Madrasahku, Kalifa Nusantara

Minggu, 03 Maret 20190 komentar

Oleh: Misbahuddin

Sebuah proses perjalanan hidup yang tanpa rencana panjang akan dimana saya mengajar. Dari sekian perjalanan yang telah berlalu akhirnya saat ini saya mengajar di sebuah Madrasah Ibtidaiyah Kalifa Nusantara. Sebuah Madrasah yang baru berdiri tiga tahun lamanya ini berada di jantungnya Bali yaitu kota Denpasar.

Walaupun madrasah ini baru berdiri, namun profesionalitas para guru, aktifitas para siswa, dan kinerja yayasan yang totalitas membuat madrasah ini semakin cemerlang. Pendidikan yang tertanam di madrasah ini mengacu pada tiga asas, yaitu Imtak, Iptek, dan Karakter.

Pembiasaan spritual keagamaan seperti pelaksanaan sholat berjamaah baik duha dan Dzuhur yang diikuti dengan semarak doa bersama semata untuk menguatkan Iman dan membina ketakwaan. Agar iman dan taqwa (Imtak) yang dimiliki siswa harapannya bisa semakin baik.

Begitu pun dengan pembelajaran yang mengedepankan pentingnya perubahan, penanaman pemahaman materi berdasarkan kesukaan, serta pembinaan ekstrakurikuler berdasarkan minat dan bakat guna untuk membuat siswa terampil dalam karya. Siap berkompetisi dan meraih prestasi. Dan akhirnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dapat berkembang lebih baik.

Harapan yang ditorehkan oleh orang tua, nantinya menjadi harapan umat dengan catatan karakter yang dimiliki para siswa sesuai dengan tantangan zaman. Maka dalam hal ini siswa tidak cukup memiliki Imtak dan IPTEK, sehingga program pembinaan akhlak mulai adab kepada guru, kepada orang tua, kepada sesama teman dan antar sesama mulai diperkenalkan dan dibiasakan.

Sikap empati dan toleransi juga tak kalah penting  sebagai point karakter siswa, maka para guru selalu mengajarkan betapa indahnya perbedaan, betapa tentramnya kerukunan, betapa kuatnya kebersamaan. Yang ditunjukkan dengan agama, suku, pulau, dan ras para guru yang tidak hanya dari satu rumpun atau satu tempat lahir. Sehingga contoh-contoh yang secara langsung siswa lihat, dari perbedaan-perbedaan gurunya maka harapannya siswa dapat memahami dan menjadikan sebuah pengetahuan keberagaman.

Akhir catatan daripada tulisan ini, kembali kepada guru sebagai pengajar dan juga bisa menjadi guru ataupun teman dari siswa. Ia memberi contoh dan juga memberi teladan. Saling tegur sapa antar guru dan saling belajar untuk menemukan jalan perubahan yang lebih baik. Saling membuka wawasan tanpa malu untuk berbagi gagasan.

Harapan untuk lebih baik tentunya tidak datang dari satu pihak. Melainkan dari orang tua dan juga lingkungan. Maka kerjasama untuk terus mengontrol anak tidak semuanya bertumpu pada madrasah. Kepedulian dan perhatian orang tua juga menjadi faktor penting untuk pengembangan Imtak, IPTEK dan karakter anak didik kita.

Marilah kita bersama terus berusaha mengasihi anak tanpa memanjakan. Mendidik anak tanpa kekerasan. Menyayangi anak tanpa pilih kasih. Wallahu'alam bishshowab.

Denpasar, 08-08-2018

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : SalamuN RespectoR | Johny | Tutorial Software
Copyright © 2014. MisbahPost - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by SalamuN RespectoR
Proudly powered by Blogger