Di Indonesia ada Sanadaja

Sabtu, 07 Januari 20170 komentar



http://misbahuddinalmutaali.blogspot.com/2017/01/di-indonesia-ada-sanadaja.html

Sana Daja nama dari desa tempat saya lahir. Bagi orang yang tinggal di desa ini biasa disebut (Sanadejeh). Desa kecil yang terletak di sudut luasnya kabupaten sudah tidak asing lagi bagi sebagian masyarakat Pamekasan. Sebagai salah satu bukti, di desa saya ini terdapat Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sanadaja Pamekasan 2 yang menjadi salah satu Madrasah Negeri ke dua di Kabupaten Pamekasan.

Jadi untuk kalangan pejabat Depatemen Agama Kabupaten Pamekasan, Sanadaja menjadi bagian dari perbincangan yang sangat penting untuk peletakan guru-guru pegawai negeri. Saya perlu bangga dengan desa Sanadaja ini, karena salah satu Madrasahnya menjadi pilihan satu-satunya madrasah yang di negerikan walaupun jangkauan desa yang sangat jauh dari perkotaan.

Dari desa Sanadaja ini sudah banyak pemuda yang bangkit untuk menempuh pendidikan di berbagai kota di Indonesia. Bahkan banyak para tokoh masyarakat yang sudah menyandang gelar Strata Satu. Di samping itu, di desa ini juga sudah banyak guru-guru yang menjabat sebagai pegawai negeri sipil. Hal ini memberikan harapan besar bahwa nantinya desa ini akan mencetak kader-kader harapan desa.

Kader-kader harapan desa yang dimaksud itu, bukan sekedar harapan semata. Melainkan sejauh mana pemuda yang sedang menempuh pendidikan tinggi memberikan ruang kesadaran untuk terus peduli terhadap pendidikan. Masyarakat desa hanya bisa berharap dan tidak tahu akan berbuat apa. Berangkat dari harapan kecil masyarakat ini maka kitalah yang harus sadar untuk kembali ke desa setelah setumpuk ilmu kita peroleh. Membangun, mengelola, dan membina desa yang menjadi tanggung jawab kita mahasiswa perantau.

Alhamdulillah teman-teman mahasiswa di Yogyakarta telah membentuk sebuah Ikatan Mahasiswa Sanadaja Yogyakarta (IMSY) yang baru dibentuk tahun ini. Pembukan ini membuat kami yang ada di Malang turut membentuk juga Ikatan Mahasiswa Sanadaja Malang (IMSM). Walaupun IMSM baru diresmikan tadi malam tanggal 7 januari 2017 yang dihadiri empat pemuda desa Sanadaja. Diantara tokoh-tokoh yang turut andil, Misbah (UIN-Unisma), Awik (UMM), Herman (IBU Malang), Yanto (UB). Memang ikatan kekeluargaan dalam merangkul desa di masa depan ini bisa dibilang penuh dengan mimpi-mimpi belaka, tapi kami yakin semua kehidupan ini berawal dari mimpi.

Bagi kalangan mahasiswa sangat jarang sekali ada sebuah ikatan yang berangkat dari nama desa. Kita hanya bisa menemui setidaknya lingkup paling kecil adalah kota atau kabupaten. Kesadaran kami untuk ikut aktif berfikir demi kesejahteraan desa di masa-masa mendatang bukan sebuah kebetulan, melainkan karena kesadaran akan amanah dan tanggung jawab kami.

Pekerjaan rumah bagi IMSY dan IMSM tentu masih sangat banyak. Salah satu tugas terbesar adalah meyakinkan masyarakat akan pentingnya pendidikan. Pendidikan adalah tanda kelas sosial suatu masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendidikannya semakin tinggi pula strata sosial mereka. Seseorang yang berpendidikan dengan seseorang yang tidak pernah mengenyam pendidikan tentu sangatlah berbeda, maka dari itu betapa pentingnya pendidikan bagi masyarakat.

Kali ini kita akan membahas pendidikan dari sudut pandang masyarakat desa Sanadaja. Banyak orang desa kita beranggapan pendidikan tidak menjamin masa depan seseorang, hal ini di buktikan dengan banyaknya pengangguran dari lulusan perguruan tinggi yang menyebabkan masyarakat desa Sanadaja salah persepsi mengenai pendidikan. Masyarakat kita masih memiliki ekosistem yang alamiah, sehingga kesadaran akan pentingnya pendidikan masih kurang.

Berbeda dengan masyarakat perkotaan ekosistem mereka bercirikan artificial, di mana sudah tidak alamiah dan sudah mengikuti perkembangan zaman. contohnya tukang becak, meskipun penghasilan mereka pas-pasan tidak sedikit dari anak mereka yang sudah sarjana.

Sebetulnya respon masyarakat desa Sanadaja terhadap pendidikan sudah cukup baik. Akan tetapi minat mereka terhadap jenjang pendidikan yang lebih tinggi masih kurang. Hal ini di sebabkan berbagai faktor antara lain : sebagian besar tingkat ekonomi orang pedesaan tergolong ekonomi menengah kebawah, kurangnya sosialisasi akan pentingnya pendidikan, dan banyak orang tua lebih mengarahkan anak-anak mereka untuk bekerja.

Di sisi lain, masyarakat desa memilih untuk tidak menyekolahkan anak-anak mereka bukan karena kurang sadar akan pentingnya pendidikan tetapi mereka benar-benar tidak mampu secara finansial untuk membiayai anak-anak mereka. Dan di situlah terjadi putusnya harapan anak-anak desa yang memiliki banyak potensi. Masyarakat desa sudah terbiasa dengan kerja keras dan tantangan sehingga mereka memiliki kekuatan dan daya tahan yang tinggi terhadap berbagai macam masalah dan goncangan. Seharusnya mereka mampu memanfaatkan itu.

Sebenarnya ini adalah problem klasik, dan kita tidak bisa menyalahkan satu sama lain. Terkadang memang masyarakat desa kita kurang respect terhadap pendidikan akan tetapi mereka memang tidak mampu untuk biaya sekolah saat ini yang sangat mahal bagi mereka. Jangankan buat sekolah, buat bertahan hidup saja susahnya setengah mati. Tapi mereka punya semangat juang tinggi yang menjadi harapan besar kami. Semoga harapan besar dari mimpi-mimpi kami ke depan terwujud.

Bisa klik link dibawah atau copy ke youtube untuk menyaksikan tentang desa Sanadaja tercinta.

https://www.youtube.com/watch?v=OmcDMYP8Rwg
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : SalamuN RespectoR | Johny | Tutorial Software
Copyright © 2014. MisbahPost - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by SalamuN RespectoR
Proudly powered by Blogger