Jiwa dan Sukma Tubuh Kita

Rabu, 28 Desember 20160 komentar



http://misbahuddinalmutaali.blogspot.com/2016/12/jiwa-dan-sukma-tubuh-kita.html

Ibnu Arabi berkata, manusia bukan hanya sekedar sebagai wakil Tuhan di muka bumi (khalifah fil Ardh) selaras dengan citra-Nya, namun ia juga dibekali potensi'sifat-sifat ke-Tuhanan', sepertimengasihi, mencintai, lemah lembut dst. Dan sifat-sifat itu dilimpahkan Tuhan kepada manusia, sehingga manusia sungguh merupakan "puncak" dari penciptaan Tuhan yang lengkap.

Di dalam diri manusia ada ruh dan tubuh. Namun dalamperspektif sufi, tubuh hanya lah kendaraan ruhani untuk melakukan aktivitas.Manusia bukanlah jasad lahir yang diciptakan dari unsur-unsur materi, akan tetapi ruhani yang berada dalam dirinya yang selalu mempergunakan tugas-tugasnya. [i]

Sukma akan kembali ke 'rumah Tuhan' sementara jasad akan melebur bersama kesementaraan bumi. Bermuladari debu dan akan kembali menjadi debu. Sukma atau qalb adalah sebuah nurani tempat daya pikir jiwa yang membuahkan rasa. Di dalam nurani inilah tempat sebuah romantisme 'pertemuan' antara pencipta dan yang dicipta.

Antara Khaliq dengan seorang hamba-Nya. Hati nurani adalah cawan dari ke-Maha Lemah-Lembutan Tuhan. Sedangkan menurut AlGhazali, hati manusia itu ibarat cermin, sedangkan petunjuk Tuhan diibaratkan dengan cahaya. Hanya manusia berhati bersih lah yang dapat menangkap cahaya dan memantulkan cahaya itu pada orang-orang dan makhluk-makhluk di sekitarnya.

Parasufi mengajarkan, agar manusia mampu menangkap cahaya Ilahi ia harus memililki hati yang bening dengan jalan menguasai nafsu-nafsu rendah seraya mengikuti jalan para nabi dan salafus shaleh melalui latihan-latihan ruhani (riyadlah).

Salah satu latihan ruhani itu adalah melalui shalat tahajud, shalat-shalat lainnya, puasa Senin Kamis, puasa Daud, melayani kemanusiaan dengan kedermawanan waktu, tenaga, pikiran maupun materi , hidup zuhud (tidak loba dengan hal-hal yang bersifat duniawi ) dst. Secara garis besar Komaruddin Hidayat (1994) menuturkan ada tiga tahapan besar latihan jiwa untuk mencapai kesucian jiwa.

Pertama, dzikir atau ta'allu. Yaitu berusaha mengingat dan mengikat kesadaran hati dan pikiran kita kepada Allah. Dimana pun berada, seorang mukmin tak boleh lepas dari berpikir dan berdzikir untukTuhannya (QS.3:31).

Kedua, takhalluq. Yaitu, secara sadar, meniru sifat-sifat Tuhan, sehingga seorang mukmin memiliki sifat-sifat yang mulia sebagaimana sifat-Nya. Proses ini disebut sebagai prosesinternalisasi sifat Tuhan ke dalam diri manusia.

Ketiga, tahaqquq. Yaitu kemampuan mengaktualisasikan kesadaran dan kapasitas diri sebagai seorang mukmin, ia demikian dekat dan intim dengan Tuhan.Dengan pencapaian seorang mukmin melalui tiga tahapan ini yang terjadi pada dirinya adalah seorang hamba Tuhan yang perkasa, mengayomi, sekaligus penuhkasih dan damai.[ii]

Ibnu Arabi mengatakan,barang siapa yang mengenal dirinya akan mengenal Tuhannya. Mengenal diri itu bukan hanya sebatas mengenali tubuh seperti terpantul dalam cermin, melainkan merasuki keseluruh ruang bathinnya. Hati manusia jagadnya melebihi luasnya langit dan bumi, ia sanggup menerima'arsy Tuhan yang bumi dan langit pun tak sanggup. [iii]

Alangkah luasnya jiwa,bagi orang yang mau menggunakan pikiran dan merasa. Tubuh diam di tempatnya, tetapi hati dan pikiran sanggup mengembara kemana-mana. Hanya Pinjaman Manusia adalah sebuah misteri,pun kita adalah misteri bagi diri kita sendiri. Terpusatnya pemikiran pada hanya realitas semakin menjauhkan kita pada kesadaran akan adanya sebuah jagad jiwa yang justru sesungguhnya itulah hakikat diri kita sebagai makhluk ruhani. Apa yang tampak (baca:tubuh) akan lenyap, sementarajiwaakan hidup abadi.

Tubuh kita semakin tua akan semakin kehilangan pesonanya, yang ada adalah lemah, sakit-sakitan, kendur, terbungkuk dan keriput. Akan tetapijiwa apabila dilatih, dengan usia yang kian menua ia akan semakin tumbuh memesona. Tampilcantik, ganteng dan menarik itu bagus.Memakai pakaian, kendaraan dan rumah yang memiliki cita rasa estetika itu baik. Tetapi bukan segalanya.Karena itu bagi seorang sufi, spiritual yang tumbuh dengan kesucian jiwa jauh lebih menarik hati dibandingkan dengan memoles-moles diri dengan kosmetik duniawi. Sekali pun ia memiliki tubuh yang ganteng serta cantik jelita, mereka hanya melihat itu semua hanya sebagai pinjaman semata. Wallahu 'alam bissawab..


[i] Zainun Kamal, Antara Sukma Nurani Dan Sukma Dhulmani dalam Kontekstualisasi Doktrin Islam Dalam Sejarah, Yayasan Paramadina, 1994. hal. 201-206

[ii] Komaruddin Hidayat, Manusia dan Proses Penyempurnaan Diri dalam Kontekstualisasi doktrin Islam Dalam Sejarah, Yayasan Paramadina, 1994. hal. 191-192

[iii] ibid Note : Untuk Mas Fajar. Terima kasih telah mengajak menulis aroma sufistik, walau pun penulis artikel ini sama sekali jauh dari sifat-sifat seorang sufi...:)

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : SalamuN RespectoR | Johny | Tutorial Software
Copyright © 2014. MisbahPost - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by SalamuN RespectoR
Proudly powered by Blogger