Bertauhid Melalui Matematika

Rabu, 19 Oktober 20160 komentar

http://misbahuddinalmutaali.blogspot.com/2016/10/bertauhid-melalui-matematika.html


Tauhid dan matematika satu sama lain sangat erat berhubungan karena sejatinya berasal dari sumber pemahaman dan pengamatan yang sama tentang diri kita sendiri sebagai makhluk ciptaan yang akhirnya melahirkan dasar ilmu yang sama yaitu sistem desimal alias sistem Adam. Sejak kapan pemahaman dasar ini terpisahkan menjadi 2 fenomena besar yang meliputi kesadaran kita hari ini sebagai AGAMA dan SAINS?

Pemisahan inilah yang nampaknya menjadi dasar dari munculnya berbagai konflik umat manusia karena faktor kesadaran sebagai kontinuum tentang hidup dan kehidupan ternyata melibatkan dimensi kepentingan individual atau kelompok yang saling berbenturan ketika ukuran-ukuran dipatokkan menjadi batasan-batasan kepemilikan dan kemerasa berhakkan. Dan muara semua benturan kepentingan itu adalah keadaan non fisik yang disebut kondisi psikis, persepsi dan kognisi, atau akhlak dan perilaku kita sendiri akibat saling hubungan yang muncul diantara semua makhluk dalam menjalani kehidupannya.

Orang maupun sekelompok orang (misalnya kawanan maling) bisa menjadi gila emas dan rela membunuh manusia lainnya karena munculnya keadaan-keadaan psikis yang berbeda yang yang tidak bisa dikendalikannya karena kurangnya pemahaman tentang makna dan arti ilmu itu sendiri, baik sebagai sarana untuk mencapai hasil terbaik maupun sebagai bekal untuk mengenali Realitas Absolut. Dan tidak dapat disangkal bahwa hal ini merupakan bagian dari kenyataan hidup bahkan boleh saja disimpulkan secara bijak bestari sebagai pembelajaran dari Pencipta makhluk supaya manusia yang suka lalai dan lupa menyadari kalau Dia itu Ada, Rahmat dan MurkaNya ada, dan semuanya pada awalnya berada dalam koridor hukum yang sama.

Hanya saja, bagaimana mencapai keseimbangan yang ideal terjadi tergantung sepenuhnya kepada manusia yang telah dianugerahi akal, tangan, kaki dan panca indera fisik dan non fisik lainnya untuk meningkatkan kualitas-kualitas hidupnya dengan cara dan adab yang patut di hadapan Tuhan maupun makhluk lainNya (hamba-hambaNya) sehingga pengenalannya kepada Pencipta tidak setengah jalan, tidak setengah matang, tidak setengah hati dan tidak lantas menjadi kekanak-kanakkan yang mudah putus asa, mudah lepas dari kebergantungannya kepada kekuasan Tuhan karena kemalasannya menggunakan anugerah yang telah ada pada dirinya.

Matematika sejatinya merupakan instrumen bagi manusia agar ketergantungannya kepada Tuhan semakin besar dengan cara mengelola dirinya dengan pemahaman yang mendekati kebenaran relatif. Jadi, kebenarannya dapat dibandingkan sebagai benar atas realitas yang terukur maupun tidak terukur yang sama (kata penyanyi rock Scorpion because we are living in the same sun, in the same planet dll), benar dengan bertanggung jawab, berkeadilan dan seimbang sesuai dengan proporsinya, serta bermanfaat dan diakui kebenarannya oleh manusia lainnya.

Diluar batasan yang aman ini maka manusia disebut pelanggar al-Mizan dan ia telah lepas diri dari buhul tali Tauhid yang sejati yaitu Shamadiyyah Dzat dan Ahadiyyah Dzat Tuhan yang ada pada dirinya sebagai makhluk berpikir dan berperasaan. Makhluk yang berlepas diri inilah yang kemudian disebutkan sebagai makhluk yang terjebak salam Syirikus Kuntulbarisus karena meragukan Pertolongan Allah. Makhluk seperti ini dalam tafsir agama dengan bahasa Arab dikarakterisasikan sebagai Ablasa alias Iblis, yang memutuskan diri dari rahmat Tuhannya karena lalai dan sombong, pemarah dan pongah, tidak mau berempati dan bekerjasama, curang, licik, keji, dan enggan menggunakan semua anugerah yang ada padanya sebagai makhluk ciptaan yang disebut Inssana Fii Ahsaani Taqwiim.

Pengenalan matematika sebagai konsep dasar tauhid maupun sains sejak dini menjadi sangat penting bagi Bangsa Indonesia yang dasar-dasar ideologisnya adalah Tauhid. Mengabaikan matematika sama halnya dengan mengabaikan dasar-dasar agama maupun sains yang kokoh. Karena itu keduanya harus kembali disatukan dalam perspektif yang mengetahui segala sesuatu, awal dan akhir, lahir dan batin guna mampu menyiasati kehidupan dengan manfaat dan kualitas yang terbaik sebagai Bani Adam yang menjadi Khalifah Di Muka Bumi yang sebiji mata wayang ini.

Laa ilaahaa illaa Allah, Muhammadurasulullah
Qs 2: 255 (455). Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Al-Kursi Allah meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.
3:2. Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya.
QS 57:3. Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan yang Bathin; dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu.

Akhir kata, menghadirkan kehidupan sehari-hari yang berkualitas dari segi lahir dan batin, awal dan akhir dengan naungan Bismillah al-Rahmaan al-Rahiim adalah Utusan Tuhan (Maksudnya: Kehidupan berkualitas terbaik adalah kehidupan yang merefleksikan aktualitas-aktualitas kalimat Basmalah sebagai Induk Kitab Kehidupan)

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : SalamuN RespectoR | Johny | Tutorial Software
Copyright © 2014. MisbahPost - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by SalamuN RespectoR
Proudly powered by Blogger