Refleksi Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW

Minggu, 11 Desember 20160 komentar

http://misbahuddinalmutaali.blogspot.com/2016/12/refleksi-peringatan-maulid-nabi.html

Peringatan hari kelahiran nabi Muhammad SAW bukan hanya saja sekarang, tetapi telah berlangsung berabad-abad lampau, dimana kegiatan ini selalu diperingati pada bulan mulud atau dalam istilah bulan hijriyyah disebut bulan Rabiul Awwal. Sampaikini perayaan tersebut masih terus berjalan meriah dan bernilai historis dimulai darikampung-kampung, surau-surau, sekolah, kampus hingga presiden juga menjadikan moment ini sebagai perayaan secara nasional. kegiatannya pun bervariatif, dari pengajian, pembacaan al-barzanji (sejarah nabi), dialog interaktif, hingga festival budaya daerah setempat dan ritual-ritual agama dan adat tertentu.

Penyelenggaraan/peringatan maulid nabi seakan menjadi agenda tahunan wajib bagi kaum muslimin, yang artinya bahwa “ ibarat sayur kurang garamnya ”atau dengan kata ada terasa yang kurang jika peringatan ini tidak dilaksanakan. Uniknya peringatan kelahiran nabi ini dimulai dari kampung-kampung sampai perkotaan, dan di bulan ini juga tampak semua masyarakat terlihat sibuk. Lihat saja anak-anak, pemuda, orang tua pun tidak mau ketinggalan untuk turut ambil bagian dalam kegiatan tersebut. Tak lupa juga, para pengisi acara mulai dari ustadz, pembawa acara pun “mendulang rupiah” di peringatan maulid nabi ini.

Hanya saja melalui sedikit pendapat ini. Penulis ingin memberi pandangan kekinian berkaitan dengan perayaan maulid nabi kali ini, hal ini menurut hemat penulis, ditinjau dari aspek sosial dan pengingatan sejarah, kegiatan ini sangat positif untuk kemajuan umat islam.

Kemudian dalam dalam kontek judul besar diatas, penulis melihat bahwa esensi yang ada dalam perayaan maulid nabi Muhammad S.A.W kali ini. yang sudah merupakan kegiatan rutin umat muslim selama ini dilaksanakan, diharapkan bisa menjadi referensi dan semangat yang tertanam dalam kehidupan sikap kita selaku mahkluk sehari-hari. Kalaulah selama ini banyak orang hanya melihat moment maulid nabi sebagai sejarah saja khususnya pada bulan maulid/Rabiul awwal ini, mungkin ada baiknya jika keteladanan dan perilaku beliau dapat kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Baik tingkah laku, pola hidup, kehidupan sosial dan lainya . Pasti hal ini menjadi penting agar peringatan yang sangat bersejarah ini tidak menjadi ritual tahunan semata yang cukup menghabiskan energi umat islam.

Tetapi setidaknya dapat diaktualisasikan bahwa maulid nabi dalam kehidupan sehari-hari dapat dipakai sebagai cerminan pribadi muslim yang harus dituangkan dalam diri setiap individu. memang tak mudah, oleh karena itu berarti meneladani perilaku nabi dalam kehidupan sehari-hari terlebih di tengah dahsyatnya arus globalisasi dan modernisasi yang semakin menggerus akidah umat muslim yang salah satunya ditandai dengan pesatnya teknologi, cepatnya arus informasi dan komunikasi saat ini, setidaknya dengan adanya pondasi keimanan yang tertanam kuat dan menjadi symbol (icon) kita dalam hidup di tengah-tengah arus modernism tersebut.

Kemudian pola aktualisasi ini dilakukan dengan mengembalikan problem atau melihat sebuah peristiwa yang menimpa kepada nabi. Sebagai contoh, dalam menghadapi orang yang syirik kita kembalikan kepada apa yang dilakukan nabi ketika dilempari batu dan kotoran saat beliau hijrah ke thaif, atau dapat kita petik pelajaran disana adalah bagaimana nabi merespon perbedaan pandangan dan masalah-masalah lain baik hukum, doktrin, sosial yang semuanya sudah konkrit, sampai kepada masalah politik yang telah dicontohkan akhlak dan etikanya oleh Nabi Muhammad S.A.W.

Dari cerita terebut banyak orang berkomentar dan mungkin ada pertanyaan yang terbersit. Saya ini kan manusia biasa, bukan nabi ? wajar memang, karena sebaik-baik manusia adalah kurun pertama dan selanjutnya. Ini berarti bahwa semakin jauh dari nabi, semakin jauh pula doktrin islam dijalankan dan tentunya kualitas umat semakin buruk. Tetapi, minimal kita berusaha untuk meneladani nabi semampu kita. Karena memang apa yang ada hari ini belum banyak yang tak ada atau tak terjadi pada masa nabi.

Namun hal itu bukan berarti kita meninggalkan semuanya. Bukankan melakukan sedikit lebih baik daripada tidak sama sekali? semoga saja dari sedikit uraian diatas, dapat dilihat bahwa aktualisasi dan representasi kecintaan umatnya kepada nabi Muhammad S.A.W, setidaknya bukan sebuah formalitas belaka atas dilaksanaknya perayaan ini. Namun Jauh daripada itu, adalah terhadap pentingnya meneladani dan mengamalkan ajaran nabi dalam kehidupan sehari-hari. Wallahu ‘alam bisshowab.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : SalamuN RespectoR | Johny | Tutorial Software
Copyright © 2014. MisbahPost - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by SalamuN RespectoR
Proudly powered by Blogger