PEMBELAJARAN BERBASIS MULTITYPEINTELEGENSI

Kamis, 07 April 20160 komentar


MAKALAH

PEMBELAJARAN BERBASIS MULTITYPEINTELEGENSI













Disusun Oleh:
Misbahuddin
............
.................
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
MALANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kecerdasan yang dimiliki manusia merupakan salah satu anugerah besar dari Allah, menjadikannya sebagai salah satu kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dengan kecerdasannya, manusia dapat terus menerus mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya yang semakin kompleks, melalui proses berpikir dan belajar. Secara terus menerus.
Seorang Profesor Pendidikan Harvard, Prof. Howard Gardner, dalam teori “multiple intelligence”, mengatakan bahwa dalam diri manusia terdapat banyak potensi yang belum dikembangkan. Dan, bahkan kadang-kadang potensi tersebut telah kita kubur gara-gara kesibukan kita sehari-hari, seperti pekerjaan dan mengurus rumah tangga atau sekolah. Dalam budaya kita pada umumnya orang yang dianggap cerdas yaitu orang yang pintar secara otak bukan emosi, atau lebih dikenal dengan IQ (Intelligence Quotient) dan bukan EQ (Emotional Quotient).

B.     Rumusan Masalah
Dalam membahas makalah ini terlebih dahulu diperlukan rumusan masalah secara ringkas mengenai pembahasan dan permasalahan dalam multipel intelegensi diantaranya:
1.      Apa pengertian Multipel Intelegensi?
2.      Apa saja karakteristik Intelegensi?
3.      Bagaimana penerapan Multipel Intellegensi dalam pembelajaran?

C.    Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini diharapkan mampu mencapai target sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui pengertian Multipel Intelegensi.
2.      Untuk mengetahui karakteristik-karakteristik Intelegensi dan
3.      Untuk memperoleh cara dalam mengaplikasikan multitipel intellegensi.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Multipel Intelegensi
Istilah intelegensi atau kecerdasan bukanlah sesuatu yang baru bagi kita sebagai pendidik. Namun sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, ilmu tentang inteligensi pun berkembang banyak.
Prof. Howard Gardner, seorang ahli psikologi kognitif dari Universitas Harvard, meneliti tentang intelegensi/kecerdasan manusia. Ia mengatakan bahwa IQ tidak boleh dianggap sebagai tinggi atau rendah seperti tekanan darah manusia, dan kecerdasan seseorang tidak dapat diukur secara mutlak dengan tes-tes IQ. Ia mengatakan bahwa tes IQ hanya mampu mengukur kemampuan seseorang dalam mengerjakan tes IQ tersebut. Selanjutnya, ia mengatakan bahwa setiap orang mempunyai beberapa kecerdasan, tidak hanya satu kecerdasan. Ia menyebutnya dengan intelegensi ganda atau Multiple Intelligences.
Adapun Definisi Gardner tentang kecerdasan:
1.      Kecakapan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya.
2.      Kecakapan untuk mengembangkan masalah baru untuk dipecahkan.
3.      Kecakapan untuk membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang bermanfaat dalam hidupnya.
Beberapa pakar mendeskripsikan intelegensi sebagai keahlian untuk memecahkan masalah (problem-solving). Yang lainnya mendeskripsikannya sebagai kemampuan untuk beradaptasi dan belajardari pengalaman hidup sehari-hari .dengan mengombinasikan ide-ide ini kita dapat menyusun definisi inteligensi yang cukup fair: keahlian memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi pada, dan belajar dari, pengalaman hidup sehari-hari.
Sedangkan yang dimaksud dengan multiple intelegensi adalah kemampuan untuk memecahkan masalah dan menciptakan suatu produk yang efektif atau bernilai dalam satu latar belakang budaya tertentu. Artinya, setiap orang jika dihadapkan pada satu masalah, ia mampu menyelesaikan masalah yang berbeda sesuai dengan konteksnya.

B.     Karakteristik Intelegensi
Setidaknya ada delapan intelegensi yang dikemukakan oleh Howard Gardner. Delapan intelegensi itu antara lain: Intelegensi Linguistik, Intelegensi Logis-Matematis, Intelegensi Visual Spasial, Intelegensi Musikal, Intelegensi Kinetik Tubuh, Intelegensi Intrapersonal, Intelegensi Interpersonal, dan Intelegensi Naturalis.
1.    Intelegensi Berbahasa (Linguistik)
Intelegensi berbahasa mencakup kemampuan-kemampuan berpikir dengan kta-kata, seperti kemampuan untuk memahami dan merangkai kata dan kalimat baik lisan maupun tertulis. Anak dengan intelegensi ini memiliki kepekaan terhadap makna dan susunan kata. Dan mereka sering menggunakan  perbendaharaan kata-kata yang luas.
Karakteristik individu yang memiliki kecerdasan linguistik adalah sebagai berikut:
a.             Senang membaca buku atau apa saja, bercerita atau mendongeng.
b.             Senang berkomunikasi, berbicara, berdialog, berdiskusi, dan berbahasa asing.
c.             Pandai menghubungkan atau merangkai kata-kata atau kalimat baik lisan maupun tulisan.
d.            Pandai menafsirkan kata-kata atau paragraf baik secara lisan maupun tertulis.
e.             Senang mendengarkan music dan sebagainya dengan baik.
f.              Pandai mengingat dan menghafal.
g.             Mudah mengungkapkan perasaan baik lisan maupun tulisan.

2.    Intelegensi Logis-Matematis
Intelegensi Logis-Matematis adalah kemampuan dalam penalaran atau menghitung. Seperti kemampuan menelaah masalah secara logis, ilmiah dan matematis. Intelegensi ini membuat anak memiliki kemampuan mengenali pola-pola suatu kejadian dan susunannya. Mereka senang bekerja dengan angka, ingin mengetahui sejauh mana cara kerja suatu benda.
Berikut ini karakteristik anak berintelegensi logis-matematis:
a.    Senang bereksperimen, bertanya, menyusun atau merangkai teka-teki.
b.    Senang dan pndai berhitung serta bermain angka.
c.    Senang mengorganisasikan sesuatu, menyusun scenario.
d.   Mampu berpikir logis, baik induktif maupun deduktif.
e.    Senang silogisme.
f.     Senang berpikir abstraksi dan simbolis.
g.    Mengoleksi benda-benda dan mencatatnya.

3.        Intelegensi Visual Spasial
Intellegensi visual spasial yaitu kemampuan berpikir dalam citra dan gambar. Seperti kemampuan untuk membayangkan bentuk suatu objek. Anak dengan kemampuan ini memiliki kemampuan memahami alam secara akurat dan menciptakan ulang aspek-aspek alam seperti menggambar pemandangan.
Berikut ini karakteristik individu yang memiliki intelegensi visual spasial:
a.    Senang merancang sketsa, gambar, desain grafik, dan tabel.
b.    Peka terhadap citra, warna, dan sebagainya.
c.    Pandai memvisualisasikan ide.
d.   Imajinasinya aktif.
e.    Mudah menemukan jalan dalam ruang.
f.     Mempunyai persepsi yang tepat dari berbagai sudut.
g.    Senang membuat rumah-rumahan dari balok.
h.    Mengenal relasi benda-benda dalam ruang.

4.    Intelegensi Musikal
Intelegensi musikal adalah kemampuan berpikir dengan nada, ritme, dan melodi juga pada suara alam. Anak dengan intelegensi ini memiliki kepekaan terhadap pola nada, ritme dan melodi.
Berikut ini karakteristik individu yang memiliki intelegensi musikal:
a.         Pandai mengubah atau mencipta musik.
b.         Gemar mendengar dan atau memainkan alat musik.
c.         Senang dan pandai bernyanyi dan bersenandung.
d.        Pandai mengoperasikan music serta menjaga ritme.
e.         Mudah menangkap musik.
f.          Peka terhadap suara dan musik.
g.         Dapat membedakan bunyi berbagai alat musik.
h.         Bergerak sesuai irama, seperti mengetukkan jari sesuai irama.

5.        Intelegensi Kinetik Tubuh
Intelegensi kinetic tubuh yaitu kemampuan yang berhubungan dengan gerakan tubuh, termasuk gerakan motorik otak yang mengendalikan tubuh seperti kemampuan untuk mengendalikan dan menggunakan badan dengan mudah dan cekatan. Anak dengan intelegensi ini mampu menggunakan tubuh secara terampil dan menangani benda-benda dengan tangkas. Umumnya mereka lebih mudah mengingat sesuatu dengan melakukan gerakan daripada dengan melihat atau mendengar.
Berikut ini karakteristik individu memiliki intelegensi kinetik tubuh:
a.         Senang menari, akting.
b.         Pandai dan aktif dalam olahraga tertentu.
c.         Mudah berekspresi dengan tubuh.
d.        Mampu memainkan mimik.
e.         Cenderung menggunakan bahasa tubuh.
f.          Koordinasi dan fleksibilitas tubuh tinggi.
g.         Senang dan efektif berpikir sambil berjalan, berlari dan berolahraga.
h.         Pandai merakit sesuatu menjadi produk.
i.           Senang bergerak atau tidak bias diam dalam waktu yang lama.
j.           Senang kegiatan di luar rumah.

6.    Intelegensi Intrapersonal
Intelegensi intrapersonal adalah kemampuan berpikir untuk memahami diri sendiri, melakukan refleksi diri dan bermetakognisi. Intelegensi ini menjadikan anak memiliki kemampuan menggunakan kehidupan emosional untuk memahami dirinya sendiri dan orang lain. Anak dengan kecerdasan ini biasanya suka mencatat apapun yang dipikirkan dan dirasakan, mampu menentukan dan memutuskan langkah yang kan dipilih, menyadari kelebihan dan keterbatasannya, gemar menikmati rekreasi sendirian seperti menyendiri di kamar sambil mendengarkan musik.
Berikut ini karakteristik individu yang memiliki intelegensi intrapersonal:
a.         Mampu menilai diri sendiri/introspeksi diri, bermeditasi.
b.         Mudah mengelola dan mrnguasai perasaannya.
c.         Saling mengamati dan mendengarkan.
d.        Bias bekerja sendirian dengan baik.
e.         Mampu mencanangkan tujuan, menyusun cita-cita dan rencana hidup yang jelas.
f.          Berjiwa independen/bebas.
g.         Mudah berkonsentrasi.
h.         Keseimbangan diri.
i.           Senang mengekspresikan perasaan-perasaan yang berbeda.
j.           Sadar akan realitas spiritual.

7.    Intelegensi Interpersonal
Intelegensi interpersonal adalah kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Anak yang mudah memahami orang lain dan mementingkan relasi, memiliki kecerdasan interpersonal yang baik. Anak dengan kecerdasan ini biasanya memiliki banyak teman, cenderung jadi penengah di antara teman-temannya.
Berikut ini karakteristik anak yang memiliki kecerdasan interpersonal:
a.         Mampu berorganisasi, menjadi pemimpin dalam suatu organisasi.
b.         Mampu bersosialisasi, menjadi mediator, bermain dalam kelompok/klub, bekerja sama dalam tim.
c.         Senang permainan kelompok daripada individual.
d.        Biasanya menjadi tempat mengadu orang lain.
e.         Senang berkomunikasi verba dan nonverbal.
f.          Peka terhadap teman.
g.         Mudah mengenal dan membedakan perasaan dan pribadi orang lain.

8.    Intelegensi Naturalis
Intelegensi naturalis adalah kemampuan untuk memahami gejala alam. Anak dengan kecerdasan ini mampu mengenali sejumlah binatang atau tanaman. Biasanya banyak berada di luar ruangan, suka mengumpulkan batu-batuan dan menangkap serangga, senang berhubungan dengan alam seperti merawat tanaman atau binatang.
Berikut ini individu yang memiliki karakteristik intelegensi naturalis:
a.         Senang terhadap flora dan fauna, bertani, berkebun, memelihara dan berinteraksi dengan binatang, berburu.
b.         Pandai melihat perubahan alam, meramal cuaca, meneliti tanaman.
c.         Senang kegiatan di alam terbuka.

Dengan adanya delapan intelegensi tersebut memberikan peluang pada kita bahwa kita pun patut dianggap cerdas walau tidak dalam kacamata adat masyarakat. Hanya kadang kita menganggap sebagai orang bodoh lantaran tidak cerdas dalam berpikir, matematika, atau pandai berkata-kata. Kita harus menganggap bahwa kita adalah orang yang cerdas dalam salah satu kecerdasan itu atau bahkan lebih. Sekarang tinggal bagaimana kita menemukan dan menggalinya di antara delapan kecerdasan tersebut.

C.    Penerapan Multiple Intelligence dalam Pembelajaran
Memperkenalkan multiple intelligence dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dalam tiga bentuk utama yakni; orientasi kurikulum, metodologi pengembangan pembelajaran, dan evaluasi hasil pembelajaran.
1.      Orientasi Kurikulum
Kompentensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.Kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.
Dasar pemikiran untuk menggunakan konsep multiple intelligencei dalam kurikulum adalah sebagai berikut:
1.             Multiple intelligence berkenaan dengan kemampuan peserta didik dalam melakukan sesuatu dalam berbagai konteks.
2.             Multiple intelligence menjelaskan pengalaman belajar yang dilalui peserta didik untuk menjadi standart kompentensi.
3.             Multiple intelligence merupakan hasil belajar (leraning outcomes) yang menjelaskan hal-hal yang dilakukan peserta didik setelah melalui proses pembelajaran.
4.             Kehandalan kemampuan peserta didik melakukan sesuatu harus didefinisikan secara jelas dan luas dalam suatu standar yang dapat dicapai melalui kinerja yang dapat diukur.
5.             Penyusunan standart kompetensi, kompetensi dan hasil belajar hendaknya didasarkan pada kecerdasan jamak yang ditetapkan secara proporsional, tidak melulu hanya apsek kognitif atau spritual belaka tetapi seimbang dan tepat sasaran.

2.         Pengembangan Metodologi Pembelajaran
            Dalam pengembangan metodologi pembelajaran banyak ditemui berbagai macam cara untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dalam penerapan mulitiple intellegence diantaranya:
1.             Metode bercerita, adalah salah satu bentuk untuk mengembangkan intelligence lingusitic, dimana siswa diajak menyenangi dan mencintai bahasa, dimana siswa dapat menikmati suara dari kata kata, menghargai dan memakai kekuatan dengan penuh tanggungjawab.
2.             Problem solving: Siswa dihadapkan pada masalah konkret. Misalnya adanya perkelahian antar pelajar, sering terlabat sekolah, prestasi kelas merosot, komunikasi dengan guru kurang lancar. Siswa diajak untuk memikirkan bersama, mendiskusikan bersama, dan memecahkan masalah secara bersama-sama. Metode ini dapat mengasah kecerdasan interpersonal
3.             Reflective thinking/critical thinking, siswa secara pribaddi atau berkelompok dihadapkan pada suatu artikel, peristiwa, kasus, gambar, foto, dan lain sebagainya. Siswa diajak untuk membuat catatan refleksi atau tanggapan bahan-bahan tersebut. Bahan-bahan bisa diplih sendiri oleh siswa. Cara ini dapat mengembangkan kecerdasan bodily kenisthetic, juga inteersonal intligence.
4.             Group dynamic, siswa dibimbing untuk kerja kelompok secara kontinyu dalam mengerjakan suatu proyek tertentu. Metode ini dapat diterapkan untuk mengembangkan kecerdasan logical mathematical, dan kecerdasan interpersonal.
5.             Community bulding, siswa satu kelas diajak untuk membangun komunitas atau masyarakat mini dengan aturan, tugas, hak, dan kewajiban yang mereka atur sendiri secara demokratis. Cara ini dapat dikembangkan untuk membangun kecerdasan intrapersonal.
6.             Responsibility building, siswa diberi tugas yang konkret dan diminta membuat laporan pertanggungjawaban secara jujur. Cara ini juga dapat dikembangkan untuk membangun kecerdasan intapersonal.
7.             Picnic, siswa merancang kegiatan santai di luar sekolah, tidak harus ke tempat jauh dan biaya mahal. Untuk menggali nilai-nilai social, spritual, keindahan, dsb. Ini adalah cara yang tepat untuk mengembangkan kecerdasan spatial, dan kecerdasan musical.
8.             Camping study, siswa di ajak melakukan kegiatan kamping dalam rangka belajar. Kegiatan ini juga tidak harus jauh, bisa di halaman sekolah. Seperti hal di atas, ini dapat diterapkan guru untuk membangun kecerdasan spatial, juga intrapersonal.
9.             Kerja individu dan kelompok, proses pembelajaran pada intinya adalah pemberian layanan kepada setiap individu siswa agar mereka berkembang segara maksimal sesuai dengan potensi yang mereka miliki. Pelayanan secara individual bukan berarti mengajari anak satu persatu secara bergantian, melainkan dengan memberikan peluang sebesar-besarnya kepada setiap individu untuk memperoleh pengalaman belajar sebanyak-banyaknya. Hal ini dapat dilakukan dengan mengaktifkan siswa baik secara individu maupun beregu. Satu dari cara yang paling biasa untuk mendorong kerja-regu adalah meminta siswa-siswa untuk bekerja dalam suatu regu atau kelompok untuk mencari jawaban-jawaban pada pertanyaan-pertanyaan, untuk memecahkan suatu masalah, untuk melaksanakan suatu eksperimen atau meneliti suatu topik proyek. Namun, guru harus berhati-hati agar harapan akan kerjasama, toleransi, semangat regu dan pengertian tentang hakikat pekerjaan hendaklah realistis mengingat ketrampilan dan pengalaman siswa-siswa. Cara cara seperti di atas dapat dikembangkan oleh guru untuk membangun kecerdasan siswa dalam bidang interpersonal, juga kecerdasan bodlily kinesthetic.
10.         Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental, banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAKEM. Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut: takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan ‘PAKEM’. Cara seperti ini dapat mengembangkan berbagai kecerdasan seperti kecerdasan lingustic, kecerdasan bodily kinethetic, dan bahkan kecerdasan interpersonal.
11.         Pertanyaan efektif, jika siswa diminta untuk mengerti dan bukan sekedar mengingat informasi yang ditemukannya di dalam buku pelajaran, bahan rujukan, surat kabar dan sebagainya, maka mereka haruslah aktif mengumpulkan informasi. Pengajuan suatu pertanyaan menggunakan kata-kata dan ungkapan yang tidak mudah ditemukan di dalam teks atau naskah. Sehingga mendorong siswa berpikir dan berpendaat tidak hanya  untuk menyalin jawaban. Ketrampilan ini sangat tepat bila digunakan guru untuk mengasah kecerdasan linguistic.
12.         Membandingkan dan mensintesiskan informasi, Pemahaman informasi yang dikumpulkan dari sumberdaya dapat ditingkatkan jika siswa-siswa bekerja dalam kelompok dan setiap anggota kelompok diberi sumber data yang berbeda untuk digunakan dalam mencari jawaban atas pertanyaan yang sama. Dengan demikian, siswa-siswa harus membandingkan dan mendiskusikan jawaban-jawaban yang sudah mereka tuliskan, sehingga, sebagai hasilnya, mereka akan mampu memberi satu jawaban yang memuaskan. Ini sering merupakan strategi yang efektif untuk dipakai oleh kelompok-kelompok pakar ketika pendekatan (jigsaw) terhadap proyek penelitian digunakan. Cara ini juga dapat dikembangkan untuk melatih anak dalam hal kecerdasan linguistic dan juga kecerdasan logical mathematical.
13.         Mengamati (mengawasi) aktif, Sering siswa-siswa tidak berpikir dan belajar aktif pada waktu menonton video. Beberapa orang guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa-siswa untuk dijawab pada waktu mereka menonton video. Biasanya pertanyaan-pertanyaan itu disajikan dengan susunan dimana jawaban-jawaban akan muncul didalam video dan ungkapan-ungkapan kunci didalam pertanyaan-pertanyaan juga terjadi didalam video, sehingga menunjuk pada jawaban. Pertanyaan-pertanyaan seperti itu mudah dijawab dan jarang menuntut keterlibatan aktif. Cara ini dapat digunakan guru untuk melatih anak mengemangkan kecerdasan linguistic, kecerdasan musical.
14.         Peta akibat, metode ini dapat digunakan sebelum atau sesudah siswa-siswa mempelajari sesuatu topik. Hal itu dapat digunakan untuk menemukan seberapa tuntas siswa-siswa dalam memikirkan sesuatu isu atau peristiwa, atau dapat digunakan untuk menemukan apakah mereka sudah mampu menerapkan informasi yang sudah dipelajarinya dalam menganalisis situasi baru. Siswa-siswa diminta untuk mempertimbangkan semua hasil atau akibat yang mungkin dari suatu tindakan atau perubahan dan kemudian hasil-hasil dan akibat-akibat sesudah itu. Mereka juga didorong untuk berpikir tentang akibat-akibat positif dan negatif. Cara ini juga dapat digunakan guru untuk melatih anak anak dalam mengembangkan kecerdasan linguistic.
15.         Keuntungan dan kerugian, suatu tugas analisis yang kurang rumit dapat melibatkan siswa-siswa untuk memeriksa informasi yang mereka temukan tentang keputusan, sikap atau tindakan yang kotroversial (menjadi sengketa). Siswa-siswa bekerja sebagai satu kelas keseluruhan atau dalam kelompok-kelompok untuk menggolong-golongkan informasi yang mereka kumpulkan apakah untung atau rugi bagi mereka sendiri, keluarganya, desa atau masyarakat umumnya. Sesudah klasifikasi atas keuntungan dan kerugian sudah dirampungkan, siswa-siswa dapat diminta untuk memutuskan. Ini adalah salah satu cara guru untuk mengembangkan kecerdasan logical mathematical.
16.         Permainan peranan/ konferensi meja bundar, strategi-strategi ini meliputi permainan peranan atau advokasi untuk kepentingan kelompok komunitas tertentu. Hal ini dimaksudkan untuk membantu siswa-siswa mengenali bahwa biasanya terdapat suatu rentang sudut pandang mengenai sesuatu isu dan suatu rentang cara menafsirkan informasi tentang isu itu. Pandangan-pandangan ini biasanya ditentukan oleh pengalaman, harapan dan cita-cita, nilai pendidikan, gaya hidup dan peranan di dalam masyarakat dari orang yang mengungkapkan pandangan itu. Guru bertindak sebagai fasilitator (pemberi kemudahan), memastikan bahwa semua siswa diperkenankan mengemukakan pandangan sesuai peranan yang diterimanya, bahwa setiap diskusi berlangsung tertib dan mendorong peran serta yang jika perlu dengan mengajukan pertanyaan.Pada akhir konperensi meja bundar, siswa-siswa hendaklah didorong untuk memperhatikan semua sudut pandang dan tiba pada suatu keputusan pribadi tentang isu itu. Metode ini dapat dikembangkan untuk untuk meransang anak agar terlahit kecerdasan interpersonalnya dengan baik.

3.      Pengembangan Evaluasi Hasil Pembelajaran
1.             Evaluasi dikembangkan dengan prinsip untuk memberikan informasi kemajuan belajar siswa dalam berbagai bidang intelligensi (kecerdasan jamak). Hal ini sudah harus tergambar sejak dalam perencanaan pembelajaran pengembangan kegiatan pembelajaran.
2.             Bentuk evaluasi harus dikembangkan dengan berbagai macam yang dapat mengakomodir kecerdasan yang sangat kompleks, baik itu kecerdasan dalam lingusiti, logical mathematical, interpersonal dan lain sebagainya. bentuk tes soal ujian harus diiringi dengan tugas, jadi nilai praktek dan nilai sehari hari sangat besar perannya dalam penentuan keberhasilan belajar.
3.             Proses penilaian benar benar berbasis kelas dan berangkat dari potensi apa yang dimiliki anak, kemudian kecerdasan apa yang tepat untuk dikembangkan pada dirinya. Artinya kompetensi yang ditetapkan oleh guru dalam tujuan pembelajaran juga harus diiringi dengan pertimbangangan lain dimana masing masing anak memiliki keunikan yang khas, sehingga pengukuran kecerdasannyapun membutuhkan ciri khas.









BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Multiple intelegensi adalah kemampuan untuk memecahkan masalah dan menciptakan suatu produk yang efektif atau bernilai dalam satu latar belakang budaya tertentu. Artinya, setiap orang jika dihadapkan pada satu masalah, ia mampu menyelesaikan masalah yang berbeda sesuai dengan konteksnya.
Karakteristik dalam Multiple intelegensi antara lain: Intelegensi Berbahasa (Linguistik), Intelegensi Logis-Matematis, Intelegensi Visual Spasia, Intelegensi Musikal, Intelegensi Kinetik Tubuh, Intelegensi Intrapersonal, Intelegensi Interpersonal, Intelegensi Naturalis.
Adapun aplikasi dalam pembelajaran bisa dilakukan dengan berbagai metode antara lain: Orientasi Kurikulum, Pengembangan Metodologi Pembelajaran, Pengembangan Evaluasi Hasil Pembelajaran.
B.     Saran
Perkembangan kepenulisan salah satu terpenting juga yaitu saran dari pembaca. Dalam makalah ini tentu banyak kesalahan, baik dari sistematika penulisan, bagian isi dari penulisan, atau kata dan kalimat yang kurang tepat, maka diharapakan untuk memberikan saran sebagai evaluasi penulis untuk lebih baik lagi kedepan.













DAFTAR PUSTAKA
Amstrong, T. (2013). “Kecerdasan Multipel di dalam Kelas”.Jakarta : Indeks.
Gardner, H. (2006). “Multiple Intelligences (Kecerdasan Majemuk : Teori dalam Praktik)”.Tangerang: Interaksa.
Hadiyanti, L.N. (2013). Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences). Makalah SPSS UPI Bandung : Tidak diterbitkan.
Jasmine, J. (2012). “Metode Mengajar Mengajar Multiple Intelligences”. Bandung : Nuansa Cedikia.


Share this article :

Posting Komentar

 
Support : SalamuN RespectoR | Johny | Tutorial Software
Copyright © 2014. MisbahPost - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by SalamuN RespectoR
Proudly powered by Blogger