Bersyahadat Ulang

Senin, 13 Februari 20170 komentar



http://misbahuddinalmutaali.blogspot.com/2017/02/bersyahadat-ulang.html

Pernahkah kita instropeksi terhadap syahadat kita? Pernahkah kita berpikir syahadat yang kita baca benar-benar original tanpa plagiasi? Pernahkah kita merenungkan sejauh mana dampak dari syahadat yang kita baca terhadap keyakinan dan perilaku kita? Dan pernahkah-pernahkah yang lain masih menunggu kita untuk terus dijawab dari waktu ke waktu.

Bacaan dua kalimat syahadat yang berbunyi asy-hadu alla ilaa-ha illallah, wa asyhadu anna muhammadan Ar-rosulillah. Tidak hanya sekedar dari lisan tanpa makna apapun. Hal yang sepele saja, apakah kita benar-benar khusuk membaca dua kalimat syahadat ini. Entah itu di dalam sholat ataupun di luar sholat. Karena makna yang begitu luas dari dua kalimat syahadat ini hanya terdefinisikan oleh pembaca yang benar-benar menghayati dengan penuh ijtihad.

Saya masih sangat ragu-ragu ketika melihat perilaku seharian yang masih jauh dari cermin dua kalimat yang dijadikan prasyarat pertama untuk menjadi seorang muslim dan mukmin. Dan sepertinya perlu untuk terus bersyahadat ulang. Rakusnya pada maksiat, tamaknya pada harta dan kekayaan, kufurnya dari segala nikmat membuat hati ini semakin tidak tenang. Adakah yang salah dengan hati ini ketika mengucapkan dua kalimat syahadat ini. Atau sama sekali selama ini saya tidak pernah masuk ke hati persaksian atas keberadaan Allah sebagai satu-satunya Tuhan saya dan Muhammad sebagai pembawa wahyunya.

Sungguh selama ini hati saya belum tersentuh sepenuhnya dengan dua kalimat syahadat yang menjadi pondasi dari segala amal. Karena kesadaran dan keyakinan dalam diri masih jauh dari perilaku yang tercermin dalam hidup vertikal kepada Allah dan hidup vertikal kepada sesama umat Muhammad. Saya pun tidak tahu caranya, harus bagaimana membaca ulang syahadat yang selama ini sudah saya baca berkali-kali dalam setiap sholat. Dalam setiap adzan berkumandang. Dalam setiap iqomat sebelum sholat. Bahkan dalam dzikir-dzikir berjamaah.

Hati ini masing kosong dan gelap. Kering dari rohani spritual yang sebanarnya. Ikut sana dan ikut sini seperti orang buta dan tuli. Sama sekali tak mengerti dengan diri ini apalagi akan mengerti dengan sang ilahi. Iri, dengki, hasud dan segala macam perbuatan tercela selalu manjadi-jadi setiap waktu. Ribuan kotoran dalam hati sama sekali tak menggambarkan seorang saya yang sudah bersyahadat anas nama Allah dan Rosulullah Muhammad.

Benar-benar diri ini harus membaca ulang syahadat secara berulang-ulang. Yang tidak sekedar dibaca seperti membaca teks puisi atau sastra. Tidak sekedar diteriakkan seperti adzan dan iqomah. Tidak hanya menjadi ritual istghosah dengan nada-nada. Tapi harus kita baca dari hati dan keheningan dengan penuh persaksian yang sebenar-benarnya. “aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah, dan aku bersaksi Muhammad utusan Allah”.

Kata kerja “bersaksi” sangat jauh artinya dari pada melihat atau memandang. Bersaksi lebih kepada menghadirkan segala jiwanya, ruhnya, dan bathinnya atas segala apa yang disaksikan. Bersaksi juga lebih kepada merasakan akan apa yang disaksikan. Dan selama ini saya belum sepenuhnya merasakan akan kebesaran, kekuasaan, dan agungnya Allah serta kehadiran Rosululllah Muhammad dalam kehidupan yang akan berahir tidak lama lagi. Saya pun harus bersyahadat dengan cara apa, masih tidak tahu dan penuh ambigu. Semoga Allah memberikan petunjuk kepada kita semua. Wallahu a’lam bisshowab.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : SalamuN RespectoR | Johny | Tutorial Software
Copyright © 2014. MisbahPost - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by SalamuN RespectoR
Proudly powered by Blogger