Martin heideger dan kematian

Kamis, 08 Januari 20150 komentar

Oleh: Misbahuddin
(hasil cangkringan di warkop dengan Kang Jalal)

Dia memulai cangkringan dengan kami melalui perkataannya bahwa Martin heideger merupakan salah seorang filsuf besar setelah Immanuel kant. Pada akhir hidupnya filsuf ini khusus menulis beberapa buku untuk mengkritik Immanuel kant. Sehingga filsafat di kemudian hari dikenal sebagai filsafat Post Cant Tiang (filsafat pasca Immanuel kant).
Setelah jeda sejenak kang jalal melanjutkan ceritanya. Dia berkata bahwa Martin Heideger juga terkenal sebagai filsuf eksestensial dan sekaligus filsuf fenomenologis. Dengan canda tawanya kang jalan berkata “saya tidak akan membicarakan tema yang berat-berat, karena kalian masih anak muda yang kekanak-kanakan” tapi saya akan membicarakan sebuah tema tidak secara berat tapi tema itu emang sangat berat. Dengan perkataan itu teman-teman pada ngakak dengan ketawa yang begitu bebas.
Dia pun juga tidak mau kalah untuk tertawa ria bersama rekan-rekan kami dengan bijak dia berkata “saya akan membicarakan tentang PEMBICARAAN HEIDEGER tentang KEMATIAN”. Merupakan sangat unik bagi penulis, karena warung kopi tidak menutup kemungkinan untuk dijadikan lembaga keilmuan. Apalagi tema yang di usung saat itu oleh kang jalal adalah berkaitan dengan kematian.
Inilah ulasan singkat yang dapat penulis tangkap dari cangkringan saat itu. Bahwa Heideger pernah berkata ada dua macam kematian. Beliau biasa mengungkapkan dengan bahasa Jerman. Yang pertama adalah shterben yang artinya juga mati dan yang kedua disebut uplieben (up artinya off dalam bahasa inggris, lieben artinya hidup dalam bahasa indonesia) atau ketika digabung dalam arti keindonesian adalah meninggal dunia.
Kang jalal menilai bahasa indonesia tidak cukup menggambarkan hal itu. Karena heideger berkata uplieben adalah kematian yang datang dengan sendirinya yang tidak membedakan antara kematian manusia atau kematian binatang atau kematian tanam-tanaman atau kematian jam kematian elektronik-elektronik dan lain sebagainya itu semua Uplieben.
Suatu kematian yang tidak bisa kita hindarkan dan pada waktunya toh akan datang lagi menyergap kita dinamapun dan kapanpun. Sambil minum kopi sejenak kang jalan melanjutkan dengan apa yang tercantum dalam al-quran bahwa “dimana pun kamu hidup kematian akan membungkam”.
Begitu juga yang telah disampaikan oleh Imam Ali “setiap tarikan nafas kita adalah langkah kaki kita menuju kuburan kita”. Lalu kang jalal dengan lucunya berkata “jika adik-adik tidak mau mati, maka tahanlah nafasnya agar tidak melangkah ke kuburan tapi meloncat dengan segera”. Jadi ini adalah kematian yang pertama yang tidak bisa dihindarkan.
Malam semakin larut dan kopi semakin dangkal tapi semangat para teman-teman belum juga turun. Kang jalal pun berkata lagi bahwa “kematian itu mengganggu manusia sepanjang hidupnya” karena manusia selalu berfikir segala upaya menjalani hidupnya pada akhirnya akan berujung pada ketiadaan. Semua yang manusia usahakan pada akhirnya akan ditinggalkan.
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 11.30 tapi masih ada satu kematian shterben yang belum diulas tuntas. Heideger berkata bahwa kematian ini adalah kematian yang ia rencanakan. Kematian yang mewarnai kehidupan. Karena ia memikirkan bagaimana ia akan mati? Langkah hidupnya selalu terwarnai denga pilihannya untuk menghadapi mati.
Heideger berkata dari hal ini ada juga yang menghindari atau melupakan kematian dengan mencari hiburan atau mengumpulkan kekayaan. Tapi pada yang kedua orang malah menjemput kematian heideger menyebutnya forloefen dalam bahasa jerman (for artinya sebelumnya loefen berlari). Jadi dia berlari menyongsong kematian itu, merindukan saat-saatnya ia mati seperti yang ia harapkan dan ia rencanakan.
Dari ulasan ini kang jalal sedikit mengeluarkan pesannya kepada kelompok kami dengan perkataannya “jika kalian menjadi Doktor, menjadi Professor, yang tidak bisa digantikan oleh yang lain, dari sekarang ini pilihlah bidang studi yang akan menjadi keahlian saudara, lakukan penelitian terkait bidangnya”.
Pesan itu sangat dirasa penting oleh teman-teman dengan menganggukkan kepala secara serius. Lalu beliau mengaitkan dengan suatu kematian. Kita ingin mati seperti apa? Karena kematian yang kita inginkan akan mewarnai kehidupan kita.
Kang jalal belum kekurangan bahasa dan kajian sehingga dia memberikan contoh sejarah Islam untuk lebih bisa diingat oleh kita. Seperti halnya kematian Imam Husein, Imam Husein berkata “sesungguhnya aku melihat kematian itu sebagai suatu kebahagiaan”.
Jadi mengapa Imam husein berkata seperti itu? Karena pada waktu Imam husein ingin mempersembahkan demi kejayaan agama Islam. Dan karena itu pula seluruh hidupnya diwarnai dengan perjuangan-perjuangan.
Kang jalal pun memberikan tawaran terahir sekaligus menutup cangkringan karena sudah sangat malam. Jadi pilihlah, adik-adik ingin mati dalam cara apa? Apa ingin mati ditengah-tengah orang miskin yang adik-adik layani, atau dalam membela kebenaran, atau ingin mati seperti matinya radio, televisi, arloji atau tanam-tanaman. Semua akan menentukan dari hidup yang kita jalani saat ini. Dan itulah sumbangan Heideger bagi kita.


Share this article :

Posting Komentar

 
Support : SalamuN RespectoR | Johny | Tutorial Software
Copyright © 2014. MisbahPost - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by SalamuN RespectoR
Proudly powered by Blogger