadi payung kedalam spritual jika niatan ikhlas dari setiap langkah kita untuk terus berijtihad mencari ilmu pengetahuan. Bukan menjadi tempat pelarian semata.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : SalamuN RespectoR | Johny | Tutorial Software
Copyright © 2014. MisbahPost - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by SalamuN RespectoR
Proudly powered by Blogger