Aku Menulis

Kamis, 17 September 20150 komentar





Aku Menulis


Aku Menulis - Siang itu tepatnya hari ahad tanggal 13 September 2015 berkisar pukul 13.00 WIB di Universitas Islam Malang (UNISMA) kami bertiga (saya, Ali, Rosyid) ngobrol-ngobrol tentang dunia pendidikan, baik sejarah, politik, ekonomi, dan segala macam perbincangan terkait kampus. Dan yang lebih penting kita membicarakan tentang dunia baca tulis yang sudah semakin luntur terutama di kalangan mahasiswa itu sendiri.

Berawal dari perbincangan pada saat itu Ali mengajak saya dan Rosyid untuk bergabung pada ide cemerlangnya dalam membangun pola pikir yang lebih kritis dan divergen. Dia mempunyai sebuah tekad untuk membentuk kelompok Sinau berapapun anggotanya dengan sebuah nama Detak Aksara. Nama ini tidak sekedar nama yang asal-asalan melainkan melalui pertimbangan dari gurunya yang dianggap mumpuni dalam keilmuannya.

Inisiatif adanya perkumpulan diskusi ini berawal dari pengalaman Ali semenjak ikut kursus bahasa di Pare dan kunjungannya ke Solo untuk sharing bersama Mas Bandung. Ali pun bercerita kita sudah ketinggalan jauh oleh zaman, disebabkan kurangnya minat baca. Pendidikan yang carut marut saat ini belum mampu untuk membangun budaya baca.

Membaca yang tidak sekedar membaca itu butuh pola pikir yang tidak mengkerucut melainkan pola pikir yang menyebar. Menulis yang tidak sekedar menulis butuh rombakan atau revolusi setiap saat. Berbicara yang tidak sekedar berbicara butuh pemahaman yang menggelobal.

Dalam kelompok Sinau yang di dalamnya terdapat diskusi keilmuan, sharing pengetahuan, dan meningkatkan daya ingat untuk menuangkan ke dalam tulisan bukan sebuah organisikasi formal yang terikat dengan aturan dan banyak konsep melainkan sebuah kelompok kecil yang di dalamnya tiada lain hanya untuk membiasakan membaca, berbicara, dan menulis.

Pepatah berkata”tiada kata terlambat  selagi untuk belajar” maka saya pun menanggapi dengan penuh antusias dan menyatakan sanggup untuk bergabung di kelompok Sinau Detak Aksara. Pikiran ini sudah mulai terbuka dan ada jalan untuk tidak sekedar duduk diam bermalas-malas tanpa makna apapun.

Membaca bukan sebuah hobi melainkan sebuah kebutuhan, menulis bukan sebuah cita-cita melainkan sebuah kebiasaan. Siapapun bisa melakukan hal itu dengan membuang kemalasan. Kemalasan akan terbuang salah satunya oleh lingkungan yang mendukunge. 

Tanpa beranjak membelok dari dunia yang serba formalitas pikiran ini tidak akan berkembang. Dunia permakalahan yang terikat dengan waktu dan penilaian membuat baca tulis termanipulasi oleh copas (copy paste) pemikiran orang. Dunia blogspot yang bukan karya bloger masih saja dipercaya untuk diperdebatkan. Sang pemilik bukupun terasingkan gara-gara kutipan sembarangan.

Sampai pemahaman agama yang serba plagiat dari kyai kondang dan penceramah di panggung megah dan layar televisi membuat insan ini berpikir mati dan tidak mau membuka sejarah melalui buku lama yang lusuh di toko buku atau di perpustakaan. Sebuah ide besar dari Ali sebagai penggagas kelompok Sinau untuk mengulang bersama menilitik sejarah melalui Detak Aksara.

Dari saking miskinnya dunia baca saya, tulisan ini pun jauh dari kutipan. Rasa malu ini sedikit terobati dengan keberanian menggoyangkan jari merangkai kata demi kata menjadi sebuah judul AKU MENULIS. Harapan besar semoga kelompok detak aksara tak sekedar punya teori dan konsep. Tapi dengan satu pertemuan membuat rindu pertemuan yang akan datang. Salam Tinta Karya.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : SalamuN RespectoR | Johny | Tutorial Software
Copyright © 2014. MisbahPost - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by SalamuN RespectoR
Proudly powered by Blogger