Catatan kajian tafsir bersama Dr. Yahya 8 okt 2016

Sabtu, 08 Oktober 20160 komentar



http://misbahuddinalmutaali.blogspot.com/2016/10/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html


“Dulu kala, seseorang mengadu kepada Imam Hasan Bashri mengenai kekeringan yang melanda negerinya. Sang Imam, dengan kearifannya, memberikan resep sederhana, “beristighfarlah!”. Lalu datang seorang lainnya. Kali ini ia mengeluhkan kefakiran yang terus menggelayutinya. Sang imam memperlakukannya sama dengan yang pertama. Ia memberikan resep istighfar kepadanya. Lalu datanglah orang ketiga. Yang terakhir ini mengeluhkan nestapa bahtera rumah tangganya karena tak kunjung dianugerahi buah hati. Sikap sang imam masih seperti sebelumnya. Ia memberikan resep istighfar. Kepada ketiga-tiganya, Imam Hasan memberikan obat yang sama, yakni istighfar, untuk problematika yang beragam.”

Sikap Hasan Bashri tadi rupanya menarik perhatian seseorang. Orang itu bingung, ditanya berbagai persolan, eh…jawabannya itu-itu saja. “Memangnya semua persoalan itu bisa dipecahkan dengan hanya membaca Istighfar?”,kira-kira begitu pikiran orang itu. Tak tahan menyimpan keheranan, ia pun bertanya kepada Hasan, “Beberapa orang laki-laki mendatangimu mengeluhkan berbagai persoalan, tetapi engkau hanya menyuruh mereka semua untuk membaca istighfar!”. Hasan menjawab tenang “Aku sama sekali tidak mengatakan apapun dari diriku sendiri. Sesungguhnya Allah SWT berfirman (seperti itu)”. Ulama yang namanya masyhur hingga kini itu lalu mengutip surat Nuh ayat 10-12 berikut ini.

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا
 يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا
وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا 
مَا لَكُمْ لا تَرْجُونَ لِلَّهِ وَقَارًا

maka aku katakan kepada mereka: "Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun,  niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.  Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah?
(QS Nuh, 71:10-13)

Ada 2 aspek menarik dalam setiap redaksi ayat al-Qur’an yaitu aspek struktur dan aspek makna. Dari aspek struktur, dalam kajian balaghah, sisi menariknya dari ayat tersebut adalah adanya rima, dalam hal ini 4 ayat tersebut diakhiri huruf ra (ر) dalam setiap akhir ayatnya. Dalam ilmu balaghah, hal ini dinamakan saja’ (السجع) yang dibahas secara menarik dan tuntas dalam al-badi’ (البديع) yang mengkaji kata atau ungkapan untuk memperindah lafal bunyi. Ini dari sisi struktur kalimatnya.

Dari aspek maknanya, yang menarik adalah penggunaan kata (يمددكم) pada ayat 12. Mengapa kata ini yang dipakai, bukan kata yu’thi (يعطيكم) misalnya yang artinya memberikan? Tentu hal ini bukanlah kebetulan. Pemilihan kata dalam setiap ayat dalam al-Qur’an mengandung makna mendalam. Dalam hal ini, ada kaitan erat antara istigfar dan rejeki, yaitu jika manusia beristigfar, atau jika manusia melakukan kesalahan sebesar apapun, jika beristigfar, maka Allah memotivasi dengan janji indah yaitu akan memperbanyak rejeki, berupa harta, anak, kebun, dan sungai, dalam hal ini dapat dimaknai buah-buahan atau rejeki lainnya. Bukan hanya memberi, tapi justru memperbanyak atau memperpanjang. Itulah makna yang terkandung dari kata (يمددكم)

Hal ini dapat dibuktikan dari kisah berikut ini, yang dituturkan oleh Syaikh ‘Aidh al-Qarni, penulis buku best seller La Tahzan. Ada seorang yang tak kunjung dikarunia anak. Sementara para dokter sudah angkat tangan tidak mampu mengobatinya dan obat-obatan pun sudah tidak mempan lagi. Orang itu akhirnya bertanya kepada salah seorang ulama yang kemudian menyarankan kepadanya,“Hendaklah engkau memperbanyak Istighfar di kala subuh dan sore hari,sesungguhnya Allah SWT mengatakan perihal orang-orang yang beristighfar, ‘Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu.’ (Nuh[71]:12).
Lelaki itu kemudian memperbanyak Istighfar secara terus menerus. Akhirnya dengan izin Allah SWT dan kasih sayang Nya, ia pun mendapatkan keturunan yang shaleh-shaleh.

Kisah lain, terkait dengan permasalahan negara, Umarbin Khaththab, salah satu sahabat Rasulallah SAW yang pernah menjadi Amirul Mukminin memegang erat ayat-ayat tersebut ketika ia meminta supaya Allah SWT menurunkan hujan. Mathraf meriwayatkan dari cerita asy-Sya’bi bahwa suatu ketika Umar keluar dari rumahnya untuk berkumpul bersama orang-orang meminta hujan turun. Namun, Umar hanya membaca Istighfar dan tidak lebih dari itu, sampai akhirnya ia pulang. Ada orang berkata kepadanya, “Aku tidak mendengar engkau memohon supaya turun hujan.” Umar berkata, “Aku memohon supaya didatangkan bintang majadin di langit yang biasanya turun membawa hujan. Setekah itu ia membaca ayat (dalam surat Nuh ayat 10-12), Maka aku katakan kepada mereka, ‘Mohonlah ampun kepada tuhanmu, sesungguhnya Dia maha pengampun niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat.”

Pendapat lain, datang dari Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam tafsirnyamengenai surat Nuh:10 -12. Ia  berkata: Jika kalian bertaubatkepada Allah, meminta ampun kepada kepadaNya, niscaya Allah akan:





Ø  memperbanyak rezeki kalian,
Ø  menurunkan air hujan serta keberkahan dari langit,
Ø  mengeluarkan untuk kalian berkah dari bumi,
Ø  menumbuhkan tumbuh-tumbuhan,
Ø  melimpahkan air susu,
Ø  memperbanyak harta dan anak-anak untuk kalian,
Ø  menjadikan kebun-kebun yang di dalamnya terdapat macam-macam buah-buahan untuk kalian,
Ø  mengalirkan sungai-sungai di antara kebun-kebun itu.


Maka kita dianjurkan beristigfar sebanyak-banyaknya. Jika selama ini kita sering mendengar bahwa untuk memperbanyak rejeki adalah dengan bersedekah, maka ada cara lain yang dicontohkan al-Qur’an untuk mengatasi berbagai masalah kita, yaitu dengan istigfar. Cara ini dapat dilakukansiapapun, gratis, tanpa modal dan dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Jauh lebih mudah dari sedekah. Tentu kalau kita dapat melakukan keduanya (sedekah dan istigfar) sekaligus, jauh lebih baik.

Ayat 13“Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah?”, sesungguhnya menyindir kita, yang tidak percaya dengan cara yang dipilihkan Allah dalam ayat tersebut. Mungkin ayat tersebut ditujukan bagi yang meragukan relasi antara istigfar dan rejeki, ditujukan bagi orang-orang yang mengagungkan logika ilmiah, ...
maka semuanya tergantung kita, akankah percaya dengan Allah yang Maha Besar atau tetap bergelimang dalam masalah yang berkepanjangan?

Jika kita percaya dengan kekuatan istigfar, mari kita coba aplikasikan. Ada beberapa contoh kalimat istigfar. Berikut adalah salah satu contohnya.

SAYYIDUL ISTIGFAR

اللهمأنت ربي خلقتني و انا عبدك وانا على عهدك ووعدك مااستطعت. أبوء لك بنعمتك عليوأبوء بذنبي فاغفرلي فإنه لا يغفر الذنوب إلا أنت

Allahummaanta robbi khalaqtani wa ana abduka wa ana ‘ala ahdika wa wa’dika mastatho’tu. Abu ‘u laka bi ni’matika ‘llaya, wa abu ‘u bi dzanbi faghfirli fa innahu laa yaghfiru dzunuba illa anta.

YaAllah, engkau Tuhanku, Penciptaku, dan aku hambaMu, dan aku di atas janjiMu dan ketentuanMu semampuku, aku akui nikmatMu kepadaku, dan ku akui kesalahanku, maka ampunilah aku, karena sesungguhnya tidak ada yang mengampuni kesalahan selain Engkau.

Semoga Bermanfaat
Wallahu’alam bish-showwab

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : SalamuN RespectoR | Johny | Tutorial Software
Copyright © 2014. MisbahPost - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by SalamuN RespectoR
Proudly powered by Blogger