Membangun Kebiasaan Membaca

Minggu, 03 Maret 20190 komentar

Oleh: Misbahuddin

Sebagian orang merasa malas membaca bukan karena ia kurang motivasi, tapi terkadang merasa bahwa dirinya tidak butuh untuk membaca. Merasa bahwa diri kita ini sudah lulus sekolah, sudah lulus kuliah dan lulus dari lembaga pendidikan-pendidikan formal yang lain.

Selain itu, yang menjadi alasan adalah profesi kita, karena kita sudah menjadi guru, menjadi dosen, dan bahkan guru besar sekalipun atau profesi-profesi lainnya yang membuat kita sudah merasa berada pada posisi di atas. Posisi yang menganggap  diri kita sudah lebih pintar. Dan perasaan itulah yang membuat diri kita ini gila hormat. Merasa bahwa membaca akan mengurangi waktu kerja dan lain sebagainya.

Padahal, jika kita sering membaca maka wawasan kita akan terus tumbuh dan berkembang. Pikiran kita tidak pernah mati, untuk melihat situasi, perkembangan, dan terjadinya fenomena sosial atau alam. Dan dari sebab membacalah kita menjadi tahu apa yang sebelumnya tidak tahu, dan dari membacalah kita mengerti apa yang sebelumnya tidak mengerti.

Haruskah membaca teks atau tulisan? Tentunya tidak. Karena jika yang dimaksud membaca itu adalah teks, bagaimana dengan orang yang tidak bisa melihat. Apakah ia bisa membaca? Membaca itu tidak selalu tulisan yang terlihat dengan mata, melainkan hati, telinga, tangan, dan anggota tubuh lainnya dapat membaca. Membaca melalui perenungan dan pemikiran mendalam yang kemudian menghasilkan pengetahuan baru. Dari apa yang kita sentuh, dari apa yang kita rasa, dan dari apa yang kita dengar.

Akan tetapi yang menjadi catatan, bagi manusia normal seperti kita, untuk mampu membaca situasi dan keadaan di lingkungan kita, di alam kita ini, dimulai dari terbiasanya kita membaca teks atau bacaan-bacaan tertentu. Karena kalau kita sudah terbiasa membaca, maka kita akan lebih dulu mengetahui sebelum orang lain mengetahui. Dan berikutnya kita tinggal menyempurnakan melalui pola pikir dan nalar yang jernih dari apa yang kita baca.

Yang menjadi kendala besar, kita hidup di lingkungan yang orang-orang yang tidak terlihat sama sekali mau membaca. Sehingga imbasnya, sulit untuk diajak duduk bareng, diskusi, sharing wawasan dan hal positif lainnya. Tidak bisa dipungkiri bahwa lingkungan sangat berpengaruh dalam proses perkembangan pola pikir kita.

Andai saja, di meja sekolah para guru yang terlihat adalah tumpukan buku bacaan. Andai saja yang terlihat di dalam tas-tas para rekan kerja adalah buku. Maka kita akan mudah membuat forum diskusi pengembangan keilmuan. Karena bagi para pembaca buku, wawasan keterbukaannya untuk terus menambah ilmu pengetahuan akan terus tumbuh. Apalagi hanya untuk membangun semangat menulis.

Dan akan terlihat perbedaan berpikirnya, antara siapa yang biasa membaca dan siapa yang belum terbiasa membaca. Baik dari segi bicara, baik dalam menelaah informasi atau dalam alur tulisan yang ia rangkai. Akan terlihat pula wawasan keilmuannya. Wawasan pemahamannya akan situasi dan kondisi yang berkembang.

Bisakah kita, mengajak dan memotivasi teman-teman dan rekan-rekan untuk membaca, berapapun jumlah lembar dalam sehari yang penting kontinyu. Jika memang hal itu sulit, mari kita mulai dari kita dulu, sekarang juga. Jika sampai kemudian hari tidak mampu menambah personil yang mau membaca juga, tidak masalah yang penting kita sudah memulai. Karena manfaatnya akan kita rasakan sendiri. Wallahu'alam bishshowab.

Denpasar, 1-11-2018

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : SalamuN RespectoR | Johny | Tutorial Software
Copyright © 2014. MisbahPost - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by SalamuN RespectoR
Proudly powered by Blogger