Kehidupan dalam Matematika dan Agama

Sabtu, 01 November 20140 komentar



Kehidupan dalam Matematika dan Agama
Sering kita ketahui bahwa kehidupan ini mempunyai banyak dinamika, problem, dan pro-kontra baik mengenai proses hidup atau hasil dari kehidupan itu sendiri . Timbulnya suatu masalah disebabkan oleh ketidakjelasan dan ketidakpastian suatu konsep dalam mindset setiap individu. Konsep itu tidak lebih dari sebuah teori manusia yang dibuat-buat, yang pada hakikat bentuknya tidak bisa kita lihat dengan mata telanjang. Mungkin dalam matematika hal ini dikenal dengan sifat abstrak atau pikiran di awang-awang yang tertulis dalam bentuk simbol . Memainkan akal dan pikiran agar bisa paham mengenai simbol-simbol dalam metematika dibutuhkan nalar yang kuat dan konsentrasi yang konvergen.
Kalau dikatakan matematika itu hanya ilmu hitung dan ilmu yang berkaitan dengan angka-angka saya kira itu sesuatu yang kurang tepat. Dapat dimaklumi jika perkataan itu keluar dari orang yang tidak pernah menyentuh atau bahkan belum masuk ke dunia matematika atau walaupun masuk setengah-setengah. Dalam konteks lain bisa saya contohkan jika seseorang belum menyelami lautan sampai kedasar laut, yang terpikir bahwa laut itu dalam, laut mentenggelamkan dan mindset-mindset yang lain. Akan tetapi buat orang yang sudah mengalalminya dan bisa sampai kedasar laut akan berkata "Ternyata, di dasar laut itu indah ya, dunia air itu asyik, dan kata-kata yang lain pula.
Maka dari itu konsep yang ada pada diri seseorang belum tentu ada pada diri oarang lain. Karena hal itu adalah teori yang tidak berwujud. Adalah suatu kewajaran dalam diri manusia ada yang bertuhan dan tidak bertuhan, ada yang beragama dan tidak beragama. Karena dalam setiap asasi manusia terdapat konsep yang berbeda. Mempunyai teori penafsiran tersendiri tentang dirinya, genetikanya, dan alam sekitarnya. Jadi kalau matematika berkata 1+1 tidak selamanya sama dengan 2 karena konsep dalam matematika juga berbicara pada semesta pimbicaraan.
Dalam islam kita mengenal adanya iman kepada yang ghaib atau yang tidak tampak. Salah dua contohnya tuhan dan malaikat. Iman juga merupakan konsep yang kita tidak tahu bagaimana cara iman kita masing-masing. Iman juga proses dalam kehidupan yang aplikasinya sangat banyak perbedaan, baik dalam konteks hablum minallah dan hablum minannas. Maka kemudian mengapa matematika perlu banyak latihan agar proses nalar keabstrakan itu lebih cepat dan tepat, karena agar hasil dari proses latihan terbentuklah ingatan yang kuat untuk masuk ke proses nalar. Kemampuan nalar itu pada dasarnya bisa dilatih.
Kalau iman ini tidak pernah ada latihan untuk membiasakan diri mengaplikasikan pada apa yang kita yakini, maka mustahil kita akan mengenal siapa dia, dan siapa mereka. Kebiasaan pada diri kita yang berada diluar garis keimanan maka akan semakin jauh dari apa yang ingin kita kenal. Adanya stimulus yang kemudian menghasilkan respon dari lingkungan mempunyai peranan penting dalam proses pengenalan siapa kita, karena pengenalan siapa kita sebagai modal dari segala yang ingin kita kenal. Kita tidak akan pernah bisa kenal matematika tanpa kita tahu kita bisa matematika, kita tidak akan mengenal tuhan tanpa kita tahu siapa manusia.

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : SalamuN RespectoR | Johny | Tutorial Software
Copyright © 2014. MisbahPost - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by SalamuN RespectoR
Proudly powered by Blogger