Senja Tersenyum Simpul

Selasa, 15 November 20160 komentar



http://misbahuddinalmutaali.blogspot.com/2016/11/senja-tersenyum-simpul.html

Senja Tersenyum Simpul
Oleh : Indana Zulfa
           
Fajar yang suci dengan deruhan tasbih makhluq, mengarahkan pandanganku pada seorang laki-laki dipojok masjid waktu itu. Enam tahun yang lalu menjadi saksi bisu awal perjuangan untuk mewujudkan rasa cintamu pada ilmu. Aku hanya mampu melihatmu dari kejauhan ditengah puluhan bahkan ratusan pelajar Indonesia yang tak kalah semangat dengan kamu.
           
Sore semakin menyarap menjemput malam, puluhan bis menderu-deru, bak singa raksasa hendak mengcengkram musuh didepannya.  Sesekali ku mendengar klakson bis pertanda beberapa saat lagi bis akan meninggalkan tempat itu. Para petugas keberangkatan dengan penuh semangat memasukkan barang-barang kebagasi. Tepat disamping kanan bis, balutan nasihat-nasihat antara orang tua pada anaknya terlihat mendendangkan kesedihan tercampur bangga di hati mereka. Tidak lebih dari sepuluh menit lagi, orang-orang pilihan dari negara kita akan berpisah. Pelukan hangat dari ibu, pelukan bangga dari bapak, salaman rindu dari saudara serta pengabadian potret senja waktu itu mengakhiri kebersamaan sementara ini.  
           
Tidak terkecuali dengan kakak tercintaku “Dzulfahmi-bin Kasto” (hahaha...). sosok kakak yang tak asing lagi dalam hidupku, sebentar lagi akan meninggalkan tanah surga Indonesia ini. Laki-laki berhidung mancung, dengan postur tinggi berpoleskan kemuliaan sembari menorehkan secercah senyum simpuh dihadapan kita, dengan suara lantang memanggil namanya “Dzulfahmi- Bali, Putra Bapak Kasto Budi Utomo memasuki bis Al- Ahgaff 1”, panggilan itu bertanda waktu perpisahan benar-benar tiba. Dengan linangan air mata, dia masuk kedalam bis dengan tangan mulia ibu bapak seakan tak mau melepaskannya. Aku hanya mampu melihat semua ini dari jarak jauh karena tak kuasa membendung kesedihan di relung hati. (Alaay......)
           
Satu, dua, tiga bis telah terisi penuh dengan pelajar-pelajar hebat dari berbagai daerah di Indonesia, saatnya melambaikan tangan kepada keluarga dengan berharap semoga Allah menjadikan kita sebagai pejuang ilmu yang benar-benar mendapat Ridho-Nya sebagai bekal untuk bertemu Sang Maha Pemilik Ilmu nanti.
           
Dzulfahmi-bin Kasto adalah salah satu putra Dewata yang berhasil menamatkan pendidikan Sarjananya di salah satu universitas ternama di Negri Mulia Hadramaut Yaman tepatnya di Universitas Al- Ahgaff. Dia adalah seorang kakak yang bersahabat sekaligus guru dalam hidupku selama ini, dengan sifat pengasih pada adik-adik perempuannya. Ilmu pengetahuan yang dimilikinya tidak sepadan dengan raut mukanya yang kata orang bibilang “Cupu” (kikuk !!) Gaya  bicaranya yang bijak, dilengkapi dengan langkahan yang penuh kesahajaan menggambarkan cara berpikir yang kritis dan sangat mendalam pada dirinya. (serasa kamu adalah kakak terbaik didunia J ).
           
Aku tak akan capek mencari ilmu, hingga titik penghabisan- itu sepatah kata yang sempat kubaca dibuku hariannya yang sengaja ditinggal dilemari usangku, entah apa makna “titik penghabisan” itu, apakah hingga ia kembali ke Tuhan, atau sampai dia nikah ( hahaha..). dan kata-kata itu pula yang menambahkan kebangganku padanya.

 Usaha untuk menjaga eksistensi GARUDA untuk tetap mengepaakkan sayapnya diudara tidaklah mudah. Mau tidak mau, selama enam tahun terakhir ini iya harus bisa menunjukkan bahwa INDONESIA adalah negara yang hebat lebih-lebih pulau Bali (kwkwkwkk...) dinegara wali itu. Minggu demi minggu menjelma menjadi bulan dan tahun telah dilaluinya dengan berhiaskan ilmu yang langsung keluar dari dada para  Sang Guru yang penuh karismatik itu, hingga akhirnya suatu hari disiang bolong ia menerima pesan dari keluarga Indonesia untuk harus segera pulang ke Indonesia, karena ada bebrapa faktor yang mewajibkan ia kembali ke Tanah Air. Mau tak mau, dengan berat hati ia kembali kepangkuan NKRI, walau dalam hatinya masih ingin menyeduh derasnya ilmu dinegara Auliya’ itu.
           
“dik.. mas amik terbang dari bandara Oman, Yaman tanggal 15 November, Insya Allah tanggal 16 Sudah sampai di Jakarta, Salam sama orang tua”- Pesan yang tampak di HP baruku dri pengirim yang ku kasih nama- Mas Amik Sayang- tak banyak jeda langsung kukirim ulang pesan itu pada orang tua. Betapa bahagianya keluarga dirumah. Akhirnya rindu ibu pada anak laki-lakinya yang nanti akan menutunnya di surga Allah akan segera terobati. Rindu ayah pada anak laki-lakinya yang akan menjadi penggantinya dalam menuntun ibu dan adikknya didunia akan segera terobati. Rindu adik pada kakaknya yang selalu menjadi teladan dalam hidupnya akan segera terobati.
           
“Selamat datang kakakku, dipangkuan NKRI... Selamat datang digubuk yang didalamnya terdapat keharmonisan keluarga.... Selamat datang kembali dipondok pesantren tercintamu yang menajdi titik awal perjuanganmu dalam mencari ilmu... Selamat datang kakaku”
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : SalamuN RespectoR | Johny | Tutorial Software
Copyright © 2014. MisbahPost - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by SalamuN RespectoR
Proudly powered by Blogger