Salam Hormat untuk Dosen KDM

Rabu, 01 Februari 20170 komentar



Sumber Gambar: Kompasiana.com

Tulisan ini Berawal dari gejolak hati terhadap dosen yang tidak memberikan kontrak kuliah sesuai kesepakatan pada pertemuan pertama mata kuliah Keterampilan Dasar Mengajar (KDM) atau di kampus lain biasa disebut micro teaching. Dosen yang satu ini memang sangat disegani karena kedisiplinannya untuk telat masuk kelas, disungkani karena kebijakannya memberatkan, disegani karena tak pernah memuaskan mahasiswa di akhir pembelajarannya.

Saat beliau mengampu mata kuliah yang KDM ini dalam benak saya muncul pikiran lagi-lagi kampus UIN MALIKI ini tidak tepat sasaran menempatkan dosen mengajar sesuai ahlinya. Ini sudah terjadi dalam beberapa mata kuliah selama saya di UIN. Jadinya dengan jujur saya berkata banyak dosen UIN yang mengajar tidak sesuai dengan kemampuannuya sehingga korbannya mahasiswa tidak mendapat apa-apa.

Saya tetap husnudzan dalam hati kepada beliau, bahwa beliau mengajar karena memang ditugasi mengajar oleh kampus bukan untuk mahasiswanya bisa dan faham. Jika mengajar agar mahasiswa faham dan mengerti tentu ajarilah dengan seenak mungkin, dan senyaman mahasiswa.

Bagaimana beliau mau mengajarkan KDM dengan baik jika beliau sendiri mengajar dengan diktator. Esensi dari mata kuliah ini mahasiswa mampu memberikan ilmu kepada siswa ketika sudah menjadi guru dengan keterampilan mengajar sesuai prosedur yang ada di Indonesia. Kalau sekilas melihat dosen mengajar dengan cara yang memberatkan, maka nanti mahasiswa akan mengajarkan dengan cara itu pula.

Mengapa saya berkata memberatkan, beliau menyuruh membuat Rencana Perencanaan Pembelajaran (RPP), Media Pembelajaran, dan Perangkat yang lain dengan bahasa Arab. Walaupun memang di kelas saya ini kelas International yang menggunakan bahasa arab sebagai alat komunikasinya, tapi saya pribadi nantinya tidak akan mengajar ke luar negeri karena memang masih mengeluarkan uang pribadi. Jadi walaupun ICP bagi saya, tidak semua mata kuliah yang harus menggunakan bahasa Arab sebagai alatnya. Karena mata kuliah itu hanya ada di Indonesia. Harus bisa menempatkan mana yang menggunakan bahasa Arab dan mana yang tidak.

Anehnya beliau tidak menaggapi dengan memberikan feedback atau umpan balik kepada saya, ketika saya memberikan masukan dan komentar. Seakan-akan saya dikira memprotes, padahal maksud dan niat saya agar esensi mata kuliah KDM itu tidak seperti angin lewat. Karena saya tahu kelas ini bukan kelas bahasa yang tujuannya hanya satu untuk pintar berbahasa arab. Dan dalam bahasa arab pun kita punya kemampuan berbeda-beda. Ada yang memang mampu dalam kalamnya, ada yang mampu dalam istimaknya, ada yang mampu dalam kitabahnya dan lain-lain. Dan kemampuan itu tidak harus dan wajib semua mahasiswa mampu melakukan semua.

Dosen yang satu ini tentu juga punya niat baik kepada mahasiswa salah satunya saya agar mampus berbahasa arab dengan baik dan benar. Jadi berproseslah dengan baik dan benar pula. Tapi lagi-lagi disini bukan kursus bahasa, karena UIN sendiri mengadakan ICP hanya untuk mengejar label Word Class University (wcu) bukan untuk mahasiswa pilihannnya mampu dengan cermat dan tegas berbahasa Arab ataupun Inggris.

Buktinya dari semenjak saya semester II masuk ICP juga banyak dosen yang tidak menggunakan dua bahasa itu, karena kemampuan kalam dosen tidak semuanya diatas 80%. Jadi kalau kemampuan dosen saja seperti itu, bagaimana dengan kita, tentu berbeda-beda pula. Cobak kita berontak, sewaktu dosen yang ngajar di ICP sendiri tidak bisa berbahasa arab, pak kita disini ICP ngajar pakek bahasa Arab dong... 

Sebenarnya beliau sangat bijaksana dari saking bijaknya saat saya memberikan masukan dan perkataan saya belum selesai dipotong mentah-mentah. Bagaimana tidak salah faham dan faham salah  pada apa yang saya maksud. Jadi bukan karena saya takut untuk tidak bisa berbahasa arab dengan baik, tapi kerja menerjemahkan itu masih membutuhkan waktu lama. Belum lagi mempersiapkan metode, cara, dan strateginya. Mungkin ini terjadi pada saya saja, semoga teman kelas yang lain tidak seperti itu.

Maka harapan ke depannya, Ya setidaknya kalau ngajar itu jangan kebawa emosi pak. Kita sepakati bersama demi kenyamanan bersama. Apalagi mengajar keterampilan dasar mengajar.  
Wallahu a'lam bisshowab.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : SalamuN RespectoR | Johny | Tutorial Software
Copyright © 2014. MisbahPost - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by SalamuN RespectoR
Proudly powered by Blogger