Tasawuf sebagai Paradigma Pendidikan Spiritual dan Akhlak

Selasa, 04 April 20170 komentar




Sesunguhnya tasawuf dalam Islam merupakan pengembangan metode mendekatkan diri dengan Allah, oleh karena itu ilmu tasawuf berkembang terus menerus seiring perkembangan itu pula. Sejak pertama kali diajarkan ilmu tasawuf dan diamalkan oleh para sufi sejak itu pula masalah–masalah itu timbul atau (controversial) seputar ajaran yang dianutnya.

Ketidakberdaanya manusia bermain dalam pentas peradaban modern yang terus melaju tanpa dapat dihentikan itu menyebabkan sebagian besar “manusia modern” itu terperangkap dalam situasi yang menurut istilah psikolog humanis terkenal Rollomay menyebutkan sebagai satu derita yang sudah kehilangan makna. Manusia kosong. Ia resah setiap kali harus mengambil keputusan, ia tidak tahu apa yang diinginkan, dan tidak mampu memilih jalan hidup yang diinginkan. Maka sangat tepat jika konsep tasawuf dihidupkan lagi sebagai paradigma penting dalam pendidikan utamanya sebagai pengembang spritual dan akhlak.


Pendidikan yang berbasis spiritual dan akhlak pada hakekatnya produk dari tasawuf itu sendiri. Spiritual merupakan pendidikan yang berkenaan dengan ruhani yang akan muncul dalam bentuk jasmani sebagai refleksi dari ruhani akan muncul perbuatan yang disebut dengan akhlak. Hal ini sesuai dengan pendapat Imam Al-Ghozali mengenai tasawuf. Adapun pandangan Imam Al-Ghozali tentang tasawuf termaktub dalam buku Tasawuf antara Al-Ghozali dan Ibnu Taimiyah karangan Abdul Fattah (2005) adalah : “mengosongkan hati dari segala sesuatu selain Allah, menganggap rendah segala sesuatu selain Allah, dan akibat dari sikap ini mempengaruhi pekerjaan hati dan anggota badan.

Kalau memahami dari apa yang didefinisikan Imam Al-Ghazali maka seharusnya pendidikan yang bertumpu pada keimanan kepada Allah. Sebagaimana yang disampaikan Ustadz Luqman dalam seminar tentang sufism for education yakni dengan cara menghilangkan keakuan atau dalam konteks bahasa Arab mengganti ya’ dengan hu. Hal ini menunjukkan bahwa segala sesuatu yang kita punya, miliki, pahami dan ketahui dikembalikan kepada Allah. Jika konsep pendidikan yang kita implementasikan sudah mengarah pada hal ini maka dipastika out put berupa sikap dan perilaku akan lebih baik. Hubungan spritual dan Akhlak baik dengan Allah dan sesama akan terjalin sesuai koridor yang benar.

Tasawuf dijadikan sebagai paradigma dalam pendidikan merupakan bentuk problem solving dari persoalan dan kegelisahan masyarakat. Tasawuf dapat dijadikan paradigma pendidikan jika berdasarkan ajaran Islam yang bersumber pada al-Qur’an dan as-Sunnah. Permasalahannya adalah, apakah sumber utama tasawuf yang digunakan merupakan dari ajaran agama Islam. Jika melihat konteks pendidikan yang terjadi di pesantren, tentu tasawuf  yang diimplementasikan tidak lepas dari al-Quran dan as-Sunnah. Dengan begitu tasawuf menggunakan ajaran Islam sebagai sumber utama dan landasan pokok dalam berpikir, bernalar dan berperilaku.

Satu kelompok berpendapat bahwa tasawuf bersumber dari ajaran Islam, tumbuh dan berkembang dengan perantara ajaran-ajaran Islam yang luhur yang diamanatkan Al-Qur’an dan As-sunnah. Masih dalam karangan Abdul Fattah kelompok lain berpendapat bahwa tasawuf berakar dari ajaran diluar Islam, sumbernya adalah Majusi atau Hindu, Kristen atau Yunani, atau bahkan merupakan campuran dari ajaran agama-agama tersebut. Pendapat kedua ini, merupakan pendapat yang tidak ada sandaran dan landasan historinya. Sedangkan, kelompok yang mengatakan bahwa tasawuf bersumber dari ajaran Islam, merupakan kelompok yang berjasa dan mendukung perkembangan tasawuf. Kelompok ini yang senantiasa berinteraksi dengan sufi dan membentuk bibit awal tasawuf dan Islamlah sebagai sumber ajarannya.

Sejalan dengan Lynn Wilcox dalam buku Ilmu Jiwa Berjumpa Tasawuf (sebuah Upaya Spiritualisasi Psikologi) (2003) tasawuf sebagai paradigma pendidikan spiritual dan akhlak, dikarenakan tasawuf membentuk manusia pada ketenangan hati yang mengarahkan pada kebaikan. Melalui pemahaman dari definisi yang disampaikan Lynn Wilcox inti ajaran tasawuf ada dua yaitu maqam dan hal. Maqam didapatkan dengan cara melakukan delebrate practice (latihan terus – menerus dan menunjukan peningkatan). Hal berbeda dengan maqam. Sedangkan hal adalah hibah yang dikaruniakan Allah kepada hamba-Nya.

Tasawuf sebagai paradigma pendidikan spiritual dan akhlak, merupakan salah satu alternatif solusi untuk mengisi kekosongan spiritual dan akhlak manusia dalam kehidupan modern, yang sudah didoninasi oleh pola pikir dan prilaku yang mengutamakan materi. Tasawuf; kedudukan, pengertian dan ajarannya diharapkan mampu mengimbangi antara aspek materi dan spiritual bagi para pelakunya. Selain itu, tasawuf dapat mempercepat kematangan kedewasaan manusia dalam menjalani pendidikan dan kehidupan yang modern.

Untuk mengimplementasikan konsep tasawuf sebagai paradigma dasar dalam landasan pendidikan dapat dilakukan melalui beberapa cara. Pertama, menjadikan al-Quran dan as-Sunnah sebagai landasan berfikir, bernalar dan berperilaku. Kedua, membentuk sistem pendidikan yang berbasis latihan berupa pembiasaan ibadah. Ketiga, mengedepankan konsep perilaku dalam hal ini akhlakul karimah yang tercermin dalam aturan-aturan sehari-hari.
wallahu a’lam bisshowab.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : SalamuN RespectoR | Johny | Tutorial Software
Copyright © 2014. MisbahPost - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by SalamuN RespectoR
Proudly powered by Blogger