Narasi Sastraku Tentangmu

Selasa, 03 Januari 20170 komentar



http://misbahuddinalmutaali.blogspot.com/2017/01/narasi-sastraku-tentangmu.html

Benda itu sebuah buku. Tampak usang, berdebu dan sedikit lapuk. Halaman demi halamannya bersemu kusam. Aku meniupkan sejumput angin pada debu-debu yang menempel pada wajahnya. Entah bagaimana mampu nanar pandangku tenggelam menyibak isi yang tertuang dalam tubuhnya. Kata perkata, bait perbait,lembar demi lembar.

Buku itu tentang cinta. Cinta yang tak mengenal waktu. Cinta yang tak mengenal tempuh. Cinta yang asing berpijar massa. Peristiwa demi peristiwa di masa lalu mulai menjalar dan mengalun di dalam jiwaku. Semua menyatu dalam balutan patung-patung pena yang membisu.

Bukan, aku bukan ingin bersumpah di atas buku itu. Aku hanya memiliki maksud untuk rebahkan hati di atas pembatas-pembatasnya. Sejenak saja. Lenyapkan penat demi penat yang menggilas hari-hariku.

Bukan, bukan aku tak suka lagi. Buku itu masih menggiurkan kerongkongan hati ini meski sangat membosankan bagi serat-serat otak kepalaku ketika berusaha memahaminya.

Kini kisahnya kembali menggodaku untuk hanyut hingga ke dasarnya. Buku itu tak pernah menyerah, terus berusaha menarik jantungku dengan warna-warni kisahnya. Tapi tahu apa aku tentang cinta? Samar rasanya jarak pandanganku tentang kata yang satu itu.

Aku menelan air liurku. Mencoba larutkan hati ke dalam makna buku tentang cinta. Hiasannya indah dan harumnya semerbak, denting iramanya memintaku untuk bernyanyi dan berdansa bersama. Lagu cinta menjadi pengiringnya. Wajahnya yang mempesona semakin memaksaku untuk lebih dalam lagi memasuki puri-puri aksaranya.

Nuraniku terdiam. Menyimak. Buku itu kini tajam memandangku. Lebih tajam dari seribu mata pedang. Ia sunggingkan senyum dan kerlingkan indah sorot matanya. Lalu berkata…

Hei! Cepat padamkan beku di dasar hatimu, lelehkan semua dengan merangkai kembali cerita cinta di atas tubuh kusamku. Cinta adalah hak setiap jiwa meski sulit untuk terdefinisikan. 

Sekejap mampu terbangkan dirimu ke awang-awang, sekedip mata sanggup hempaskanmu ke dasar bumi. Kebahagiaan dan kesedihan niscaya tertera di antara bab-babnya. Resapi saja sejuta makna perjalanan rasa atas nama sebuah cinta. Terus dan teruslah menulis tentangnya. Jangan pernah berhenti, meski cinta tak pernah bisa berjanji bahwa air mata takkan menghampiri.”

Ah, isi kepalaku sekarang berputar-putar. Semakin kencang. Percikan tujuh bintang menari lalu menghunus kedua mataku yang sejak tadi berkunang-kunang. Bodohnya aku, masih tak bisa mengerti apa itu cinta walau hanya sepotong bagian saja. Sepertinya yang mudah kupahami hanyalah tentang mabuk kepayang para penulis narasi tentang cinta. Jadi, tolong bacakan saja dulu untukku. Aku pasti mendengarkan.

*****

-The Book of Love, Peter Gabriel


Share this article :

Posting Komentar

 
Support : SalamuN RespectoR | Johny | Tutorial Software
Copyright © 2014. MisbahPost - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by SalamuN RespectoR
Proudly powered by Blogger