Sunni dan Syiah, Kalian Bersaudara

Senin, 17 Oktober 20160 komentar





http://misbahuddinalmutaali.blogspot.com/2016/10/sunni-dan-syiah-kalian-bersaudara.html




“Syiah beragam namun mereka adalah saudara, mereka tetap Muslim, kita tidak bisa serta merta menghakimi mereka keluar Islam hanya karena satu perkara. Memang terdapat sikap berlebihan, tidak di semua Syiah dan tidak semua ulama mereka demikian, ketika saya berdialog dengan sejumlah tokoh mereka ihwal mencanci maki sahabat dan Abu Bakar RA, Aisyah RA dan Umar bin Khatab, ia mengatakan,”Mereka bukan representasi kami.”

Jika Anda telaah buku-buku Syiah klasik maka Anda tak akan menemukannya. Mungkin Anda temukan kecenderungan sebagian demikian, tetapi mayoritas Syiah menghormati sahabat Rasulullah SAW. Sebagian kecil ulama menganggap mencaci maki sahabat berarti keluar dari Islam, tetapi bagi kami al-Azhar tidak. Cacian terhadap sahabat bentuk kesesatan, maksiat, dan berdosa namun tak serta merta keluar dari Islam. Mereka Kita tidak bisa kafirkan mereka.

Bagaimana? Sunni dan Syiah adalah sama-sama sayap Islam. Tentu kita bicarakan Syiah yang moderat, ada Imamiyah, Zaidiyyah, yang memiliki kedekatan dengan Sunni, tetapi ada sekte menyimpang dan sesat yang mengangkat isu //tasyayyu’//yang mengakui risalah selain untuk Muhammad SAW, mereka itu, seperti saya katakan, menyalahi apa yang konstan dalam agama dan bisa dinyatakan keluar Islam.

Tetapi, sesunguhnya, sebagian perbedaan kita dengan saudara Syiah kita, adalah perbedaan nonprinsipil (furu’), kecuali dalam soal imam. Syiah percaya imam sebagai bagian pokok agama, sedangkan kita, Sunni soal itu termasuk nonprinsipil. Isu imamah juga tak membuat Syiah serta merta keluar Islam. Kitab as-Sayyid Ali al-Amin cukup bagus mendudukkan hakikat imamah tersebut. Yang dimaksud imamah Ali bin Thalib adalah dalam hal spiritualitas dan ketakwaan bukan bermakna kekuasaan fisik. Kekuasaan seperti itu Ali bin Abi Thalib juga tak mengingingkannya. Pemikiran ini berupaya mendekatkan antara Sunni dan Syiah.” 

Apresiasi Kerja MUI Menyatukan Ormas


Saya tahu, kalau Indonesia, negara Muslim terbesar, adalah pionir mewujudkan mimpi yang sulit dan berat kita capai, yaitu persatuan ulama dengan berbagai mazhab dan aliran mereka dalam organisasi dan wadah satu, saling bertemu dan bermusyawarah sepakat pada satu pendapat yang disampaikan ke masyarakat. Ini adalah tantangan utama kita, yaitu perbedaan antara ulama.

Perbedaan itu, kerap mereka bawa turun ke jalan dan berlakukan ke publik awam, maka muncullah perselisihan. Saya mengetahui, organisasi ini, menghimpun organisasi-organisasi dengan latarbelakagn mazhab, bahkan akidah yang berbeda.

Tetapi alhamdulillah, akhirnya kalian bersepakat pada satu atau dua pendapat, dan pendapat yang satu memberikan ruang bagi pendapat lain dan tidak saling mencederai. Inilah yang kita coba bangun pula, tentu, di luar Indonesia. Dan Alhamdulillah, ini sudah terealisasi di Indonesia melalui MUI. Saya apresiasi MUI dan kemampuan memgelola perbedaan dalam koridor yang diperolehkan syar’i. Ini yang menjadi impian saya untuk membuat forum yang menyatukan sufi, wahabi, Hanbali, dan Syafi’i dan aliran-aliran lain dalam satu wadah. Dan ini belum tercapai hingga kinidi kami.”



Persatuan Umat Dimulai dari Ulama Sunni dan Syiah

“Saya percaya, selama ulama tidak bersatu terlebih dahulu, maka tidak ada harapan. Anda sebagai ulama hendak menebarkan perdamaian, sementara Anda sendiri tak berdamai dengan sesama ulama, maka seperti kata pepatah “Faqidus sya’i la yu’thihi” (Orang kehilangan tak bisa memberi). Masalahnya, perbedaan ini berubah menjadi perselisihan yang rigid akibat fanatisme mazhab atau pemikiran tertentu dan mengklaim mazhab lain tidak benar.

Namun sayangnya, di balik gencarnya mazhab tersebut ada dukungan materiil dan spirituil, yang lantas disebarluaskan di jalan alih-alih menghargai perbedaan justru malah memecah belah umat. Muncullah fenomena pembida’ahan dan pengkafiran yang sangat rentan dengan menghalalkan darah. Solusinya adalah kembali ke khazanah klasik bagaimana menyikapi perbedaan.
Umar bin Abd al-Aziz pernah mengatakan, bahwa ia sangat senang jika para sahabat tidak berselisih pendapat, tetapi fakta berkata lain. Dengan perbedaan itu justru, banyak opsi-opsi kemudahan dibandingkan dengan satu opsi pendapat saja. Silakan saja Anda memilih satu mazhab tetapi jangan anggap pendapat Anda saja yang benar sementara

orang lain salah.” 

Ingatlah, Musuh Menginginkan Kita Tercerai Berainya Sunni dan Syiah

“Dan ingat, perselisihan antara keduanya, Sunni dan Syiah inilah yang dihembuskan oleh musuh Islam untuk memporak-porandakan umat, seperti saat ini yang terjadi di Suriah tak ada justifikasi meletusnya konflik tersebut, kecuali membenturkan Sunni Syiah, lihat pula Irak yang kacaubalau atas dasar apa? Konflik Sunni dan Syiah. Perhatikan pula Yaman.
 
Kita sadar betul tentang peta konflik ini, karena itu sejak awal kita kampanyekan Sunni dan Syiah bersaudara dan memang kita intinya bersaudara. Konflik tersebut akan terus dihembuskan, karena memang mereka musuh Islam tak meninginkan kita bersatu.” 

Berhati-hatilah Jangan Mudah Mengafirkan Sesama Muslim, Sunni dan Syiah

“Soal taqrib memang yang menginisiasi al-Azhar oleh Syekh Syaltut dan sejumlah cendekiawan lainnya. Al-Azhar menegaskan, sebagaimana Mazhab Asy’ari, kita tidak akan mengkafirkan siapapun dari golongan orang beriman.

Perbuatan maksiat yang diperbuat adalah soal lain. Berhati-hatilah untuk tidak mengkafirkan. Otoritas ini hanya milik ulama, jangan biarkan orang awam bebas menebarkannya. Jika misalnya ada 99 persen kemungkinan kufur dan 1 persen kemungkinan tetap Muslim, tetap berhati-hatilah. Inilah jalan al-Azhar. Makanya, tiap Ramadhan kita punya satu program yang melibatkan Sunni dan Syiah dari berbagai kawasan, termasuk Suriah dan Irak, silakan sampaikan pernyataan untuk tidak saling membunuh satu sama lain, karena Sunni dan Syiah sesama Muslim.

Jangan kafirkan orang kecuali yang mengingkari Alquran dan mengingkari perkara yang mendasar dalam agama. Muslim yang mengatakan zina atau khamar halal, bisa keluar agama, tetapi Muslim yang percaya zina dan khamar haram tetapi melakukannya, dia tetap Muslim.”


Inilah WAWANCARA–Syekh Azhar: Sunni Syiah Dilarang Saling Bunuh


Layla Syafi’i: Apa pendapat Anda tentang pembaruan konteks keagamaan?
Jawab:
 
Pembaruan bukanlah menghancurkan atau menghilangkan. Pembaruan juga bukan tunduk atas ajakan yang tidak bebas dari fanatisme sehingga memberikan kesempatan terjadinya distorsi antara yang bersifat agama atau tradisi sebagaimana kita bisa lihat dalam banyak fenomena.

Usaha melawan tradisi Islam ini sendiri merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan fanatisme dan terorisme. Hal ini yang memicu gerakan, dan mempengaruhi di antara para pemuda yang menghormati agamanya.

Pembaruan merupakan karakteristik agama kita yang hanif dan praktik yang berkelanjutan untuk bergerak menuju sebuah metode baru dalam rangka menghidupkan inovasi di tengah umat. Hal ini diperbolehkan dalam Islam karena teks-teks yang dijadikan sebagai sumber hukum syariat terbatas, sedangkan isu-isu kontemporer tidak terbatas. Dari situlah para ulama harus melakukan inovasi untuk memungkinkan adanya kesesuaian di dalam syariat sepanjang masa.

Layla Syafi’i: “Apakah Anda melihat pendekatan Sunnah dan Syiah sedemikian penting?”

Jawab:
Al-Azhar tidak membedakan antara Sunnah dan Syiah sepanjang mereka bersyahadat. Oleh karena itu, salah satu metode Al-Azhar adalah menyebarkan konsep pemikiran dan akidah yang proporsional sebagaimana Al-Azhar berpegang teguh dalam mengajak pendekatan antara Sunnah dan Syiah. Hal ini telah dikomandoi oleh mantan syekh Al-Azhar, Syekh Mahmud Syaltut bersama ulama rujukan Syiah, Syekh Taqiyuddin Al-Qummi dengan mendirikan lembaga pendekatan antara mazhab Islam.

Sepanjang empat belas abad Islam tidak terjadi pertumpahan darah antara Sunnah dan Syiah. Pendekatan antara mazhab-mazhab Islam merupakan salah satu perhatian Al-Azhar. Para pemimpin ulama Sunnah dan Syiah berencana untuk melakukan pertemuan membahas fatwa bersama Sunnah dan Syiah yang mengharamkan saling membunuh kedua belah pihak. Hal itu demi menghentikan pertumpahan darah yang terjadi di kawasan, menyelamatkan umat dari tangan konspirator dan pendesain, dan menghormati darah dan nyawa kita semua.

Kita tidak boleh lengah dari ulama yang memecah belah di antara Sunnah dan Syiah. Sangat disesalkan suara ulama anti persatuan menggema di media sosial yang didukung oleh orang-orang yang tidak menginginkan api padam.

Kami menyerukan pendekatan di antara para pengikut kedua mazhab Sunnah Syiah, tidak terbatas mazhab itu sendiri karena di dalam mazhab-mazhab itu tidak ada perbedaan yang substantif di dalam pokok aqidah.

 

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : SalamuN RespectoR | Johny | Tutorial Software
Copyright © 2014. MisbahPost - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by SalamuN RespectoR
Proudly powered by Blogger